Daftar dan Kronologi Para Pemimpin Perjuangan Palestina yang Dibunuh Israel, Tiga Dekade Pembunuhan
Ismail Haniyeh merupakan pemimpin Hamas terbaru yang tewas dibunuh Israel. Sebelumnya, sudah banyak pemimpin perjuangan Palestina yang syahid.
Penulis: Muhammad Barir
Daftar dan Kronologi Para Pemimpin Hamas yang Dibunuh oleh Israel, Beberapa Dekade Pembunuhan
TRIBUNNEWS.COM- Ismail Haniyeh merupakan pemimpin Hamas terbaru yang tewas dibunuh Israel.
Sebelumnya, sudah banyak pemimpin perjuangan Palestina yang syahid setelah dibunuh oleh Israel.
Berikut daftar dan kronologi para pemimpin Hamas yang dibunuh oleh Israel dalam masa beberapa dekade terakhir.
Daftar ini menyoroti sejarah panjang pembunuhan yang ditargetkan terhadap para pemimpin Hamas oleh pasukan Israel, yang berlangsung dari awal 1990-an hingga saat ini.
Sejak berdirinya Gerakan Perlawanan Palestina Hamas pada bulan Desember 1987, pasukan Israel secara sistematis telah menargetkan para pemimpinnya, baik secara politik maupun militer, dalam operasi pembunuhan baik di dalam maupun di luar Palestina.
Daftar ini menyoroti sejarah panjang pembunuhan yang ditargetkan terhadap para pemimpin Hamas oleh pasukan Israel, yang berlangsung dari awal 1990-an hingga saat ini.
Baca juga: Video Kasus Kematian Bos Hamas Dirudal Lintas Negara, Rumah Ismail Haniyeh di Teheran Jadi Target
Berikut ini adalah ikhtisar kronologis tokoh utama Hamas yang telah dibunuh atau menjadi sasaran Israel:
Pada tanggal 24 November 1993, Emad Aql, yang berusia 22 tahun, dikepung oleh pasukan Israel dengan 60 kendaraan lapis baja di lingkungan Shejaiyya, sebelah timur Kota Gaza. Ia dan rekan-rekannya terlibat dalam baku tembak sebelum ia terbunuh oleh peluru anti-tank.
Pada tanggal 5 Januari 1996, Yahya Ayyash, seorang pemimpin Brigade Al-Qassam, dibunuh dengan alat peledak yang disembunyikan di telepon seluler, yang diledakkan dari jarak jauh oleh pasukan Israel saat melakukan panggilan telepon dengan ayahnya.
Pada tanggal 31 Juli 2001, Jamal Salim dan Jamal Mansour tewas akibat serangan rudal dari helikopter Apache Israel yang menargetkan kantor mereka di Nablus, di Tepi Barat yang diduduki.
Pada tanggal 23 Juli 2002, Salah Shehadeh, pendiri dan komandan pertama sayap militer Hamas, tewas dalam serangan udara oleh jet F-16 yang menghancurkan seluruh blok pemukiman, menewaskan 13 orang, termasuk istri dan putrinya.
Pada tanggal 8 Maret 2003, Ibrahim al-Maqadmeh, seorang anggota biro politik dan pemimpin militer Hamas, tewas ketika helikopter Apache Israel menembakkan lima rudal ke mobilnya, menewaskan dia dan tiga rekannya, di Kota Gaza.
Pada tanggal 21 Agustus 2003, Ismail Abu Shanab, seorang pemimpin terkemuka Hamas, dibunuh oleh pasukan Israel ketika helikopter Apache menembakkan rudal ke mobilnya, yang juga menewaskan dua asistennya, di Kota Gaza.
Pada tanggal 22 Maret 2004, Sheikh Ahmed Yassin, pendiri Hamas, dibunuh oleh helikopter Apache Israel yang menembakkan rudal ke arahnya saat ia kembali dari salat subuh di Kota Gaza. Ia berusia 68 tahun.
Pada tanggal 17 April 2004, Abdul Aziz al-Rantisi, seorang pemimpin senior Hamas, tewas dalam serangan udara Israel terhadap mobilnya di Kota Gaza, dua minggu setelah mengambil alih sebagai pemimpin Hamas setelah pembunuhan Yassin.
Pada tanggal 26 September 2004, Ezz El-Din Sheikh Khalil terbunuh di Damaskus oleh bom mobil yang ditanam oleh agen Mossad, yang menyusup ke Suriah melalui Irak.
Pada tanggal 21 Oktober 2004, Adnan al-Ghoul, seorang ahli bahan peledak, tewas dalam serangan udara terhadap mobilnya di Gaza, setelah selamat dari beberapa upaya pembunuhan sebelumnya.
Pada tanggal 1 Januari 2009, Nizar Rayyan tewas bersama 15 anggota keluarganya, termasuk istri dan anak-anaknya, ketika serangan udara Israel menghancurkan rumahnya selama Operasi Cast Lead, di Jabaliya, di Gaza utara.
Pada tanggal 15 Januari 2009, Saeed Siam, menteri dalam negeri Hamas, tewas dalam serangan udara di rumah saudaranya selama hari-hari terakhir Operasi Cast Lead.
Pada tanggal 19 Januari 2010, Mahmoud al-Mabhouh, seorang komandan militer senior Hamas, dibunuh di sebuah hotel Dubai, yang dilaporkan oleh agen Mossad.
Pada tanggal 14 November 2012, Ahmed al-Jaabari, seorang pemimpin militer senior Hamas, tewas dalam serangan udara Israel terhadap mobilnya, menandai dimulainya Operasi Pilar Pertahanan.
Pada tanggal 21 April 2018, Fadi al-Batsh, seorang insinyur listrik dan ahli drone untuk Hamas, dibunuh oleh orang-orang bersenjata di Malaysia, yang diyakini sebagai agen Mossad.
Pada tanggal 21 November 2023, Khalil Kharaz, wakil komandan sayap militer Hamas di Lebanon, tewas oleh serangan pesawat tak berawak Israel bersama tiga rekannya di Tyre, Lebanon.
Pada tanggal 18 Oktober 2023, Jamila al-Shanti, seorang anggota biro politik Hamas, tewas dalam serangan udara di rumahnya, menjadi anggota ketiga biro politik yang tewas sejak dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa.
Pada 17 Oktober 2023, Ayman Nofal Ayman Nofal, seorang komandan senior Hamas, tewas dalam serangan udara selama Pertempuran Tufan Al-Aqsa. Ia terlibat dalam penangkapan tentara Israel Gilad Shalit pada tahun 2006.
Pada tanggal 2 Januari 2024, Saleh al-Arouri, wakil kepala biro politik Hamas, tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di kantor Hamas di Beirut.
Pada tanggal 31 Juli 2024, Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas, dibunuh dalam serangan Israel di kediamannya di Teheran, tempat ia menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Kata Putra Sulung Ismail Haniyeh tentang Kematian Ayahnya
Putra sulung Ismail Haniyeh, Said Abdel Salam Haniyeh mengatakan tentang kematian ayahnya dan pentingnya menjaga persatuan Palestina.
Said Abdel Salam Haniyeh mengatakan bahwa darah ayahnya dan (darah) semua martir akan smakin memperkuat bangsa, perjuangan, dan revolusi hingga meraih kemenangan.
Dia menekankan, dalam wawancaranya dengan Al-Jazeera, pentingnya persatuan rakyat Palestina.
Ismail Haniyeh, seorang pemimpin politik Palestina terkemuka dan kepala biro politik Hamas, dibunuh di Teheran dalam serangan udara Israel pada hari Rabu pagi.
Haniyeh berada di ibu kota Iran untuk pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Baik Hamas maupun Garda Revolusi Iran mengonfirmasi kematiannya dan mengumumkan penyelidikan berkelanjutan atas insiden tersebut.
Mengomentari pembunuhan ayahnya, Abdel Salam mengatakan,
“Kami menyampaikan belasungkawa atas nama bangsa, rakyat bebas di dunia, dan rakyat Palestina atas kesyahidan ayah saya yang menempuh jalan yang sama (dengan) rakyat Palestina.”
“Jalan ini hanya bisa berakhir dengan kemenangan atau kesyahidan (kemartiran),” imbuhnya.
Abdel Salam Haniyeh juga mengulang kata-kata ayahnya, yang ia gunakan untuk meratapi anggota keluarganya yang gugur dalam serangan Israel dalam beberapa bulan terakhir.
“Darah ayah saya tidak lebih berharga daripada darah anak-anak, pria dan wanita yang menjadi martir di Gaza,” katanya.
Abdel Salam mengatakan bahwa darah ayahnya adalah darah pengorbanan yang dibutuhkan di jalan menuju pembebasan, seraya mengutip orang-orang yang telah mendahuluinya, dan yang meninggal dengan cara yang sama.
Beberapa pejuang Palestina yang sama-sama menjadi syahid itu termasuk pemimpin pendiri, syahid Ahmed Yassin, pemimpin pendiri Abu Ammar (Yasser Arafat), Fathi Shikaqi, Abu Ali Mustafa, dan yang lainnya yang telah memberikan darah mereka di .. jalan menuju pembebasan.
Terkait dengan empat kali percobaan pembunuhan terhadap ayahnya, Abdel Salam Haniyeh, yang terluka dalam salah satu percobaan pembunuhan tersebut, mengatakan,
“Kami telah pasrah dengan kematiannya, sebagaimana ayah (saya) katakan kepada kami setiap hari untuk pasrah dengan berita apa pun yang kami terima (tentang pembunuhannya).”
Abdul Salam Haniyeh menekankan pentingnya persatuan di kalangan warga Palestina, dan menegaskan bahwa ayahnya berdedikasi pada “persatuan nasional”.
“Kami sangat yakin pada rakyat Palestina dan pada kepemimpinan Palestina bahwa darah murni (para martir) harus menyatukan kita.”
Ia menyerukan “semua saudara di kepemimpinan Palestina yang bertemu di Beijing untuk bergerak menuju persatuan nasional bagi seluruh rakyat kita, karena musuh yang kejam tidak membeda-bedakan antara warga Palestina dan warga lainnya.”
“Kita semua menghadapi bencana mematikan yang dilakukan oleh musuh Israel, tetapi musuh ini akan lenyap, baik hari ini maupun besok, dan kita semua akan menyaksikan keruntuhannya,” tambahnya.
(Sumber: Anadolu ajansi, Palestine Chronicle)