Akademisi Indonesia Melihat Peluang Bonus Demografi di Simposium ASSIGN PPI Jepang
Ahsan menjelaskan bahwa perkembangan SDM dan bantuan sosial merupakan pilar penting demi beradaptasi terhadap bonus demografi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Para akademisi Indonesia tampaknya melihat peluang bonus demografi sebagai sesuatu yang sangat baik bagi Indonesia di simposium ASSIGN yang dilakukan Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang (PPI) baru-baru ini.
"ASSIGN merupakan simposium pendidikan yang bertujuan untuk mempresentasikan riset serta ekspertis peneliti/akademisi Indonesia. Tahun ini, ASSIGN mengangkat tema The Demographic Bonus Dilemma: Threat or Opportunity for Indonesia?” ungkap Wakil Ketua PPI Jepang Prima Gandhi kepada Tribunnews.com baru-baru ini.
Acara ASSIGN dibuka dengan dimainkannya lagu Indonesia Raya sekaligus doa bersama demi kelancaran rencana aktivitas hari ini, diikuti dengan sambutan dari Fadlyansyah Farid selaku Ketua PPI Jepang, Rahmat Gobel selaku Ketua Persada, Bapak Amzul Rifin selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Jepang, dan juga pidato pembukaan dari Bapak Arif Satria selaku Rektor Universitas IPB mengenai target Indonesia Emas 2045 dan apa saja yang harus direalisasikan demi mencapainya.
Sesi pertama acara ini dimulai dengan penjelasan fenomena bonus demografi, dan perbandingan fitur demografi Indonesia dan Jepang.
Baca juga: Jepang Imbangi Pengaruh Cina di Kepulauan Pasifik
Pemaparan materi pertama dibawa oleh ahli demografi Jepang, Deputi Direktur Nihon University, Prof. Rikiya Matsukara yang berpresentasi mengenai sudut pandang pemerintah Jepang dan upaya mereka terhadap masalah bonus demografi.
Kemudian Matsukara menjelaskan mengenai sebab terjadinya bonus demografi, proyek pemerintah berjudul National Transfer Accounts (NTA) untuk menghitung perkembangan rentang usia terhadap ekonomi, dan bagian-bagian yang melintang di antara dua topik tersebut.
Setelah itu, narasumber ahli demografi Indonesia, Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Dr. Abdillah Ahsan berpresentasi mengenai peluang, dampak, dan juga tantangan yang Indonesia hadapi terhadap persoalan bonus demografi.
Ahsan menjelaskan bahwa perkembangan SDM dan bantuan sosial merupakan pilar penting demi beradaptasi terhadap bonus demografi.
Ia juga menegaskan bahwa pencapaian obyektif tersebut dapat mendorong ekonomi Indonesia ke tingkat yang sangat tinggi.
Untuk menutup sesi pertama, ahli demografi pemerintah dan Deputi bidang Pembangunan Manusia Kementerian Bappenas, Amich Alhumami, PhD., mempresentasikan pendekatan pemerintah terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia.
Alhumami menjelaskan upaya pemerintah dalam mendorong perkembangan SDM Indonesia pertama melalui penyediaan fasilitas Layanan Dasar berupa Kesehatan, Edukasi, dan Perlindungan Sosial yang memadai.
Setelah itu, melihat dari sisi masyarakat Indonesia tersendiri, pemerintah berupaya untuk meningkatkan edukasi, budaya, dan prestasi olahraga masyarakat.
Sebagai pesan penutup, Almuhami menuturkan mengenai pentingnya pembudayaan pendidikan karakter dan moral diantara masyarakat demi kesejahteraan dan kemampuan beradaptasi bersama.