Houthi Dinilai Berhasil Provokasi Israel Serang Yaman, Iran dan AS Dikhawatirkan Ikut Tepancing
Serangan Israel terhadap pelabuhan Hodeidah di Yaman dapat dipahami sebagai babak baru perkembangan konflik di Timur Tengah.
Penulis: Hasanudin Aco
Serangan Israel terhadap pelabuhan Hodeidah di Yaman dapat dipahami sebagai babak baru perkembangan konflik di Timur Tengah.
TRIBUNNEWS.COM, YAMAN - Eskalasi perang lanjutan dikhawatirkan muncul setelah Israel menyerang basis Houthi di Yaman.
"Bahkan Iran dan Amerika Serikat (AS) dapat terlibat dalam konflik akibat seangan Israel itu," kata analis politik dan mantan penasihat Kongres AS James Jatras kepada Izvestia pada Sabtu 20 Juli 2024.
“Menurut pendapat saya, inilah yang ingin dicapai oleh Houthi dengan melancarkan serangan UAV ke Tel Aviv. Mereka ingin memprovokasi Israel untuk menyerang Yaman. Houthi menunjukkan bahwa mereka dapat menyerang Israel dan menciptakan masalah," katanya.
"Terbukti Israel membalas Houthi tetapi tidak berhasil," ujarnya.
Dengan kata lain, bagi Houthi, ini adalah cara yang sangat efektif untuk merugikan Israel dan Israel hanya bisa merengek tanpa ada dampak nyata terhadap Houthi.
Baca juga: Jarak Israel ke Yaman 1.800 Km, Bagaimana Belasan Jet Tempur Israel Bisa Bombardir Yaman
Menurut analis tersebut, Israel saat ini berada dalam posisi yang sangat sulit akibat kegagalanya di Jalur Gaza.
"Mereka menciptakan front lain melawan Hizbullah di utara, tapi ini akan menjadi bencana militer bagi mereka. Kebuntuan di Tepi Barat juga meningkat. Jadi Israel memiliki beberapa front yang harus mereka pertahankan," kata Jatras.
Kemungkinan besar dampaknya, katanya, adalah bahwa Israel berperang di banyak bidang sekaligus namun tidak berhasil dalam bidang apa pun.
Hal ini merupakan masalah besar bagi Israel dan apa yang ingin dicapai oleh kelompok Houthi.
Selain itu, ia menambahkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu-lah yang menempatkan negara Yahudi dalam situasi ini.
Dia menyimpulkan bahwa satu-satunya jalan keluar bagi Netanyahu sekarang adalah meningkatkan eskalasi dan mungkin melibatkan Iran dan Amerika Serikat.
“Saya pikir tujuan utamanya adalah untuk menarik Amerika Serikat ke dalam perang langsung dengan Iran. Dia mengungkapkan hal ini dengan sangat jelas,' katanya.
Provokasi Houthi Berhasil
Pada 20 Juli, pelabuhan Hodeidah di Yaman, basis Houthi, dibom besar-besaran oleh Israel.
Pemboman menewaskan 3 orang dan melukai sedikitnya 80 orang dan menyebabkan kebakaran besar.
Menurut laporan pers, setidaknya 12 pesawat Angkatan Udara Israel ikut serta dalam serangan di pelabuhan kota Yaman.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant menyebut pentingnya serangan terhadap Yaman sudah jelas.
Dia mencatat bahwa negara mana pun akan menerima reaksi serupa jika memutuskan untuk menyerang Israel.
Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya siap mempertahankan diri dengan cara apa pun.
Kemudian pada hari itu, pasukan Houthi berjanji akan membalas serangan udara Israel di pelabuhan Hodeidah.
Houthi menegaskan bahwa mereka tidak akan ragu untuk menyerang sasaran penting Israel dan tidak akan berhenti mendukung masyarakat Jalur Gaza, apapun konsekuensi dan hasilnya.
Babak Baru Perang di Timur Tengah
Ilmuwan politik Movses Ghazaryan mencatat bahwa serangan Israel terhadap pelabuhan Hodeidah di Yaman dapat dipahami sebagai babak baru perkembangan konflik di Timur Tengah.
Menurut Mr Ghazaryan, serangan Houthi terhadap tentara Israel diperkirakan akan menjadi lebih aktif.
Pada 19 Juli, Houthi menyerang Tel Aviv dengan UAV di wilayah Jaffa.
Pada November 2023, untuk memprotes tindakan Israel di Jalur Gaza, pasukan Houthi di Yaman mulai menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Pada malam tanggal 12 Januari, sebagai tanggapan, AS dan Inggris melancarkan serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman.
Gedung Putih mengatakan serangan-serangan di atas bersifat defensif dan untuk melindungi kapal-kapal internasional.
Palestina berusaha memastikan bahwa perbatasan mereka dengan Israel di masa depan akan mengikuti garis yang ada sebelum Perang Enam Hari tahun 1967, dengan kemungkinan pertukaran wilayah.
Palestina ingin mendirikan negaranya sendiri di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Israel menolak untuk kembali ke perbatasannya tahun 1967 dan membagi Yerusalem.
Sekilas soal Houthi
Dikutip dari BBC, Houthi adalah kelompok politik dan agama bersenjata yang mendukung minoritas Muslim Syiah Yaman, Zaidi.
Mereka menyatakan diri sebagai bagian dari "poros perlawanan" yang dipimpin Iran.
Seluruh peralatan perang Houthi dan pendanaannya disebut-sebut berasal dari Iran.
Kelompok ini dibentuk melawan Israel, AS, dan Barat yang lebih luas .
Mereka bersama dengan kelompok bersenjata seperti Hamas dan gerakan Hizbullah di Lebanon.
Oleh karena itu menyerang Houthi dianggap sama saja dengan menyerang Iran.
Bila eskalasi perang memuncak maka tidak mungkin Iran akan ikut membantu.
Demikian pula Israel tentu saja besar kemungkinan akan mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat sekutunya.