Wajib Militer Israel Picu Protes Keras, Komunitas Yahudi Ultra Ortodoks Rela Mati Menolak Wamil
Komunitas Yahudi Ultra-Ortodoks menolak Wajib Militer yang memicu protes dengan kekerasan.
Penulis: Muhammad Barir
Wajib Militer Israel Memicu Protes dengan Kekerasan, Komunitas Ultra-Ortodoks Rela Mati Tolak Wamil
TRIBUNNEWS.COM- Israel sedang mengalami kekurangan jumlah tentara IDF yang menyebabkan mereka akan merekrut tentara dari kalangan Yahudi Ultra Ortodoks.
Namun, komunitas Yahudi Ultra-Ortodoks menolak Wajib Militer tersebut, mereka melakukan aksi protes keras di jalanan dalam beberapa hari terakhir ini.
Bentrokan hebat meletus Selasa malam antara polisi Israel dan kaum Yahudi ultra-Ortodoks yang turun ke jalan untuk secara keras menentang wajib militer mereka.
Puluhan orang Yahudi Haredi menyerbu Jalan Raya 4 di Persimpangan Coca-Cola dekat Bnei Brak, sebuah kota yang didominasi oleh penduduk ultra-Ortodoks di wilayah Tel Aviv, harian Israel Yedioth Ahronoth melaporkan.
Para pengunjuk rasa secara agresif memblokir jalan raya, terlibat dalam konfrontasi dengan polisi, dan duduk di jalan.
Yahudi Haredi ultra-Ortodoks hari ini memprotes undang-undang wajib militer dan memblokir jalan raya sebagai protes.
Mereka bersama-sama tidur di jalan persis di jalur depan truk militer Israel. Mereka siap mati demi menolak Wajib Militer.
Lembaga penyiaran publik Israel, KAN, merilis rekaman yang memperlihatkan para demonstran menghalangi jalan dan menantang meriam air yang dikerahkan polisi untuk membubarkan protes.
Mulai hari minggu
Selasa pagi, media Israel mengungkapkan bahwa tentara berencana untuk memulai wajib militer bagi pria Haredi mulai Minggu.
Keputusan Mahkamah Agung tersebut memberlakukan wajib militer bagi orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks dan mencabut dukungan keuangan dari sekolah-sekolah agama yang tidak patuh.
Angkatan Darat menganggap wajib militer ini penting untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, dan menegaskan bahwa mengandalkan pendaftaran sukarela saja tidak cukup.
Yahudi Haredi, yang mencakup sekitar 13 persen dari populasi Israel yang berjumlah sekitar 9,9 juta jiwa, telah lama menolak dinas militer, dengan alasan komitmen mendalam terhadap studi Taurat, teks suci Yudaisme.
Persyaratan hukum bagi semua warga negara Israel yang berusia di atas 18 tahun untuk bertugas di militer, ditambah dengan pengecualian kontroversial bagi Yahudi Haredi, telah memicu perdebatan sengit selama beberapa dekade.