Usai Bunuh Haniyeh di Iran, Israel Malah Disebut Buat Kesalahan Strategis Besar, Ini Alasannya
Tindakan Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran justru disebut sebagai suatu kesalahan besar.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM – Tindakan Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran justru disebut sebagai suatu kesalahan besar.
Pj. Menteri Luar Negeri Ali Bagheri mengklaim kesalahan Israel itu sebagai “kesalahan strategis”. Dia turut mengungkapkan alasannya.
“Tindakan Zionis di Teheran (pembunuhan Haniyeh) adalah suatu kesalahan strategis karena hal itu akan membuat mereka membayar harga mahal,” ujar Kani pada hari Kamis, (8/8/2024), dikutip dari Press TV.
Menurut Pasukan Garda Revolusioner Iran (IRGC), Haniyeh tewas setelah dihantam oleh “rudal jarak pendek” yang diluncurkan dari luar tempat tinggalnya di Teheran.
Operasi pembunuhan Haniyeh di Iran membuat negara itu marah besar. Sejumlah pemimpin Iran, termasuk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Masoid Pezeshkian, telah bersumpah membalas serangan Israel.
Hingga saat ini Israel belum mengakui atau membantah berada di balik pembunuhan Haniyeh meski sudah ada banyak pihak yang menudingnya.
“Zionis sedang tidak berada dalam posisi untuk memulai perang melawan Republik Islam Iran,” ujar Kani.
“Mereka juga tidak memiliki kemampuan ataupun kekuatan itu.”
Sehari sebelumnya Kani menghadiri pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) di Kota Jeddah, Arab Saudi.
Dalam pertemuan itu para menteri luar negeri dari 57 anggota OIC menegaskan bahwa Israel sepenuhnya bersalah atas kematian Haniyeh.
Kepada AFP, Kani mengatakan para anggota OIC mendukung hak Iran untuk melakukan pembalasan.
Baca juga: Komandan CENTCOM AS Kunjungi Israel 2 Kali dalam Seminggu, Sibuk Atur Strategi Lawan Iran
“Hal itu yang sudah kami sampaikan hingga kemarin, entah dalam percakapan telepon ataupun saat pertemuan tatap muka, semua menegaskan bahwa Republik Islam Iran berhak membalas kejahatan teroris ini.”
Kani turut menyinggung upaya negara-negara Barat untuk menahan Iran agar tidak membalas Israel.
“Negara-negara Barat, yang mengklaim bahwa mereka telah meminta Iran untuk membatasi responsnya, harus menjawab pertanyaan dan tidak dalam posisi untuk menasihati Republik Islam Iran,” ucap pejabat itu.
AS kirim F-22 ke Timur Tengah
Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) pada hari Kamis mengumumkan kedatangan sejumlah jet tempur F-22 di Timur Tengah.
Menurut CENTCOM, jet tempur generasi kelima itu dikerahkan untuk “memitigasi kemungkinan eskalasi regional oleh Iran atau proksinya”.
AS sendiri mengaku tidak mengetahui rencana pembunuhan Haniyeh ataupun terlibat dalam pembunuhan itu.
Di samping itu, AS meminta Israel untuk tidak melakukan “eskalasi” dalam konflik di Timur Tengah itu.
AS mengatakan siap melindungi Israel dari serangan-serangan Iran. Negara itu juga akan mengerahkan peralatan militer lainnya di Timur Tengah.
The Times of Israel melaporkan AS juga mengirimkan sekitar dua puluh jet tempur F/A-18 ke sebuah pangkalan militer di Timur Tengah. Jet-jet tempur itu dibawa dengan kapal induk USS Theodore Roosevelt.
F/A-18 dan pesawat pengintai E-2D lepas landas dari kapal itu Teluk Oman dan pada hari Senin telah mendarat di pangkalan militer yang tak disebutkan.
Baca juga: Negosiasi Damai Kembali Digenjot setelah Israel Ngebom Lagi 2 Sekolah di Gaza
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memerintahkan penambahan militer AS di kawasan itu lantaran AS khawatir akan adanya eskalasi.
(Tribunnews/Febri)