Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok Penerus Haniyeh di Hamas: Nyaris Mati Diracun Mossad, Selamat Berkat Kemarahan Raja Yordania

Upaya pembunuhan terhadap Khaled Meshaal oleh agen Mossad Israel membuat Raja Hussein dari Yordania saat itu marah.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Sosok Penerus Haniyeh di Hamas: Nyaris Mati Diracun Mossad, Selamat Berkat Kemarahan Raja Yordania
FOTO AFP/ SAID KHATIB
Seorang anggota Palestina dari brigade Ezzedine al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, memeluk pemimpin Hamas Khaled Meshaal (tengah) sementara perdana menteri Hamas di Jalur Gaza Ismail Haniya (kiri) menyaksikan aksi unjuk rasa memperingati 25 tahun berdirinya gerakan Islam, di Kota Gaza pada tanggal 8 Desember 2012. Meshaal melakukan kunjungan pertamanya ke Gaza, bertepatan dengan peringatan 25 tahun berdirinya gerakan Islam. 

Pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya, yang berkantor pusat di Qatar dan telah memimpin negosiator Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata Gaza secara tidak langsung dengan Israel, juga menjadi kemungkinan untuk menjadi pemimpin karena ia merupakan favorit Iran dan sekutunya di wilayah tersebut.

Adapun hubungan Meshaal dengan Iran telah tegang karena dukungannya di masa lalu terhadap pemberontakan yang dipimpin Muslim Sunni pada tahun 2011 terhadap Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

Israel telah membunuh atau mencoba membunuh beberapa pemimpin dan anggota Hamas sejak kelompok tersebut didirikan pada tahun 1987 selama pemberontakan Palestina pertama terhadap pendudukan Tepi Barat dan Gaza.

Meshaal telah menjadi tokoh utama di puncak Hamas sejak akhir tahun 1990-an, meskipun ia sebagian besar bekerja dari tempat yang relatif aman di pengasingan karena Israel berencana untuk membunuh tokoh-tokoh Hamas terkemuka lainnya yang tinggal di Jalur Gaza.

Setelah Yassin yang duduk di kursi roda tewas dalam serangan udara pada bulan Maret 2004, Israel membunuh penggantinya, Abdel-Aziz Al-Rantissi, di Gaza sebulan kemudian, dan Meshaal mengambil alih kepemimpinan Hamas secara keseluruhan.

Seperti pemimpin Hamas lainnya, Meshaal telah bergulat dengan isu kritis tentang apakah akan mengadopsi pendekatan yang lebih pragmatis terhadap Israel dalam mengejar negara Palestina – piagam Hamas tahun 1988 menyerukan penghancuran Israel – atau terus berjuang.

Melunakkan Pendirian terhadap Israel

Meshaal menolak gagasan perjanjian damai permanen dengan Israel

Berita Rekomendasi

Namun, dia mengatakan kalau Hamas, yang pada tahun 1990-an dan 2000-an mengirim pembom bunuh diri ke Israel, dapat menerima wacana Negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai solusi sementara dengan imbalan gencatan senjata jangka panjang. 

Serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel oleh pejuang Hamas dari Gaza, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penculikan lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel, memperjelas prioritas kelompok pembebasan Palestina tersebut.

Israel membalas dengan serangan udara dan invasi ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina, dengan menjalankan bombardemen untuk membasmi Hamas yang telah menghancurkan sebagian besar daerah kantong pantai yang padat penduduk itu.

Meshaal mengatakan serangan Hamas pada 7 Oktober telah mengembalikan perjuangan Palestina ke pusat agenda dunia.

Ia mendesak orang Arab dan Muslim untuk bergabung dalam pertempuran melawan Israel dan mengatakan hanya Palestina yang akan memutuskan siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang saat ini berakhir.

Seruan ini bertentangan dengan Israel dan Amerika Serikat yang ingin mengecualikan Hamas dari pemerintahan apa pun pascaperang di Gaza.

Bergabung dengan Ikhwanul Muslimin pada Usia 15 Tahun

Meshaal telah menjalani sebagian besar hidupnya di luar Wilayah Palestina.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas