Pernyataan Kontroversial Menteri Israel Bezalel Smotrich, Tak Masalah jika Warga Gaza Mati Kelaparan
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menyiratkan bahwa ia percaya bahwa pemblokiran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza adalah tindakan yang dibenarkan
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Seorang menteri Israel menyatakan bahwa ia percaya Israel dibenarkan secara moral untuk memusnahkan warga Gaza melalui kelaparan.
Dilansir The Times of Israel, berbicara di sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh surat kabar Israel Hayom, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengeluhkan tentang keharusan untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
"Kami mendatangkan bantuan karena tidak ada pilihan lain," kata Smotrich.
"Dalam realitas global saat ini, kami tidak dapat mengelola perang."
"Tidak seorang pun akan membiarkan kami menyebabkan 2 juta warga sipil mati kelaparan, meskipun hal itu mungkin dibenarkan dan bermoral sampai para sandera kami dikembalikan."
"Kita hidup hari ini dalam realitas tertentu, kita butuh legitimasi internasional untuk perang ini,” lanjutnya.
Penyebutannya mengenai 2 juta warga sipil tampaknya merujuk pada jumlah penduduk Gaza sebelum genosida yang berjumlah sekitar 2,2 juta orang, termasuk 600.000 anak-anak.
Mengutip truthout.org, pernyataan tersebut dipandang untuk menunjukkan niat Israel untuk melakukan genosida.
Pejabat Israel menegaskan dalam pernyataan publik bahwa mereka hanya memburu tentara Hamas.
Tetapi pada kenyataannya banyak laporan mengindikasikan bahwa militer Israel menganggap semua warga Palestina adalah calon tentara Hamas, sehingga mereka menyerangnya tanpa pandang bulu.
"Lagi-lagi kita mendengar seorang pejabat tinggi pemerintah Israel mengatakan hal seerti itu dengan lantang," kata Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR).
Baca juga: Smotrich Menentang Pembebasan Tahanan Palestina dalam Potensi Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza
"Jika pemerintahan Joe Biden tidak dapat mengambil tindakan untuk menghentikan genosida, kelaparan paksa, pembersihan etnis, dan penghancuran massal infrastruktur sipil, mereka setidaknya harus dapat mengutuk pernyataan genosida yang telah dibuat oleh pejabat Israel sejak tahun lalu."
Smotrich adalah pejabat yang bertanggung jawab atas rencana untuk mempercepat penyelesaian Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Ia tampaknya memperingatkan bahwa Tepi Barat adalah sasaran berikutnya bagi Israel setelah Gaza.
Saat Israel melakukan genosida di Gaza dalam 10 bulan terakhir ini, Israel juga memperluas kekerasan di Tepi Barat, menewaskan warga Palestina di sana.
Sebelumnya pada hari Senin, dalam sebuah unggahan di media sosial, Smotrich juga mengatakan bahwa Israel tengah berupaya untuk menghilangkan ancaman negara Palestina melalui perluasan permukiman di Tepi Barat.
Smotrich mengatakan bahwa ia menentang keras gagasan negara Palestina.
Para pemimpin Israel telah menyiratkan genosida di Gaza sebagai cara untuk mengurangi "ancaman" terhadap Israel yang ditimbulkan oleh warga Palestina.
Profil Singkat Bezalel Smotrich
Bezalel Yoel Smotrich lahir di Haspin, Dataran Tinggi Golan pada 27 Februari 1980.
Ia adalah seorang politikus dan pengacara sayap kanan Israel yang menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak 2022.
Mengutip artikel di Haaretz pada 17 Januari 2019, Smotrich adalah seorang pemukim di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Ia tinggal di pemukiman Kedumim, yang ilegal menurut hukum internasional.
Tempat tinggalnya juga dibangun secara ilegal di luar pemukiman tersebut.
Pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Smotrich seringkali "rasis" dan "homofobik," sehingga menimbulkan kontroversi.
Ia mendukung perluasan permukiman Israel di Tepi Barat, menentang negara Palestina, dan menyangkal keberadaan rakyat Palestina.
Baca juga: Smotrich Menyerukan Netanyahu untuk Mencaplok Tepi Barat jika ICJ Menyatakan Permukiman Ilegal
Sebagai menteri yang memiliki kewenangan di wilayah Palestina yang diduduki, ia telah berbicara tentang upaya rahasia Israel untuk mencaplok wilayah di Tepi Barat, pertama sebagai fait accompli, kemudian dengan kekuatan hukum.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)