Tentara Israel di Gaza Kehabisan Amunisi dan Tank, Netanyahu Masih Sibuk Renovasi Rumahnya
Di tengah berkobarnya perang di Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih memikirkan renovasi rumah pribadinya di Kota Caesarea.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM – Di tengah berkobarnya perang di Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih memikirkan renovasi rumah pribadinya di Kota Caesarea.
Netanyahu dan keluarganya dilaporkan meninggalkan rumah itu selama beberapa minggu atau bulan belakangan.
Perginya sang perdana menteri diduga karena ada pekerjaan pembuatan tembok dan pekerjaan terkait keamanan di rumahnya.
Dilansir dari Walla, narasumber yang dekat dengan Netanyahu mengonfirmasi hal ini. Namun, kantor Netanyahu memilih bungkam ketika diminta buka suara.
Karena ada renovasi di kediaman resmi PM Israel di Jalan Balfour yang sudah berlangsung bertahun-tahun, keluarga Netanyahu tinggal di rumah pribadi di Jalan Gaza di Yerusalem dan rumah pribadi lainnya di Caesarea.
Di tengah meluasnya demonstrasi menentang Netanyahu, pembangunan pagar dan pekerjaan keamanan di rumah Netanyahu dimulai. Biaya renovasinya dilaporkan mencapai jutaan shekel atau setara dengan miliaran rupiah.
Netanyahu dan istrinya memutuskan pergi dulu dari rumah di Caesarea selama beberapa minggu ke depan.
Belum diketahui apakah selama beberapa minggu itu Netanyahu akan tinggal rumahnya di Jalan Gaza atau akan meminta tinggal di hotel dengan dibiayai negara.
Menurut narasumber yang dekat dengan politikus sayap kanan itu, persoalan anggaran pekerjaan keamanan dan biaya tempat tinggal telah membuat keluarga Netanyahu cekcok dengan Yossi Shelli selaku Kepala Kantor PM Israel.
Shelli bertanggung jawab menyetujui dana dan biaya yang terkait dengan kediaman PM Israel.
Pada Januari 2024, Netanyahu pernah meminta kolam renang di rumahnya diperbaiki.
Baca juga: Ribuan Warga Israel Berdemo, Kepung Rumah Netanyahu dari 3 Penjuru, Minta Dia Dijebloskan ke Penjara
Kantor PM Israel menyetujui permintaan itu meski ada keberatan dari kepala akuntan Kantor PM Israel, Roy Benbenisti.
Dilaporkan ada seorang pejabat tinggi Israel mengundurkan diri setelah permintaan itu disetujui.
Adapun pada musim panas lalu, Netanyahu dan istrinya tidak tinggal di rumah pribadi mereka karena ada renovasi.
Keduanya berlibur panjang di Israel utara pada Juli dan Oktober. Saat perang meletus, Netanyahu juga tinggal di rumah kawannya yang seorang pebisnis Yahudi-Amerika bernama Simon Falick.
Sementara itu, saat ini Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan kehabisan amunisi dan tank dalam invasinya di Gaza.
Dalam laporan yang disampaikan kepada Mahkamah Agung Israel, militer negara Zionis itu menuebut ada banyak tank yang rusak atau sama sekali tak bisa digunakan. Meski demikian, IDF tidak merinci berapa jumlahnya.
Dikutip dari The New Arab, sejak perang di Gaza meletus, Amerika Serikat (AS) yang menjadi sekutu Israel memasok senjata bernilai miliaran dolar ke Israel.
Namun, Netanyahu baru-baru ini mengkritik pemerintahan Joe Biden yang dianggapnya “memperlambat” pengiriman amunisi.
Kurangnya amunisi juga memunculkan pertanyaan mengenai kemampuan Israel dalam menghadapi Hizbullah jika perang besar di antara keduanya benar-benar terjadi.
Unjuk rasa di rumah Netanyahu
Rumah Netanyahu di Caesarea juga menjadi tempat unjuk rasa ribuan warga Israel.
Pada hari Rabu malam, (10/7/2024), warga Zionis berdemonstrasi di sana dengan mengusung tajuk “Ibu-Ibu di Depan”.
“Ada jalan keluar, dan jalan itu berada di tangan kita dan di tangan para ombudsman,” kata Ayelet Hasher Seydoff yang menjadi pemimpin unjuk rasa.
Walla melaporkan para demonstran mengepung kediaman Netanyahu dari tiga penjuru.
Mereka berdiri di dua pintu masuk di jalan tempat keluarga Netanyahu tinggal. Ada pula yang berdiri di bukit-bukit pasir di belakang rumah itu.
Aparat kepolisian disiagakan untuk menangani demonstrasi itu. Polisi turut membawa water cannon.
Baca juga: Demi Pertahankan Kursi di Pemerintahan, Netanyahu Nekat Sabotase Perundingan Pembebasan Sandera
Sementara itu, para pengunjuk rasa membawa pengeras suara berukuran besar dan drum.
“Saya ingin memberi tahu kalian bahwa dua minggu lalu kami mengajukan petisi melalui pengacara Dfna Lachner Holtz bersama keluarga para sandera,” kata Seydoff.
“Kami meminta penasihat hukum itu untuk menjawab mengapa dia berpikir bahwa Netanyahu tidak melanggar aturan konfril kepentingan dalam melancarkan perang dan kami minta Netanyahu untuk segera dibawa ke dalam penjara.”
“Dari sini kami memanggil penjaga gerbang terakhir: Selamatkan negara dari mereka yang ingin menghancurkannya."
Seydoff menuding bahwa Netanyahu menganggap nama dan warisannya sebagai hal terpenting baginya.
“Suatu hari sejarawan berambut abu-abu akan duduk di ruangnya dan menulis tentang Netanyahu, si sales gagal, yang menghancurkan negaranya dan menjual rakyatnya hanya karena dia ingi berkuasa,” katanya.
Direktur Pendidikan Negara, Itamar Kramer, turut mengecam Netanyahu dalam demonstrasi itu.
“Hanya ada satu orang yang harus disalahkan atas aib ini, kepincangan ini, runtuhnya nilai-nilai ini. Netanyahu bersalah karena membuat persekutuan dengan Avi Maoz, Ben Gvir, dan Orit Struck yang berusaha masuk ke dalam pendidikan anak-anak kita,” ujar Kramer.
(Tribunnews/Febri)