Presiden Iran Calonkan Abbas Araghchi sebagai Menteri Luar Negeri
Masoud Pezeshkian mencalonkan mantan negosiator nuklir senior Abbas Araghchi sebagai Menteri Luar Negeri, kata Ketua Parlemen, Minggu (11/8/2024).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Iran Masoud Pezeshkian mencalonkan mantan negosiator nuklir senior Abbas Araghchi sebagai Menteri Luar Negeri, kata Ketua Parlemen pada hari Minggu (11/8/2024), Times of Israel melaporkan.
Juru bicara parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf mengumumkan nama-nama 19 anggota kabinet yang diajukan oleh presiden selama sidang majelis yang disiarkan langsung di TV pemerintah.
Ada juga perempuan yang masuk daftar tersebut.
Selanjutnya, kabinet yang dicalonkan Pezeshkian menunggu persetujuan Parlemen.
"Mulai besok pagi, komisi parlemen akan mulai meninjau rencana menteri yang diusulkan hingga akhir minggu depan," kata Ghalibaf.
Siapa Abbas Araghchi?
Araghchi merupakan seorang diplomat karier yang pragmatis.
Ia menjabat sebagai kepala negosiator dalam perundingan nuklir antara Teheran dan negara-negara besar dunia dari tahun 2013 hingga 2021.
Araghchi pernah memainkan peran penting dalam mengamankan kesepakatan nuklir 2015, yang gagal ketika AS secara resmi menarik diri pada tahun 2018.
Pria itu juga pernah menjabat sebagai duta besar Iran untuk Jepang dan saat ini menjabat sebagai sekretaris Dewan Strategis Hubungan Luar Negeri, Middle East Monitor melaporkan.
Araghchi, yang memegang gelar doktor dalam pemikiran politik dari Universitas Kent, terkenal karena keterbukaannya terhadap Barat dan dipandang positif di sana.
Selama masa jabatan Mohammad Javad Zarif sebagai menteri luar negeri, Araghchi adalah pejabat paling berpengaruh kedua di kementerian luar negeri.
Baca juga: Tensi dengan Israel Memanas, Presiden Iran Gandeng Rusia Jadi Sekutu Prioritas
Ia memegang posisi seperti wakil urusan hukum dan internasional dan wakil urusan politik.
Namun, beberapa pengamat telah mencatat bahwa Araghchi, yang memiliki banyak penentang dalam kubu konservatif.
Mungkin hal itu akan kesulitan untuk mendapatkan mosi kepercayaan dari parlemen yang mencakup banyak tokoh anti-kesepakatan nuklir.
Pezeshkian, yang menjabat pada akhir Juli, berkampanye dengan platform membuka Iran terhadap dunia.
Ia telah berjanji untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 dan meringankan sanksi terhadap negara tersebut.
Selain mencalonkan Araghchi, Pezeshkian juga mencalonkan Farzaneh Sadegh, yang menjadi wanita Iran kedua yang memegang jabatan menteri sejak republik Islam itu berdiri pada tahun 1979.
Sadegh akan mengepalai Kementerian Jalan Raya dan Pembangunan Perkotaan Iran.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)