Lelah Hadapi Hamas, Mayoritas Pasukan Israel Ingin Gencatan Senjata, Dukung Pertukaran Sandera
Mayoritas pasukan Israel ingin gencatan senjata di Jalur Gaza dan pertukaran sandera segera dilakukan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.com - Memasuki hari ke-290 serangan ke Jalur Gaza, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tampaknya sudah mulai lelah menghadapi gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Sebuah survei yang diterbitkan media Israel mengungkapkan mayoritas atau sekitar 62 persen pasukan Israel ingin gencatan senjata dilakukan.
Mereka juga mendukung penandatanganan perjanjian pertukaran sandera, dilansir Al Mayadeen.
Sementara itu, 14,4 persen lainnya bersikukuh masih ingin meneruskan serangan ke Gaza dan 7,6 persen lainnya tak punya pendapat.
Survei ini dilakukan saat ribuan warga Israel mendesak para pemimpin Israel untuk menerima kesepakatan pertukaran sandera.
Keluarga sandera Israel menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas keterlambatan dalam mencapai kesepakatan dan pembebasan para tawanan.
Situasi para sandera Israel di Jalur Gaza tak jelas karena pengeboman tanpa pandang bulu yang dilakukan pasukan Israel terus membahayakan nyawa mereka.
Radio Tentara Israel sebelumnya melaporkan, sejauh ini ada 47 dari 120 sandera Israel di Gaza telah dinyatakan tewas.
Selain itu, laporan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, baru-baru ini mengungkapkan tahanan Alex Dancyg dan Yagev Buchstab yang dinyatakan tewas pada pada Senin (22/7/20204), sebenarnya terbunuh dalam operasi militer Israel di Khan Younis di Jalur Gaza selatan awal tahun lalu.
Netanyahu Minta Perwakilan Berangkat ke Qatar
Sementara itu, komentator urusan politik untuk Perusahaan Penyiaran Israel (KAN), Gili Cohen, mengatakan Netanyahu telah meminta delegasi perundingan untuk melakukan perjalanan ke Qatar.
Hal ini dilakukan Netanyahu setelah berdiskusi dengan pejabat militer dan keamanan Israel.
Baca juga: Mimpi Buruk bagi Israel, Digempur 65 Rudal Hizbullah dan Drone Houthi di Hari yang Sama
Cohen mengungkapkan, "Pada akhir konsultasi keamanan luar biasa yang berlangsung enam jam dan membahas masalah dokumen Israel mengenai kesepakatan sandera, gencatan senjata, dan isu-isu strategis lainnya, Kantor Perdana Menteri mengumumkan delegasi Israel akan berangkat pada Kamis (25/7/2024), untuk melanjutkan negosiasi."
Dikutip dari Palestine Chronicle, Cohen juga menyebutkan pejabat Israel yang terlibat negosiasi itu termasuk Kepala Staf IDF, Herzi Halevi; Kepala Mossad, David Barnea; dan Kepala Shin Bet, Ronen Bar.
Kabarnya, agenda tersebut mencakup implikasi dari perjanjian pertukaran tahanan dan perjanjian gencatan senjata di Front Utara (melawan Hizbullah) dan masalah-masalah dengan Angkatan Bersenjata Yaman, serta masalah-masalah strategis lainnya.
Komentator urusan militer Channel 13, Alon Ben David, menuturkan, "Diskusi dengan Perdana Menteri adalah diskusi strategis yang berlangsung beberapa jam dan membahas kemungkinan kesepakatan tahanan, tetapi juga situasi di semua lini."
"Jelas bagi semua pihak, kesepakatan tahanan di Gaza adalah langkah pertama dalam inisiasi negosiasi dan landasan yang mempengaruhi seluruh wilayah," urai dia.
David juga mencatat, tanpa kesepakatan pertukaran tahanan, pemukim Israel tidak akan bisa kembali ke Israel utara, di tengah berkurangnya kepercayaan terhadap keamanan dan militer, sedangkan Netanyahu terus fokus pada Gaza sampai pemilu AS selesai.
Al Mayadeen melaporkan, sumber-sumber di lembaga keamanan Israel khawatir "kehilangan lebih banyak waktu akan menyebabkan kita kehilangan kendali dalam kesepakatan pertukaran tahanan, khususnya koridor Netzarim," seperti yang diungkapkan oleh laporan Israel pada Sabtu (20/7/2024).
Keluarga Sandera Israel Desak Netanyahu
Pada Sabtu lalu, ribuan warga Israel menghadiri unjuk rasa mingguan di Tel Aviv dan lokasi lainnya, mendesak Netanyahu untuk tidak pergi ke Ameirka sebelum kesepakatan pertukaran sandera selesai.
Netanyahu sendiri berangkat menuju Amerika pada Minggu (21/7/2024) malam, dilansir The Times of Israel.
Baca juga: Pemilik Restoran di Vietnam Usir Keluarga Israel: Kami Hanya Menerima Manusia, Anjing, dan Kucing
Forum Sandera dan Keluarga Hilang telah meluncurkan kampanye yang menuntut Netanyahu tetap berada di Israel untuk melanjutkan perundingan dengan Hamas guna mencapai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera.
Pada Jumat (19/7/2024) malam, anggota Forum mengadakan makan malam tradisional Shabbat di luar rumah Netanyahu di Kaisarea.
"Jika Anda setuju dengan kesepakatan itu, ini bisa menjadi Shabbat terakhir mereka dalam tahanan," tulis organisasi itu di X, yang sebelumnya bernama Twitter.
"Amerika bisa menunggu, tapi 120 sandera tidak bisa. Pertama-tama, buat kesepakatan, lalu sampaikan pidato Anda!" lanjut dia.
Desakan terhadap Netanyahu juga datang dari keluarga Amerika yang anggotanya disandera di Gaza.
Mereka mendorong Netanyahu untuk mengumumkan dalam pidatonya di depan Kongres, Rabu (24/7/2024), ia akan menerima kesepakatan gencatan senjata Presiden AS, Joe Biden.
Dikutip dari The Hill, delapan dari 120 sandera di Gaza adalah warga Amerika Serikat.
Biden mengatakan Israel dan Hamas pada prinsipnya telah menerima kesepakatan gencatan senjata tiga fase dan berupaya untuk menyelesaikan rincian akhir dan logistik.
Sementara, kabar terbaru mengatakan Kantor Netanyahu mengatakan akan mengirim tim perundingan Israel untuk terlibat dalam diskusi pada Kamis besok, di Qatar.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)