4.000 Kematian per Bulan di Gaza, Media Israel: Perang Paling Berdarah Abad ke-21
Media Isral melaporkan setidaknya ada 4.000 kematian tiap bulannya di Gaza sejak perang berlangsung pada 7 Oktober 2023.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.com - Dalam penyelidikan baru-baru ini, media harian Israel, Haaretz, menyebut serangan di Jalur Gaza sebagai salah satu "perang paling berdarah" di abad ke-21.
Menurut Haaretz, perang di Gaza telah merenggut nyawa puluhan ribu warga Palestina, di mana sebagian besar korban berada di zona yang sebelumnya ditetapkan sebagai "zona aman" oleh militer Israel.
Laporan Haaretz juga mengkritik keras Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, karena menuduh "masyarakat internasional bersikap munafik mengenai perang di Jalur Gaza dan mengklaim, masyarakat internasional mengabaikan konflik dan bencana kemanusiaan lainnya."
"Namun, pemeriksaan yang tak serius terhadap jumlah korban tewas di Gaza, menunjukkan ini adalah salah satu perang paling berdarah sejak awal abad ini, terutama jika Anda memeriksa tingkat kematian dari total populasi," imbuh laporan itu, dilansir Anadolu Ajansi.
Haaretz menunjukkan, perang Gaza telah mengakibatkan jumlah korban tewas yang luar biasa tinggi, dengan sekitar 40.000 warga Palestina terbunuh sejak 7 Oktober 2023.
Angka itu setara dengan sekitar dua persen total populasi Gaza yang berjumlah dua juta jiwa.
Data itu menjadi sorotan Haaretz, di mana angka kematian di Gaza mengkhawatirkan, dengan rata-rata mencapai sekitar 4.000 kematian per bulan, jauh melampaui angka kematian bulanan dalam konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.
Militer Israel Targetkan Zona Aman
Meski tentara Israel menetapkan beberapa wilayah di Gaza sebagai "zona aman", Haaretz mengatakan, "sebagian besar penduduk Gaza telah mengungsi, tapi pelarian mereka ke zona aman tidak selalu membantu. Banyak yang terbunuh di wilayah tersebut."
Pasukan Israel telah berulang kali menargetkan "zona aman" tempat berkumpulnya warga sipil yang mengungsi, yang mengakibatkan kematian ratusan orang, termasuk wanita dan anak-anak.
Haaretz mencatat, organisasi internasional dan media massa, secara konsisten memverifikasi angka korban dari laporan Kementerian Kesehatan Gaza.
Hingga Rabu (14/8/2024), Kementerian melaporkan hampir 40.000 warga Palestina tewas dan 92.000 lainnya terluka, sedangkan 10.000 orang masih hilang di bawah reruntuhan.
Baca juga: Kementerian Dalam Negeri Gaza Tangkap Warga yang Bantu Israel Lacak Perlawanan Palestina
Haaretz membandingkan konflik Gaza dengan bencana kemanusiaan besar lainnya.
"Dalam genosida Rohingya di Myanmar, misalnya, sekitar 25.000 orang telah terbunuh, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa."
"Perang di Gaza juga menonjol dibandingkan perang-perang pada 1990-an, misalnya yang terjadi di bekas negara Yugoslavia. Salah satu wilayah tersebut adalah Bosnia, dan pada tahun terburuk konflik tersebut, 1991, jumlah rata-rata kematian per bulan adalah 2.097, dan jumlah total korban tewas selama empat tahun di sana adalah 63.000," urai laporan Haaretz.
Kehancuran di Gaza
Salah satu aspek yang paling mencolok dari perang Gaza, menurut Haaretz, adalah kurangnya tempat berlindung yang aman bagi warga sipil.
Daerah yang padat penduduk seluas 360 kilometer persegi (139 mil persegi) itu tidak menawarkan jalan keluar bagi warga sipil, sehingga memperburuk krisis kemanusiaan.
"Perbedaan yang paling menonjol antara perang-perang lainnya di abad ke-21 dan perang di Jalur Gaza adalah ukuran wilayah tempat pertempuran berlangsung, dan ketidakmampuan warga sipil untuk melarikan diri dari pertempuran," urai surat kabar tersebut.
Kondisi kehidupan warga sipil yang mengungsi di zona yang disebut "kemanusiaan" sangat buruk, dengan kepadatan penduduk yang berlebihan, penyakit, dan kurangnya tempat berlindung serta pasokan medis.
Haaretz menekankan dampak perang yang mengejutkan, dua persen penduduk Gaza telah terbunuh dalam waktu kurang dari setahun.
Apa yang terjadi di Gaza, lanjut Haaretz, adalah tingkat kehancuran yang jarang terlihat di luar Afrika sejak Perang Dunia II.
Baca juga: AS Sebut Laporan Israel yang Gunakan Warga Sipil Sebagai Tameng Hidup Mengganggu, Desak Penyelidikan
Kehancuran di Gaza telah menyebabkan kelaparan dan kekurangan gizi yang meluas, terutama di kalangan anak-anak.
Hingga Rabu, 115 bayi telah meninggal sejak dimulainya perang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Kementerian tersebut juga melaporkan, 37 warga Palestina, termasuk anak-anak, telah meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi selama konflik tersebut.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)