Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mediator Dorong Gencatan Senjata di Gaza, Menteri Sayap Kanan Israel Tak Setuju: Waktunya Belum Tiba

Dorongan perundingan gencatan senjata perang Gaza telah diumumkan oleh mediator Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).

Penulis: Nuryanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Mediator Dorong Gencatan Senjata di Gaza, Menteri Sayap Kanan Israel Tak Setuju: Waktunya Belum Tiba
GIL COHEN-MAGEN / AFP
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich. Dorongan perundingan gencatan senjata perang Gaza telah diumumkan oleh mediator Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS). 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Keuangan Israel sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap dorongan baru untuk menghentikan perang di Jalur Gaza.

Dorongan dilanjutkannya perundingan gencatan senjata perang Gaza telah diumumkan oleh mediator Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).

"Waktunya belum tiba untuk jebakan berbahaya di mana 'perantara' mendiktekan 'rumus' kepada kita dan memaksakan perjanjian penyerahan diri pada kita yang akan menguras darah yang kita tumpahkan dalam perang paling adil yang sedang kita lakukan," ungkapnya, Jumat (9/8/2024), dilansir Al Jazeera.




Smotrich meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak bergerak sedikit pun dari garis merahnya dalam negosiasi, yang dilaporkan menjadi titik kritis utama yang mencegah tercapainya kesepakatan saat negosiasi terakhir dilakukan pada pertengahan Juli 2024.

Mediator Minta Israel-Hamas Lanjutkan Perundingan

Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah merilis pernyataan bersama yang menyerukan Israel dan Hamas untuk melanjutkan negosiasi mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

Pernyataan tersebut menyatakan, ketiga negara telah membuat kerangka perjanjian yang "hanya tinggal menyelesaikan rincian implementasinya".

Israel mengatakan akan mengirim negosiator ke perundingan yang diusulkan, yang direncanakan pada 15 Agustus di Doha atau Kairo.

BERITA TERKAIT

Sementara, Hamas tidak segera menanggapi.

Dorongan diplomatik baru akan dilihat sebagai upaya untuk menghentikan ketegangan regional agar tidak semakin tak terkendali, setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh minggu lalu.

Iran, yang menyalahkan Israel, telah bersumpah untuk memberikan tanggapan - meskipun Israel belum berkomentar langsung mengenai pembunuhan tersebut.

Baca juga: Iran Abaikan Warganya Tanpa Perlindungan saat Bersiap Serang Israel

Dalam pernyataan bersama, ketiga negara mengundang Israel dan Hamas untuk memulai kembali perundingan pada 15 Agustus "untuk menutup semua kesenjangan yang tersisa dan memulai pelaksanaan kesepakatan tanpa penundaan lebih lanjut."

"Sebagai mediator, jika diperlukan, kami siap menyampaikan proposal penghubung akhir yang menyelesaikan masalah implementasi yang tersisa dengan cara yang memenuhi harapan semua pihak," kata mediator dalam pernyataan bersama, Kamis (8/8/2024), dikutip dari BBC.

Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

Dikatakannya, perjanjian kerangka kerja tersebut didasarkan pada "prinsip-prinsip" yang sebelumnya digariskan oleh Presiden Biden pada 31 Mei - yang akan dimulai dengan gencatan senjata penuh dan pembebasan sejumlah sandera - dan didukung oleh Dewan Keamanan PBB.

Sebelumnya, Hamas mendesak gencatan senjata, tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan konflik hanya dapat dihentikan jika Hamas dikalahkan.

Pada Kamis (8/8/2024), Israel melanjutkan pembomannya di Jalur Gaza.

Pasukan pertahanan sipil yang dipimpin Hamas di Gaza mengatakan Israel menyerang dua sekolah, yang menewaskan lebih dari 18 orang.

Lalu, militer Israel mengatakan mereka menyerang pusat komando Hamas.

Di sisi lain, setiap pembicaraan yang diusulkan dapat menjadi lebih sulit karena keputusan Hamas memilih Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya, menggantikan Ismail Haniyeh.

Sinwar, yang dianggap Israel bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan serangan 7 Oktober, dipandang sebagai salah satu tokoh paling ekstrem dalam kelompok tersebut.

Baca juga: Menteri Israel Bezalel Smotrich Picu Kemarahan dengan Niat Mendesain Kelaparan Dua Juta Warga Gaza

Ilustrasi - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato kontroversial pada sesi gabungan Kongres di Washington, DC, pada 24 Juli 2024.
Ilustrasi - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato kontroversial pada sesi gabungan Kongres di Washington, DC, pada 24 Juli 2024. (Allison Bailey / NurPhoto / NurPhoto melalui AFP)

Update Perang Israel-Hamas

Para pemimpin Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah mengundang Israel dan Hamas untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata pada 15 Agustus karena ketegangan regional meningkat di tengah antisipasi serangan balasan atas pembunuhan Israel terhadap pejabat Hamas dan Hizbullah.

Israel telah menerima undangan untuk menghadiri pembicaraan yang diusulkan di Kairo atau Doha, sementara Hamas belum menanggapi.

Setidaknya 15 orang tewas dan 30 orang terluka ketika militer Israel melakukan sejumlah serangan terhadap dua sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi di wilayah timur Kota Gaza.

Militer Israel telah melakukan beberapa serangan di Gaza selatan, tengah dan utara dalam beberapa jam terakhir, menewaskan sedikitnya delapan orang, kantor berita Wafa melaporkan.

Seorang pejabat senior pemerintah AS telah memperingatkan Iran bahwa negara itu akan menghadapi konsekuensi “yang signifikan” jika memutuskan untuk menyerang Israel, kantor berita Reuters melaporkan.

Baca juga: Kendaraan Militer Israel Terbalik di Metula, 10 IDF Luka-luka, Hizbullah Mudah Menyusup di Utara

United Airlines telah mengumumkan bahwa mereka telah menangguhkan penerbangannya ke Tel Aviv untuk waktu yang tidak dapat diperkirakan, dan hanya akan melanjutkannya setelah aman bagi pelanggan dan awak.

Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah memberi tahu mitranya dari Israel Yoav Gallant bahwa jet tempur F-22 Raptor AS telah tiba di wilayah tersebut untuk “mencegah agresi, mempertahankan Israel, dan melindungi pasukan AS”.

Badan keamanan maritim Inggris telah mengeluarkan peringatan setelah sebuah kapal di lepas pantai Yaman menjadi sasaran penyerang di kapal cepat yang menembakkan granat berpeluncur roket.

Setidaknya 39.699 orang tewas dan 91.722 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.

Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober dan lebih dari 200 orang ditawan.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas