Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Pejabat Senior Fatah Mohammad Dahlan Dipertimbangkan untuk Pimpin Gaza setelah Perang

Mohammad Dahlan disebut-sebut sebagai sosok ideal untuk pimpin Gaza setelah perang. Namun ia berkata akan menolak tawaran tersebut.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Mantan Pejabat Senior Fatah Mohammad Dahlan Dipertimbangkan untuk Pimpin Gaza setelah Perang
via allisrael.com
Mohammed Dahlan dalam sebuah wawancara pada November 2023. -- Terbaru, Mohammad Dahlan disebut-sebut sebagai sosok ideal untuk pimpin Gaza setelah perang. Namun ia berkata akan menolak tawaran tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM - Mohammed Dahlan, mantan anggota senior kelompok Fatah, dipertimbangkan untuk menjadi calon pemimpin Gaza setelah perang, menurut laporan Wall Street Journal pada hari Kamis (25/7/2024).

Mohammed Dahlan disebut-sebut diterima baik oleh Israel maupun Hamas sebagai pemimpin sementara.

Ia juga akan disetujui oleh Amerika Serikat dan negara-negara Teluk Suni.

Dahlan pernah berselisih dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan kelompok Hamas.

Ia lalu diasingkan ke UEA dari Tepi Barat, saat Hamas mengambil alih Jalur Gaza.

Saat ini Dahlan tinggal di Abu Dhabi.

Namun, setelah mendengar kabar ini, Dahlan mengumumkan secara terbuka akan menolak tawaran tersebut.

Berita Rekomendasi

"Saya telah berulang kali menolak menerima peran keamanan, pemerintahan, atau eksekutif apa pun," katanya di X, Kamis (25/7/2024).

Foto Mohammed Dahlan di media sosialnya
Foto Mohammed Dahlan di media sosialnya (X/mohammad_dahlan)

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times pada bulan Februari, Dahlan mengatakan, ia tidak bermaksud untuk memegang jabatan politik di Gaza atau Tepi Barat.

"Baik Abbas maupun Hamas. Kita harus menemukan orang-orang baru di Otoritas Palestina," kata Dahlan.

Menurut sebuah opsi yang saat ini sedang dipertimbangkan, Dahlan akan mengawasi pasukan keamanan Palestina yang terdiri dari 2.500 orang yang bekerja sama dengan pasukan internasional, saat pasukan Israel mundur, menurut keterangan pejabat Arab kepada WSJ.

Baca juga: Deklarasi Beijing: China Jadi Perantara Kesepakatan Persatuan Hamas-Fatah, Ini yang Perlu Diketahui

"Pasukan Palestina akan diperiksa oleh AS, Israel, dan Mesir dan tidak akan memiliki loyalitas yang jelas kepada Otoritas Palestina, yang tidak diinginkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengendalikan Gaza," kata pejabat tersebut.

Perlu ditanggapi serius

Laporan tentang Dahlan menjadi pemimpin Palestina bisa saja relevan, menurut seorang sumber yang memiliki pengetahuan tentang masalah tersebut, mengutip The Jerusalem Post.

“Saya pikir Dahlan adalah satu-satunya calon pemimpin transisi saat ini – lebih seperti mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai,” kata sumber tersebut.

Oleh karena itu, laporan-laporan ini perlu ditanggapi secara serius dan menilik kembali asal-usul Dahlan dan situasi terkini di Gaza.

Latar belakang Dahlan

Dahlan lahir di Khan Yunis, Gaza pada 29 September 1961.

Masih mengutip The Jerusalem Post, Khan Yunis juga merupakan kampung halaman bagi banyak pemimpin penting Hamas di Gaza saat ini.

Intinya, orang dapat menyimpulkan bahwa Gaza pada dasarnya telah dipimpin oleh orang-orang Khan Yunis dalam beberapa dekade terakhir.

Sebuah profil di Majalah New Lines oleh Neri Zilber pada tahun 2020 memberikan insight tentang karier Dahlan dan pilihannya untuk mengasingkan diri.

Setelah kematian mantan presiden Palestina Yasser Arafat pada bulan November 2004 dan pemilihan Abbas sebagai presiden Palestina yang baru, Dahlan diberi lebih banyak kekuasaan, menjabat sebagai Menteri Urusan Sipil.

Posisi itu membuatnya secara efektif menjadi perantara utama Palestina dengan Israel.

Baca juga: 8 Tawanan Palestina Dibebaskan IDF, Akui Disiksa dan Diancam di Penjara

Ia mengundurkan diri dari jabatannya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan parlemen tahun 2006.

Ia mengamankan posisi teratas di distrik Khan Yunis melawan banyak kandidat Fatah dan Hamas.

Orang-orang yang mengenal Dahlan – bahkan lawan-lawannya – menyoroti kecerdasan dan kepintarannya.

"Usianya belum 60 tahun, tetapi masih muda, bercukur bersih, dengan rambut hitam yang lebat. Ia juga tampak seperti pemain kekuatan Arab modern, berpakaian jas yang dirancang dengan indah sejak awal menjabat sebagai kepala keamanan Gaza," tulis majalah New Lines.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas