Iran Sebut AS juga Dalang di Balik Tewasnya Haniyeh: Israel Tanpa Amerika Tak Bisa Apa-apa
Iran menuding AS terlibat dalam pembunuhan Ismail Haniyeh, dengan memberikan bantuan terhadap Israel.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.com - Duta besar Iran untuk PBB, Amir Saeed Iravani, menyebut Amerika Serikat (AS) juga terlibat dalam serangan terhadap Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, Rabu (31/7/2024).
Dalam pidatonya di sidang PBB di Hamilton, Kanada, Rabu malam, Iravani menyebut AS harus bertanggung jawab atas tewasnya Haniyeh, terkait dukungan negara Paman Sam terhadap Israel.
"Tanggung jawab Amerika Serikat sebagai sekutu strategis dan pendukung utama rezim Israel, tidak dapat diabaikan dalam kejahatan mengerikan ini," kata Iravani, dikutip dari Mehr News.
Menurut Iravani, serangan terhadap Haniyeh tidak akan bisa dilakukan Israel tanpa bantuan Amerika.
Ia juga menyinggung Israel tak bisa melakukan apapun tanpa bantuan sekutunya, AS.
"Pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel tidak akan mungkin terjadi tanpa izin dan dukungan intelijen Amerika Serikat," imbuh Iravani.
"Mereka (Israel) tidak bisa apa-apa tanpa bantuan sekutunya," imbuh dia.
Lebih lanjut, Iravani menilai aksi serangan terhadap Haniyeh hingga menewaskan pemimpin Hamas itu termasuk tindakan provokatif.
Sebab, kematian Haniyeh bisa mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Iravani juga menyebut serangan terhadap Haniyeh, yang dikatakannya tindakan terorisme agresif, melanggar perdamaian dan keamanan.
"Tindakan terorisme agresif ini, betapapun provokatifnya, merupakan pelanggaran serius terhadap perdamaian dan keamanan."
Baca juga: Terbunuhnya Ismail Haniyeh: Apa yang Terjadi Selanjutnya hingga Siapa Bakal Jadi Pengganti?
"Perlu tindakan segera dan efektif oleh Dewan Keamanan PBB dalam melaksanakan tanggung jawabnya berdasarkan Piagam PBB," tegas dia.
Analis: Israel Tak Mungkin Berani tanpa Dukungan dari AS
Hal serupa juga disampaikan asisten profesor ilmu politik di Universitas An-Najah di Nablus, Hasan Ayoub.
Dikutip dari Al Jazeera, Ayoub menyebut Israel tidak akan berani melakukan dua serangan sekaligus kecuali "Netanyahu mendapat dukungan tanpa syarat setelah kunjungannya ke Washington."
Sebagai informasi, bersamaan dengan tewasnya Haniyeh, Israel juga menyerang Lebanon sebagai tanggapan agresi di Majdal Shams yang menewaskan 12 anak.
Kendati demikian, Lebanon membantah serangan ke Majdal Shams itu.
Terpisah, peneliti di Pusat Studi Strategis Timur Tengah di Teheran, Abas Aslani, menlai peristiwa tewasnya Haniyeh akan bergema di seluruh kawasan dan sekitarnya.
Ia menilai eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah tidak dapat terelakkan.
"Saat ini, saat kita berbicara, eskalasi tampaknya tak terelakkan," kata Aslani.
Ia menambahkan pembunuhan itu terjadi tepat saat Presiden baru Iran, Pezeshkian, berbicara tentang dialog dan keterlibatan dengan Barat.
Baca juga: Kemunculan Terakhir Ismail Haniyeh sebelum Tewas Diserang Israel, Hadiri Pelantikan Presiden Iran
"Kita mungkin mengucapkan selamat tinggal untuk pembicaraan gencatan senjata saat ini. Sebab, tewasnya Haniyeh bisa meningkat menjadi perang regional."
"PM Israel berusaha melakukan segalanya untuk memperpanjang kehidupan politiknya."
"Dia ingin melanjutkan perang (di Gaza), dan saya pikir ini dimaksudkan tidak hanya untuk memengaruhi proses di Teheran dan kawasan itu, tetapi juga di Washington," jelas Aslani.
Jenazah Haniyeh akan Dimakamkan di Qatar
Sebagai informasi, Haniyeh tewas etelah diserang "proyektil berpemandu udara" di Teheran, Iran, Rabu dini hari pukul 2.00 waktu setempat.
Tewasnya Haniyeh telah dikonfirmasi langsung oleh Hamas dan Kelompok Perlawanan Islam Iran (IRGC).
"Pagi ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, yang mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya tewas," ungkap IRGC, Rabu, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Selain Haniyeh, salah satu pengawalnya juga tewas dalam serangan tersebut.
Pemimpin Hamas itu dibunuh sehari setelah Presiden Iran terpilih, Masaoud Pezeshkian, dilantik, Selasa (30/7/2024).
Haniyeh diketahui melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Pezeshkian.
Acara itu merupakan kemunculan terakhir Haniyeh sebelum tewas akibat serangan.
Menurut laporan setempat, dalam pertemuan itu, Pezeshkian menegaskan kembali komitmen rakyat Iran atas dukungannya terhadap Palestina, yang kemudian disambut ucapan terima kasih Haniyeh.
Rencananya, jenazah Haniyeh akan dimakamkan di Qatar, setelah upacara pemakaman digelar di Teheran.
Rencananya, upacara itu akan berlangsung pada Kamis (1/8/2024) pukul 8.00 waktu setempat.
Setelah itu, kata Hamas, jenazah Haniyeh akan dipindahkan ke Qatar, di hari yang sama.
Sementara, salat jenazah akan diadakan di Qatar pada Jumat (2/8/2024), sebelum Haniyeh dimakamkan di sebuah pemakaman di wilayah Lusail.
Pemerintah Iran telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional, kantor berita milik pemerintah IRNA melaporkan.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)