Rusia Tuduh Ukraina Tak Mau Buka Data Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17
Politisasi kasus kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17 di tahun 2014 membuat penyelidikan menyeluruh tidak mungkin dilakukan.
Penulis: Hasanudin Aco
Sepuluh tahun lalu, tepatnya pada 17 Juli 2014, pesawat Malaysia Airlines MH17 yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur jatuh di Wilayah Donetsk, Ukraina, menewaskan 298 orang penumpangnya.
TRIBUNNEWS.COM, BELANDA - Politisasi kasus kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17 di tahun 2014 membuat penyelidikan menyeluruh tidak mungkin dilakukan.
Demikian kedutaan Rusia di Belanda dalam sebuah pernyataan pada peringatan sepuluh tahun kecelakaan tersebut.
"Tingkat politisasi yang tinggi atas kasus MH17 tidak memungkinkan dilakukannya investigasi internasional yang menyeluruh, menyeluruh, dan independen, sebagaimana diamanatkan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB 2166," demikian penjelasan kedutaan.
"Keadaan sebenarnya dari tragedi tersebut masih belum terungkap," kata kedutaan sebagaimana dilansir TASS pada Rabu (17/7/2024).
Menurut misi diplomatik tersebut investigasi teknis Dewan Keamanan Belanda dan investigasi kriminal Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang diprakarsai oleh Belanda tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB.
Peran Rusia dihilangkan untuk berpartisipasi penuh dalam investigasi tersebut.
Baca juga: Penny Wong Sebut Presiden Rusia Vladimir Putin Sembunyikan Fakta Jatuhnya Pesawat MH17
Sementara sejumlah besar data yang diberikan oleh Rusia tidak diperhitungkan.
"Akibatnya kesimpulan yang diperoleh dengan cara ini mengandung sejumlah besar ketidakakuratan dan inkonsistensi, dan banyak pertanyaan yang terkait langsung dengan keadaan bencana masih terbuka," catat pernyataan tersebut.
Kedutaan Besar Rusia juga menegaskan bahwa Den Haag secara konsisten melindungi pihak otoritas Ukraina dengan sengaja mengabaikan fakta apa pun yang mengindikasikan tanggung jawab Ukraina atas bencana tersebut.
"Pendekatan ini tidak bertujuan untuk menegakkan kebenaran tetapi hanya mengarah pada politisasi masalah lebih lanjut," kata pernyataan tersebut.
"Tidak dapat dijelaskan mengapa selama sepuluh tahun terakhir, tidak ada satu pun pertanyaan yang ditujukan kepada Ukraina, yang menolak memberikan data radar dan rekaman percakapan layanan pelacakan penerbangan. Tidak juga dapat dijelaskan hilangnya pengawas lalu lintas udara Ukraina yang sedang bekerja pada hari itu dan dapat menjelaskan keadaan tragedi tersebut. Masalah tanggung jawab Kiev karena tidak menutup wilayah udara di atas zona permusuhan, tempat sistem pertahanan udara angkatan bersenjata Ukraina, termasuk Buks, dikerahkan, juga tidak dianalisis dengan benar," tegas misi diplomatik Rusia.
"Selama sepuluh tahun terakhir, isu Ukraina yang tidak menutup wilayah udara di atas zona konflik bersenjata di Donbass telah berulang kali diangkat di Belanda, termasuk oleh anggota parlemen. Jadi, pada Oktober 2019, anggota Majelis Kedua Negara-negara Umum Belanda mengajukan banding kepada pemerintah yang menuntut untuk melakukan penyelidikan yang tepat. Namun inisiatif tersebut secara efektif ditunda dan tidak ada jawaban atas pertanyaan tersebut yang pernah diajukan. Hingga hari ini, otoritas Belanda dengan keras kepala menghindari pembahasan topik ini, berpura-pura bahwa hal itu tidak relevan dalam masalah ini," pernyataan itu menambahkan.
Kecelakaan MH17 dan Investigasinya