Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Qassam Masih Aktif, Tentara Israel Rontok di Rafah Sore Ini, 7 IDF Ambruk, 2 Kritis, 4 Luka Serius

sumber-sumber Israel mengonfirmasi, Senin (5/8/2024) sore ini, kalau 7 tentara Israel terluka dalam petempuran keras di Rafah, Gaza Selatan.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Qassam Masih Aktif, Tentara Israel Rontok di Rafah Sore Ini, 7 IDF Ambruk, 2 Kritis, 4 Luka Serius
khaberni
Tentara Israel (IDF) bergegas membawa rekan mereka yang terluka di pertempuran menuju helikopter evakuasi. Setelah sepuluh bulan menggempur Jalur Gaza, IDF belum mampu memberangus gerakan Hamas yang menjadi target dalam perang yang mereka lancarkan di wilayah kantong Palestina tersebut sejak 7 Oktober 2023. 

Tentara Israel Rontok di Rafah Sore Ini, Tujuh IDF Ambruk, 2 Kritis, 4 Luka Serius

TRIBUNNEWS.COM - Meski sudah sepuluh bulan membombardir Jalur Gaza, Tentara Israel belum bisa menetralisir sel-sel perlawanan faksi milisi pembebasan Palestina, khususnya yang ada di Rafah, Gaza Selatan.

Hal itu terbukti dari sengitnya pertempuran IDF dengan faksi milisi Palestina, termasuk Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas dan Brigade Al-Quds, sayap militer Palestine Islamic Jihad (PIJ) di wilayah yang berbatasan dengan Mesir tersebut.

Baca juga: Keamanan Israel: Mata Kami Tertuju Pada Daratan Bukan Langit, Iran Cs Lakukan Serbuan Darat?

Terbaru, sumber-sumber Israel mengonfirmasi, Senin (5/8/2024) sore ini, kalau 7 tentara Israel terluka dalam petempuran keras di Rafah.

Para tentara IDF itu dilaporkan 2 personel dalam kondisi sangat kritis, 4 luka serius, dan satu luka sedang.

"Mereka terluka dalam "peristiwa keamanan yang sulit" di Rafah, selatan Jalur Gaza," tulis lansiran Khaberni, Senin.

Baca juga: Terpojok di Tal Al-Hawa, Pasukan Israel Mundur Seusai Jatuh Korban Diberondong Senapan Mesin Qassam

Tentara Israel (IDF) bergegas membawa rekan mereka yang terluka
Tentara Israel (IDF) bergegas membawa rekan mereka yang terluka di pertempuran menuju helikopter evakuasi. Setelah sepuluh bulan menggempur Jalur Gaza, IDF belum mampu memberangus gerakan Hamas yang menjadi target dalam perang yang mereka lancarkan di wilayah kantong Palestina tersebut sejak 7 Oktober 2023.

Roket ke Pangkalan Militer IDF 

Pertempuran ini kembali membuktikan kalau Brigade Al Qassam aktif di semua lini.

BERITA TERKAIT

Al Qassam mengklaim pihaknya menembakkan 10 roket ke pangkalan militer di Israel selatan pada Sabtu (3/8) kemarin.

Dikutip dari Aljazeera, Militer Israel sebelumnya telah melakukan konfirmasi bahwa 10 roket diluncurkan dari Gaza.

Namun beberapa proyektil disebut berhasil dicegat sementara yang lainnya jatuh di area terbuka.

Sementara itu, media Israel melaporkan, IDF menyatakan kalau sebuah rudal yang ditembakkan dari Jalur Gaza menargetkan kawasan Kiryat Malachi, 30 kilometer dari Gaza.

Rudal tersebut dilaporkan mendarat di area terbuka.

Sumber-sumber Palestina membenarkan bahwa sirene terdengar di Kiryat Malachi dan daerah lain dekat Ashdod Israel, di utara Jalur Gaza.

"Sementara faksi milisi perlawanan Palestina belum mengumumkan pemboman di daerah sekitar Jalur Gaza," tulis laporan khaberni.

Baca juga: Jebakan Terowongan Kembali Rontokkan IDF di Rafah, Senapan Runduk Ghoul Al Qassam Makan Korban Lagi

Para petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina mengenakan topeng dan menggenggam senapan serbu. Secara bergerilyah, Brigade Al-Qassam melakukan serangan-serangan penyergapan ke tentara Israel yang menginvasi jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Para petempur Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina mengenakan topeng dan menggenggam senapan serbu. Secara bergerilyah, Brigade Al-Qassam melakukan serangan-serangan penyergapan ke tentara Israel yang menginvasi jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. (khaberni/HO)

Qassam: Kemenangan Israel Cuma Ilusi

Sehari setelah Kepala Biro Politk Hamas itu tewas, Kamis (1/8/2024), Al-Qassam merilis video serangan terhadap Pasukan Pertahanan Israel (IDF),

Dikutip dari Al Mayadeen, Al-Qassam mengungkapkan para pejuangnya menargetkan pasukan infanteri Israel di Tel al-Hawa menggunakan peluru anti-personel.

Serangan itu menyebabkan pasukan Israel itu tewas dan sebagian terluka.

Di daerah yang sama, Al-Qassam juga menargetkan pasukan IDF yang bersembunyi di dua bangunan hingga terlibat bentrok sengit.

Sementara itu, di dekat Menara al-Husam di lingkungan Tel Sultan, Rafah barat, Gaza selatan, Al-Qassam menghancurkan pengangkut IDF lapis baja, Israel Namer, menggunakan rudal ATGM Red Arrow.

Sebagai informasi, senjata itu diperkenalkan Al-Qassam pertama kali pada 23 Juni 2024.

Lewat video yang sama, Al-Qassam juga melayangkan ancaman untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Al-Qassam memastikan akan menghancurkan IDF di garis depan pertempuran.

"Kami akan menyeret pasukan Anda di semua garis depan pertempuran dari empat brigade yang disiagakan."

"Kami terus menyiapkan rencana dan memilih target dengan sangat hati-hati. Kemenangan yang Anda cari hanyalah ilusi dan fatamorgana," kata Al-Qassam, dilansir Palestine Chronicle.

Al-Qassam diketahui juga bekerja sama dengan Brigade Al-Quds (Jihad Islam Palestina) di beberapa wilayah.

Di kamp Shaboura, Rafah, Al-Quds dan Al-Qassam terlibat bentrokan sengit dengan pasukan Israel.

Beberapa anggota IDF tewas dan terluka dalam bentrok itu.

Di tempat yang sama, Al-Quds dan Al-Qassam juga berhasil menghancurkan kendaraan militer menggunakan peluru anti-tank.

Al-Quds juga mengebom kendaraan militer Israel dan anggota IDF di Tal al-Hawa menggunakan proyektil peledak Ababil dan peluru mortir kaliber berat.

Sistem pertahanan Iron Dome Israel mengintersep roket kelompok Hizbullah Lebanon yang menyasar wilayah pendudukan mereka di perbatasan Utara.
Sistem pertahanan Iron Dome Israel mengintersep roket kelompok Hizbullah Lebanon yang menyasar wilayah pendudukan mereka di perbatasan Utara. (khaberni/HO)

Potensi Eskalasi di Timur Tengah

Menurut para analis, eskalasi lebih lanjut dalam ketegangan regional tidak dapat diabaikan pasca-tewasnya Haniyeh.

Peneliti di Pusat Studi Strategis Timur Tengah di Teheran, Abas Aslani, mengatakan peristiwa tewasnya Haniyeh akan bergema di seluruh kawasan dan sekitarnya.

"Saat ini, saat kita berbicara, eskalasi tampaknya tak terelakkan," kata Aslani, dikutip dari Al Jazeera.

Ia menambahkan pembunuhan itu terjadi tepat saat Presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian, berbicara tentang dialog dan keterlibatan dengan Barat.

"Kita mungkin mengucapkan selamat tinggal untuk saat ini pada gencatan senjata. Sebab, tewasnya Haniyeh bisa meningkat menjadi perang regional."

"PM Israel berusaha melakukan segalanya untuk memperpanjang kehidupan politiknya. Dia ingin melanjutkan perang (di Gaza), dan saya pikir ini dimaksudkan tidak hanya untuk memengaruhi proses di Teheran dan kawasan itu, tetapi juga di Washington," jelas Aslani.

Potensi itu dinilai semakin meningkat setelah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bersumpah akan balas dendam pada Israel atas kematian Haniyeh.

Ia menjanjikan "hukuman keras" bagi Israel sebagai balasan.

"Rezim Zionis kriminal dan teroris telah membunuh tamu kami yag terkasih di rumah kami (Iran) dan membuat kami berduka," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan, Rabu.

Ia menambahkan, "rezim Zionis juga menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri."

Khamenei juga menegaskan, adalah tugas Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.

"Kami menganggap bahwa adalah tugas kami untuk membalas darahnya (tewasnya Haniyeh) dalam insiden pahit dan sulit yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," kata Khamenei, seraya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh dan kelompok Palestina.

Sebagai informasi, Haniyeh tewas diserang di Teheran, Rabu dini hari, dalam perjalanannya menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.

Selain Haniyeh, pengawal pribadinya yang juga Wakil Komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, juga tewas dalam serangan itu.

Insiden itu terjadi sehari setelah pelantikan Pezeshkian, yang juga menjadi kemunculan terakhir Haniyeh sebelum tewas.

Upacara pemakaman Haniyeh telah berlangsung di Teheran, Kamis (1/8/2024).

Jenazah Haniyeh dimakamkan di Qatar, Jumat (2/8/2024).

Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka.
Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka. (khaberni)

Sepuluh Ribu Personel IDF Tewas dan Terluka

Terkait masih aktifnya sel-sel perlawanan milisi pembebasan Palestina, sebanyak 10.000 tentara Israel dilaporkan tewas atau terluka dalam lansiran kabar yang mengungkap krisis di antara tentara Israel di Gaza.

Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengungkapkan pada Minggu kalau nama puluhan ribu tentara Israel tercantum di antara mereka yang tewas dan terluka dalam perang yang sedang berlangsung di Gaza.

Menurut laporan tersebut , “tidak kurang dari 10.000 tentara, yang terbunuh atau terluka selama berbulan-bulan pertempuran di Jalur Gaza, hilang dari IDF hari ini.”

Surat kabar itu juga mengungkap bahwa sekitar seribu tentara “bergabung dengan barisan orang-orang yang terluka secara fisik dan mental,” sebagaimana dicatat oleh departemen rehabilitasi Kementerian Keamanan Israel.

Meskipun ada angka-angka yang mengkhawatirkan ini, baik Knesset maupun pemerintah telah terus maju dengan reformulasi dan pengesahan undang-undang untuk memperpanjang wajib militer, yang dilaporkan meninggalkan prajurit reguler dalam keadaan frustrasi dan ketidakpastian yang signifikan.

Yedioth Ahronoth mengutip ayah seorang prajurit dari Brigade elit Nahal, yang saat ini terlibat dalam operasi yang sedang berlangsung di Rafah, Gaza selatan.

Ia menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi yang dihadapi oleh para prajurit, dengan menyatakan, “Dalam sejarah perang Israel, situasi seperti ini belum pernah terjadi, bahkan pada tahun 1948, di mana para prajurit telah bertempur dalam kondisi yang tidak menguntungkan seperti itu selama sepuluh bulan berturut-turut.”

Dalam perkembangan terkait, surat kabar itu juga melaporkan bahwa prajurit pengamat wanita yang ditempatkan di Dataran Tinggi Golan utara tiba-tiba diberitahu bahwa dinas mereka akan diperpanjang empat bulan tambahan, meskipun mereka dijadwalkan akan menyelesaikan tugasnya pada bulan September.

Menurut data resmi Israel, yang tunduk pada sensor militer, lebih dari 690 perwira dan tentara Israel telah terbunuh sejak 7 Oktober.

Namun, ada tuduhan internal bahwa militer menyembunyikan jumlah sebenarnya kerugiannya, yang diyakini jauh lebih tinggi.

Juli lalu, Saluran 12 Israel mengungkapkan bahwa 20.000 tentara pendudukan telah terluka di Gaza sejak 7 Oktober, dengan 8.298 diklasifikasikan sebagai cacat.

Pada tanggal 12 Juli, kabinet Israel menyetujui keputusan untuk memperpanjang wajib militer menjadi tiga tahun karena kekurangan personel.

Keputusan ini akan disampaikan kepada pemerintah untuk disetujui dan kemudian dibawa ke Knesset (parlemen) untuk diundangkan.

Genosida yang Sedang Berlangsung

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan terhadap Gaza.

Saat ini sedang diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 39.550 warga Palestina telah terbunuh , dan 91.280 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober.

Selain itu, sedikitnya 11.000 orang belum diketahui keberadaannya, diduga tewas tertimbun reruntuhan rumah mereka di seluruh wilayah Strip.

Israel mengatakan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas selama Operasi Banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober. Media Israel menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa banyak warga Israel tewas pada hari itu karena 'tembakan teman sendiri'.

Organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas yang terbunuh dan terluka adalah wanita dan anak-anak.

Perang Israel telah mengakibatkan kelaparan akut, terutama di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, kebanyakan anak-anak.

Agresi Israel juga mengakibatkan pengungsian paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk di dekat perbatasan dengan Mesir – dalam apa yang telah menjadi eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba tahun 1948.

Kemudian dalam perang tersebut, ratusan ribu warga Palestina mulai berpindah dari selatan ke Gaza tengah dalam upaya mencari keselamatan.

(oln/khbrn/aja/pc/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas