Netanyahu Jawab Ancaman Iran: Kami Siap Hadapi Skenario Apapun, Ofensif Maupun Defensif
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa negaranya siap untuk apa pun dan akan membalas dengan keras jika diserang Iran.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa negaranya siap untuk apa pun dan akan membalas dengan keras jika diserang Iran.
"Kami siap menghadapi skenario apa pun, baik secara ofensif maupun defensif," kata Netanyahu, Minggu (4/8/2024), mengawali pertemuan kabinet mingguan di Kantor Perdana Menteri di Yerusalem.
Seperti diketahui, Iran mengancam akan menyerang Israel sebagai balasan setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran pada hari Rabu, sehari setelah komandan senior Hizbullah Fuad Shukr terbunuh di Beirut.
Israel mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Shukr tetapi belum memberikan komentar resmi tentang Haniyeh, yang kematiannya disalahkan kepada Israel.
"Negara Israel tengah berperang melawan poros kejahatan Iran," kata Netanyahu dikutip dari Times of Israel.
"Kami menyerang setiap lengannya dengan kekuatan besar."
"Saya tegaskan dan katakan kepada musuh-musuh kami. Kami akan membalas dan akan menuntut harga yang mahal atas setiap tindakan agresi terhadap kami, dari pihak mana pun," kata Netanyahu.
Baca juga: Shin Bet Siapkan Bunker Persembunyian untuk Netanyahu di Tengah Ancaman Perang Iran
Menlu AS: Serangan dalam waktu dekat
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada rekan-rekannya dari negara-negara G7 bahwa Washington yakin serangan Iran terhadap Israel dapat dimulai dalam 24 hingga 48 jam ke depan, demikian Axios melaporkan mengutip sumber yang ikut dalam pertemuan menteri-menteri G7.
Menurut laporan itu, Blinken berbicara dengan rekan-rekannya di tengah upaya AS untuk meredakan ketegangan di kawasan dan mencegah meletusnya perang habis-habisan.
Karena AS yakin serangan Iran tidak dapat dihindari setelah terbunuhnya pejabat tinggi Hizbullah dan Hamas minggu lalu.
Blinken mengatakan kepada para pejabat dalam panggilan tersebut bahwa menekan Teheran untuk membatasi serangannya adalah cara terbaik untuk menghindari perang regional.
Blinken mengatakan bahwa AS tidak mengetahui waktu pasti serangan Iran yang direncanakan, Axios menambahkan, tetapi meyakini serangan itu dapat dimulai paling cepat pada hari Senin hari ini.
IDF Siaga Tinggi
Lembaga keamanan Israel dibawah IDF berada dalam kondisi siaga tinggi terhadap tanggapan Iran yang dilaporkan dapat diantisipasi dari berbagai arah.
Beberapa jam setelah komentar Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel “sangat siap” dan siap untuk menanggapi dengan cepat serangan apa pun.'
"Kami sangat siap dalam pertahanan, di darat, dan di udara, dan kami siap bergerak cepat untuk menyerang atau merespons," katanya saat berkunjung ke Divisi Teknologi Darat IDF.
"Kami akan menuntut harga dari musuh, seperti yang telah kami lakukan dalam beberapa hari terakhir. Jika mereka berani menyerang kami, mereka akan membayar harga yang mahal."
AS siap membela Israel
Amerika Serikat (AS) telah memindahkan kapal induk ke Timur Tengah mengingat meningkatnya ancaman pasca pembunuhan dua Komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut dan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran .
Jerusalem Post mengatakan AS bersiap untuk membela Israel seperti yang dilakukannya saat Iran menyerang pada malam hari tanggal 13 April.
AS memimpin koalisi lima angkatan darat yang menembakkan 300 rudal dan pesawat tak berawak dari langit Israel.
"Amerika Serikat sedang mempersiapkan diri untuk setiap kemungkinan seperti yang telah kami lakukan menjelang tanggal 13 April, ketika Iran menyerang Israel, dan Amerika Serikat beserta koalisi mitra dan sekutu kami bekerja sama dengan Israel untuk mengalahkan serangan itu," kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jonathan Finer mengatakan kepada This Week dari ABC.
“Pentagon sedang memindahkan aset-aset penting ke kawasan tersebut untuk mempersiapkan apa yang mungkin menjadi kebutuhan lain untuk mempertahankan Israel dari serangan,” katanya.
AS juga bekerja sangat keras untuk meredakan situasi ini secara diplomatis," imbuhnya.
"Karena kami tidak percaya bahwa perang regional akan menguntungkan siapa pun saat ini, dan itu adalah sesuatu yang telah kami coba hindari sejak 7 Oktober."