Pertama Kalinya Rudal Hizbullah Jamah Pemukiman Shamir Israel, Serangan Roket Guyur Galilea-Golan
Kebakaran juga melanda kota Shamir di wilayah utara Israel setelah serangan Hizbullah. Serangan ini tercatat sebagai yang pertama di kota tersebut.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tomer mengakui bahwa kemampuan taktis dan militer Hizbullah tidak boleh diremehkan.
“Mereka memiliki kecerdasan taktis yang lebih baik daripada Israel, atau setidaknya tidak kalah dengan Israel. Belum tentu sistem Israel yang telah dikembangkan mampu merespons. Ini adalah pertanyaan seberapa besar dan sejauh mana Hizbullah akan menyerang kita,” katanya.
Baca juga: Drone Canggih Ditembak Jatuh, Media Israel: Sistem Pertahanan Udara Hizbullah Bukan Kaleng-kaleng
Dia menyatakan, "Hizbullah mempunyai persediaan berbagai roket yang berjumlah 100.000 hingga 150.000 hulu ledak. Jika mereka mau, mereka akan tahu cara menembakkan 1.500 roket setiap hari pada hari-hari pertama pertempuran, dan setelah sepuluh hari mereka baru akan menghabiskan 10 persen saja dari persediaan persenjataan mereka. Jika skenario seperti itu terjadi, kami tidak akan mendapat tanggapan penuh."
Tomer menjelaskan bahwa Israel harus mengakui bahwa Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, telah mengembangkan taktik pertempuran tingkat lanjut, yang ia sarankan mencakup operasi bawah tanah, operasi darat, dan berbagai jenis rudal balistik dan terbang.
Baca juga: Pakar Militer: Brigade Al Qassam Hamas Ciptakan Taktik Baru Pertama dalam Sejarah Perang Gerilya
Apa Saja Pilihan Bagi Israel
Mantan pejabat Mossad tersebut menyatakan bahwa "Jika saya melihat satu tahun ke depan, saya pikir Israel sedang memperdebatkan dua opsi penting, yang masing-masing memiliki implikasi besar bagi Negara Israel. Kita berada di persimpangan sejarah yang kritis," sebagaimana dikutip oleh Israel Hayom.
Dia juga mengatakan kalau pilihannya adalah menerima garis besar pidato Presiden AS, Joe Biden yang meminta Israel segera menghentikan perang di Gaza.
“Dengan demikian, Israel dapat mengulur waktu. Atau pilihan lain adalah dengan segera memulai perang skala besar, sebuah skenario yang sata anggap sebagai bencana," katanya.
Pilihan Pertama
Pertama, Israel menerima garis besar Biden, yang menyerukan penghentian pertempuran di Gaza, dengan harapan bahwa hal ini juga akan menghentikan pertempuran di front utara.
"Intensitas pertempuran di kedua front akan berkurang secara signifikan, beberapa korban penculikan. mungkin dibebaskan, dan kita akan mengulur waktu."
Dia menjelaskan bahwa "Biden pada dasarnya mengatakan kepada Israel: Tunggu sebentar. Anda telah memberikan pukulan yang sangat keras kepada Hamas. Meskipun Anda belum membunuh Sinwar atau Mohammad Deif; beberapa struktur batalion tetap berfungsi dan utuh."
Dalam hal ini, apa yang diungkapkan Tomer sejalan dengan apa yang juga ditekankan oleh media Israel mengenai kegagalan strategis Israel di Jalur Gaza.
Pilihan kedua
Menurut Tomer, “Pilihan lain adalah terlibat dalam perang skala penuh. Namun, setiap tentara memerlukan waktu untuk berorganisasi, dan setelah delapan bulan berperang, IDF sudah lelah. Jika kita memilih untuk berperang di utara, IDF harus bersiap menghadapi kemungkinan perang besar-besaran di Lebanon."