IDF Kecolongan, Sebuah Drone Hizbullah Serang 19 Warga Nahariya di Israel Utara
Teror Hizbullah menggunakan pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle drone menyasar desa dekat Nahariya Israel Utara, 19 korbannya warga Israel
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Kelompok militan di Lebanon, Hizbullah, melakukan teror serangan ke Israel utara.
Teror menggunakan pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) drone, menyasar desa dekat Nahariya di Israel utara, pada Selasa (6/8/2024) waktu setempat.
Total 19 warga terluka, satu di antaranya luka parah.
Hizbullah bertanggung jawab atas serangan tersebut dan membenarkan pihaknya menargetkan pangkalan militer Israel sebagai sasarannya.
Mereka mengatakan, serangan itu sebagai respons atas pembunuhan komandan pasukan Radwan oleh Israel pada Senin (6/8/2024).
Kepada Reuters, Hizbullah menyebut, pihaknya meluncurkan segerombolan pesawat tanpa awak (drone) penyerang.
Tetapi, serangan pesawat tanpa awak tersebut bukanlah tindakan balasan atas tindakan Israel yang menyingkirkan komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut minggu lalu.
Menurut Kantor Juru Bicara IDF, sejumlah UAV yang melintas dari wilayah Lebanon selatan telah teridentifikasi.
Satu dicegat, tetapi serangan teridentifikasi di selatan Nahariya dan beberapa warga sipil terluka.
Serangan itu terjadi menyusul serangan Angkatan Udara Israel terhadap sebuah gedung militer yang digunakan oleh Unit Front Selatan Hizbullah di daerah Nabatieh di Lebanon selatan pada Selasa.
Menurut laporan Arab, empat orang tewas dalam serangan itu.
Baca juga: Menlu Israel Bocorkan Rencana Zionis Singkirkan Pemimpin Baru Hamas Yahya Sinwar
TV Al-Hadath Kerajaan Saudi juga melaporkan, seorang komandan militer senior Hizbullah tewas dalam serangan di Lebanon selatan.
IDF mengonfirmasi serangan terhadap dua lokasi di Lebanon selatan pada Selasa pagi.
"Jet tempur Angkatan Udara, yang dipandu oleh intelijen dari Shin Bet dan Intelijen Militer IDF, beberapa waktu lalu, menyerang sebuah bangunan militer yang digunakan oleh unit Front Selatan Hizbullah di wilayah Nabatieh di Lebanon selatan."
Pusat Medis Galilea di Nahariya melaporkan tujuh orang dirawat di rumah sakit setelah serangan pesawat tak berawak di Jalan Raya 4 dekat Mazra'a di Galilea Barat.
Seorang pria berusia 40 tahun, yang mengemudikan kendaraan yang terkena pecahan peluru, menabrak barikade keselamatan dan tercatat dalam kondisi kritis.
Seratus meter jauhnya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami luka ringan hingga sedang akibat pecahan peluru di kakinya dan dievakuasi ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
Selain itu, tim MDA merawat lima orang yang menderita luka ringan akibat ledakan di dekatnya.
Rumah sakit juga menyatakan dua orang dirawat karena kecemasan akut dan syok.
AS Peringatkan Israel
Para pejabat Amerika Serikat (AS) dilaporkan memberi peringatan pejabat senior Israel tentang potensi tanggapan Israel terhadap serangan balasan Iran.
Dalam program radio "This Morning" milik KAN Reshet Bet, para pejabat memperingatkan warga Israel untuk tidak memaksakan diri.
Para pejabat yang tidak disebutkan namanya itu dilaporkan mengatakan kepada para pejabat Israel untuk membuat pertimbangan sebelum menyerang balik Iran dan proksi-proksinya.
Tujuan utamanya bukanlah untuk memicu perang habis-habisan.
Selama serangan Iran sebelumnya terhadap Israel pada bulan April, AS diyakini telah membujuk Israel untuk menghindari serangan balasan besar, yang menyebabkan serangan tepat terhadap fasilitas militer Iran di dekat Isfahan.
Laporan KAN mencatat beberapa pejabat regional khawatir dengan tanggapan Israel.
Beberapa diplomat Barat mengatakan kepada KAN, mereka yakin akan mungkin untuk memulihkan koalisi regional yang sama yang membantu mempertahankan Israel dalam serangan April lalu.
Seorang diplomat mengatakan ada peluang bagus untuk kerja sama kali ini.
"Semua pihak berkepentingan agar insiden ini tidak meningkat menjadi perang regional."
Salah satu kekhawatiran AS adalah Israel mungkin memilih untuk melancarkan serangan pendahuluan terhadap Iran untuk melawan efektivitas serangan Iran yang akan datang.
Pada Senin, Presiden AS Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris diberi pengarahan oleh tim keamanan nasional mereka mengenai situasi tersebut.
Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, menyatakan AS sedang berupaya mencegah eskalasi lebih lanjut.
"Kami terlibat dalam diplomasi yang intens, hampir sepanjang waktu, dengan pesan yang sangat sederhana, semua pihak harus menahan diri dari eskalasi," kata Blinken pada Senin.
"Eskalasi tidak menguntungkan siapa pun."
"Sangat penting bagi kita untuk memutus siklus ini dengan mencapai gencatan senjata di Gaza," kata Blinken menambahkan.
Mesir Turun Tangan
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, berbicara dengan Blinken dan mendesak AS untuk menekan Israel agar "menghentikan kebijakan nekatnya," menurut situs berita Ahram Online.
"Teheran tidak tertarik untuk meningkatkan konflik regional, tetapi perlu menghukum Israel," tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, pada Senin.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan pemimpin senior Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran minggu lalu, meskipun Israel menolak bertanggung jawab atas serangan itu.
The Wall Street Journal melaporkan pada Selasa, pejabat AS telah mengamati pergerakan peluncur rudal Iran dan peningkatan latihan militer sejak akhir pekan, yang menunjukkan kemungkinan serangan yang akan segera terjadi.
AS yakin Iran mungkin melancarkan serangan dalam 24-48 jam ke depan dan khawatir tentang kemungkinan serangan terkoordinasi oleh Iran dan Hizbullah yang ditujukan untuk membanjiri sistem pertahanan udara Israel.
(Tribunnews.com/Chrysnha)