Singgung Kapal Perang, Eks Agen CIA Sebut AS-Inggris Sudah Tahu Rencana Israel Bunuh Haniyeh
Seorang pensiunan agen CIA mengatakan Ismail Haniyeh dibunuh atas sepengetahuan AS dan Inggris.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Pravitri Retno W

TRIBUNNEWS.COM – Seorang pensiunan agen CIA dan pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengklaim AS dan Inggris sudah mengetahui rencana pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.
Larry Johnson, nama mantan agen itu, mengatakan pembunuhan Haniyeh mendapat dukungan dari kedua negara tersebut.
"Sudah jelas punya dukungan dan atas sepengetahuan AS dan Inggris," ujar Johnson ketika diwawancarai Sputnik.
"Saya mengatakan hal itu karena kami juga punya laporan berita yang tiba sekarang bahwa kapal perang AS dan Inggris menuju ke [Laut] Mediterania. Salah satu kapal AS itu mungkin Satuan Ekspedisi Maritim," katanya.
Menurut Johnson, situasi itu kini meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
"Lebih daripada setelah serangan di Kedutaan Iran di Beirut," katanya.
Johnson berujar Iran memperingatkan Israel bahwa serangan seperti itu akan direspons tegas.
"[Iran] sudah mengirimkan pesan sangat jelas kepada Israel bahwa pada masa mendatang, provokasi seperti ini akan dibalas tegas, dan kini Hizbullah dan Iran telah dihasut untuk membalas dan Israel mmeperhitungkan bahwa dia bisa menahan serangan itu."

Menurut dia, serangan Israel itu sangatlah berbahaya dan bahkan sudah kelewatan.
"Serangan itu sangat terang-terangan sehingga saya pikir tidak akan ada kekangan pada pihak Iran atau Hizbullah," ucap dia.
"Saya pikir pada kenyataannya serangan ini mungkin sudah kelewatan. Ini sangat mengkhawatirkan karena punya tanda-tanda akan bisa tak terkendali. Dan kita kini dalam situasi ‘tunggu dan lihat,’" katanya.
Baca juga: Israel Incar Perang Regional, Motif Israel Bunuh Ismail Haniyeh, Analisis dari Jurnalis AS Palestina
Haniyeh tewas di Teheran, Iran, setelah diserang menggunakan rudal pada pukul 02.00 waktu setempat.
Hamas dan Iran menuduh Israel berada di balik serangan itu. Namun, Israel hingga kini belum membantah ataupun membenarkan tuduhan itu.
Pembunuhan Haniyeh terjadi beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berkunjung ke AS untuk meminta dukungan bagi Israel.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.