NATO Bantu Ukraina Hancurkan Jet Tempur Rusia, Tapi Enggan Tangannya Ikut Kotor
NATO sangat bisa membantu Ukraina menghancurkan jet-jet tempur Rusia, namun NATO tidak ingin tangannya ikut kotor dalam inisiatif perang tersebut.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, MOSCOW - Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sangat bisa membantu Ukraina menghancurkan jet-jet tempur Rusia, namun NATO tidak ingin tangannya ikut kotor dalam inisiatif perang tersebut.
Itu sebabnya, sangat beralasan jika NATO tidak akan terlibat langsung dalam konflik Rusia-Ukraina. "NATO membatasi bantuannya hanya untuk membantu menjatuhkan pesawat tempur Rusia," kata Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg dikutip Sputnik Global.
Wakil Menteri Pertahanan Polandia Cezary Tomczyk seperti dikutip Reuters pekan lalu berharap KTT NATO pada 9-11 Juli akan membahas apakah Polandia harus diizinkan untuk menembak jatuh rudal Rusia di Ukraina.
"Sikap NATO mengenai keterlibatan militer di Ukraina tetap tidak berubah," kata Stoltenberg dalam pernyataan resmi yang disiarkan televisi.
Dia menegaskan, NATO akan mendukung Ukraina dalam menjatuhkan pesawat tempur Rusia, namun tidak akan terlibat langsung dalam konflik tersebut.
NATO 100 Persen Terlibat
Akhir Mei lalu, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan bahwa Berlin dan sekutu lainnya tidak secara serius membahas kemungkinan penembakan rudal atau drone Rusia di Ukraina karena hal ini berarti partisipasi langsung dalam konflik tersebut.
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dan Volodymyr Zelensky menandatangani pakta kerja sama keamanan 10 tahun pada Senin lalu yang mencakup ketentuan mengenai mekanisme yang memungkinkan mereka menembak jatuh rudal dan drone Rusia yang menuju Polandia saat mereka berada di wilayah udara Ukraina.
Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menolak gagasan tersebut, dengan menyatakan bahwa pemerintahan Biden tidak ingin melihat konflik meningkat akibat Polandia yang menjatuhkan rudal Rusia di Ukraina.
Sebelumnya, Amerika Serikat bersama Inggris dan sekutu mereka di NATO mencabut pembatasan resmi yang membatasi penggunaan rudal jarak jauh yang bersumber dari Barat oleh Ukraina untuk menyerang sasaran di Rusia.
Baca juga: Takut Diamuk Rudal Rusia, Sekjen NATO Tegaskan Tidak Akan Ikut Campur dalam Konflik Ukraina
"Langkah tersebut merupakan momen 'melintasi Rubicon' bagi blok tersebut, yang tidak dapat lagi mengklaim bahwa mereka tidak terlibat langsung dalam konflik tersebut," kata pakar pertahanan Rusia.
Pengamat independen Barat telah menyuarakan kekhawatiran atas keputusan negara-negara NATO untuk mencabut sebagian pembatasan yang dirancang untuk menjaga rezim Kiev tetap terikat dan menghentikannya menyerang jauh ke pedalaman Rusia dengan menggunakan senjata yang bersumber dari aliansi.
Mereka menilai, tindakan tersebut dapat memicu konflik. eskalasi yang dapat dengan mudah lepas kendali.
Pakar militer Rusia Alexei Leonkov kepada Sputnik mengatakan, Rusia yakin sistem serangan jarak jauh yang digunakan oleh Ukraina dikendalikan oleh NATO.
Dia mengatakan, Ukraina tidak memiliki kemampuan militer dan teknis untuk melakukan serangan jarak jauh tanpa bantuan serius dari negara asing.
Baca juga: NATO Yakin Ukraina Tidak Akan Mampu Bikin Serangan Balik ke Rusia Tahun Ini
“Tidak ada kontribusi dari Angkatan Bersenjata Ukraina dalam mengarahkan rudal ATACMS, Storm Shadow, atau SCALP menuju sasaran Rusia. Operator sistem ini di Ukraina pada dasarnya bertindak sebagai 'tombol peluncuran' dan tidak lebih," sebutnya.
"Seluruh proses perencanaan misi, dan pengiriman perintah ke rudal melalui Starlink, serta pemrosesan informasi intelijen untuk Kiev, dilakukan oleh sekutu Baratnya. Oleh karena itu, kita berbicara tentang partisipasi aktual NATO dalam konflik tersebut,” jelas Alexei Leonkov.
"Rudal-rudal tersebut dipandu menggunakan satelit Barat," kata Leonkov.
"Pengintaian udara, verifikasi target, dan pemantauan pertahanan udara di sekitar target dilakukan oleh pesawat peringatan dini lintas udara Poseidon AS dan drone Global Hawk," sebutnya.
Begitu juga dengan data intelijen diproses dan dianalisis di pusat khusus dekat Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, yang mengoperasikan sistem pengenalan objek Palantir Maven yang dibantu AI.
“Ukraina tidak perlu mengadopsi peralatan navigasi dan penargetan pada pesawat Su-24 dan Su-27 untuk penggunaan rudal Storm Shadow dan SCALP. Misi penerbangan dilakukan terlebih dahulu oleh spesialis Barat, dan pilot Ukraina cukup menekan tombol 'tembak',” tegas Alexei Leonkov.