Secret Service: Penembak Donald Trump Sudah Dicurigai Sejam sebelum Penembakan
Secret Service mengakui bahwa pihaknya sudah mencurigai Crooks sejam sebelum penembakan terhadap Donald Trump terjadi.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Secret Service atau Dinas Rahasia AS menyebut sudah mencurigai penembak mantan Presiden AS Donald Trump, Thomas Matthew Crooks sejam sebelum penembakan terjadi.
Namun, Dinas Rahasia AS menyebut saat pemantauan masih dilakukan, sosok Crooks hilang di tengah kerumunan orang yang bakal hadir saat kampanye Trump di Pennsylvania pada Sabtu (13/7/2024).
Adapun informasi ini diketahui dari pertemuan tertutup yang digelar anggota DPR AS, Senat, dan para pejabat penegak hukum, termasuk Dinas Rahasia AS pada Rabu (17/7/2024).
Dikutip dari BBC, senator asal Wyoming, John Barrasso mengungkapkan bahwa Dinas Rahasia AS mengaku telah melihat Crooks satu jam sebelum serangan, tetapi kemudian kehilangan pandangannya.
John mengatakan Dinas Rahasia AS curiga kepada Crooks berdasarkan barang yang dibawanya.
"Dia diidentifikasi sebagai orang yang patut dicurigai karena (dia memiliki) alat pengintai dan juga ransel. Dan ini terjadi lebih dari satu jam sebelum penembakan terjadi," katanya.
Dia pun mencibir cara kerja Dinas Rahasia AS yang bisa kehilangan jejak dari Crooks.
"Jadi, Anda akan berpikir selama satu jam itu, Anda seharusnya tidak kehilangan pandangan terhadap individu tersebut," tutur John.
Lalu, pada pertemuan tertutup tersebut, Dinas Rahasia AS juga mengungkapkan bahwa Crooks sudah melakukan pemantauan di lokasi kampanye Trump setiap harinya sebelum penembakan dan percobaan pembunuhan terhadap Trump dilakukan.
Baca juga: Baju Donald Trump Berlubang Diduga Peluru Mengenai Dada, Benarkah Selamat Berkat Rompi Antipeluru?
Selain itu, salah satu pejabat yang ikut dalam pertemuan tersebut juga menuturkan bahwa aparat telah mencari ponsel milik Crooks untuk mengulik apakah pelaku memiliki gejala depresi.
Crooks juga disebut sempat mencari foto Trump dan Presiden AS, Joe Biden.
Direktur FBI, Christopher A. Wray mengatakan dalam pertemuan tersebut bahwa dalam riwayat panggilan yang dilakukan Crooks, terjadi 200 kali panggilan telepon dan adanya 14.000 gambar yang sudah diidentifikasi.
Senator Partai Republik Beri Kritik, Tetap Bolehkan Trump Kampanye meski Sudah Tahu Ada Ancaman
Pada kesempatan yang sama, beberapa senator dari Partai Republik mengkritik kurangnya transparansi dari para penyelidik.
Selain itu, mereka juga marah dengan kinerja Dinas Rahasia AS yang tetap memperbolehkan Trump naik ke podium meski sudah mengetahui adanya ancaman sebelumnya.
"Saya terkejut mengetahui bahwa Secret Service sudah tahu adanya ancaman sebelum Presiden Trump naik ke atas panggung," kata Senator Tennessee, Marsha Blackburn.
Beberapa senator juga marah karena penyelidik tidak menjawab pertanyaan mereka dan menuntut pengunduran diri dari Direktur Dinas Rahasia AS, Kimberly Cheatle.
"Kegagalan keamanan yang mengerikan dan kurangnya transparansi seputar upaya pembunuhan terhadap Presiden Trump menuntut pergantian kepemimpinan di Dinas Rahasia AS," kata Senator Utah, Mike Lee.
Baca juga: Wanita yang Duduk di Belakang Donald Trump Jadi Pusat Perhatian Karena Tindakannya yang Tak Terduga
Seruan agar Cheatle mundur juga disampaikan oleh Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson.
Bahkan, dia juga berencana untuk menggelar penyelidikan di DPR AS terkait penembakan terhadap Trunp ini,
“Penyelidikan ini akan terdiri dari anggota Partai Republik dan Demokrat untuk mengungkap kasus ini dengan cepat, sehingga rakyat Amerika bisa mendapatkan jawaban yang layak mereka dapatkan,” katanya dikutip dari ABC News.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Donald Trump Ditembak