Untuk Pertama Kalinya, Jepang Keluarkan Peringatan Potensi Terjadinya Gempa Dahsyat atau Megaquake
Jepang keluarkan peringatan Megaquake atau "gempa besar" pertama setelah gempa magnitudo 7,1 melanda pantai selatan negara tersebut.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Jepang untuk pertama kalinya mengeluarkan peringatan akan terjadinya gempa besar atau "megaquake", setelah gempa M 7,1 mengguncang pantai selatan negara tersebut pada Kamis (8/8/2024).
Gempa dengan magnitudo 7,1 itu terjadi pada jam 16.42 waktu setempat di perfektur Miyazaki, ujar Badan Meteorologi Jepang (JMA).
Peringatan dini tsunami dikeluarkan tetapi diangkat tak lama setelahnya.
Menurut Associated Press, 9 orang mengalami luka ringan di pulau Kyushu.
Tidak ada kerusakan besar yang dilaporkan.
JMA kemudian keluarkan peringatan megaquake
Setelah gempa tersebut, JMA menggelar pertemuan darurat.
Pertemuan itu digelar agar para ahli seismologi menganalisis apakah gempa tersebut telah mempengaruhi Palung Nankai di dekatnya, yang menjadi sumber gempa bumi dahsyat di masa lalu, NBC News melaporkan.
JMA akhirnya memutuskan dan mengeluarkan apa yang mereka sebut "peringatan gempa besar".
JMA menilai bahwa ada kemungkinan akan terjadinya gempa yang besar relatif lebih besar dari biasanya.
Tetapi bukan berarti gempa itu pasti akan terjadi dalam waktu dekat.
JMA juga tidak menyarankan warga untuk evakuasi.
Baca juga: Dampak Gempa M7,1 di Jepang, Penerbangan Telat 2 Jam dan Kecepatan Shinkansen Dikurangi
Selain itu, dalam sebuah posting X yang dibagikan pada hari Kamis, JMA menulis:
"Kemungkinan terjadinya gempa bumi berskala besar di area fokus yang diperkirakan dari gempa Palung Nankai dianggap relatif lebih tinggi dari biasanya."
"Harap ambil tindakan pencegahan bencana sesuai dengan seruan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah di masa mendatang."
Pada konferensi pers, JMA mengimbau agar masyarakat di wilayah yang terkena dampak, untuk waspada terhadap gempa berkekuatan hingga 6 skala Richter pada minggu mendatang, termasuk dua hingga tiga hari ke depan, The Japan Times melaporkan.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kushida mengeluarkan instruksi terkait upaya tanggap gempa bumi, seperti menyediakan informasi yang tepat waktu dan akurat kepada publik terkait tsunami, evakuasi, dan lainnya, serta menilai keadaan kerusakan sesegera mungkin, dan bertindak dalam koordinasi yang erat dengan pemerintah setempat.
Pemerintah Jepang telah memperkirakan bahwa peluang terjadinya gempa bumi berkekuatan 8 hingga 9 skala Richter di sepanjang Palung Nankai dalam 30 tahun ke depan adalah sekitar 70 persen-80 persen, demikian dilaporkan Kantor Berita Kyodo.
Mengutip Japan Times, jika terjadi gempa bumi besar di Palung Nankai, guncangan hebat diperkirakan terjadi di wilayah yang luas dari wilayah Kanto hingga Kyushu, dan gelombang tsunami tinggi diantisipasi di sepanjang pantai Pasifik dari wilayah Kanto hingga Okinawa.
Diperkirakan bahwa jumlah korban tewas dapat mencapai 323.000, menurut perkiraan tahun 2012.
Gempa besar di Palung Nankai secara historis telah menyebabkan kerusakan parah, yang berasal dari wilayah batas lempeng yang membentang dari Teluk Suruga hingga lepas pantai Hyuganada.
Pada tahun 2011, gempa bumi magnitudo 9,0 di pantai timur negara tersebut menyebabkan tsunami yang menewaskan sekitar 20.000 orang.
Secara global, gempa bumi terbesar yang pernah tercatat adalah gempa bumi berkekuatan M 9,5 di Chili pada tanggal 22 Mei 1960, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)