Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hamas Tolak Syarat Baru dari Israel, Sebut AS Bohong soal Kemajuan Negosiasi Gencatan Senjata

Hamas menolak syarat baru dari Israel. Hamas menyebut AS membuat klaim palsu soal kemajuan proposal gencatan senjata di Jalur Gaza.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Hamas Tolak Syarat Baru dari Israel, Sebut AS Bohong soal Kemajuan Negosiasi Gencatan Senjata
AFP/MOHAMMED ABED
Dalam gambar arsip tertanggal 14 Desember 2022 ini, pimpinan gerakan Hamas Islam Palestina di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, muncul di hadapan para pendukungnya selama rapat umum yang menandai ulang tahun ke-35 berdirinya kelompok tersebut di Kota Gaza pada. - Hamas menolak syarat baru yang diajukan Israel pada proposal gencatan senjata di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menolak syarat baru yang dikatakan Israel telah dimasukkan dalam usulan perjanjian gencatan senjata setelah dua hari perundingan di Doha, Qatar.

"Delegasi Israel menetapkan kondisi baru dalam konteks pendekatannya terhadap penghalang, seperti desakan mereka (Israel) untuk mempertahankan pasukan militer di wilayah perbatasan dengan Mesir-poros Philadelphia dan meminta agar mereka mempunyai hak untuk memveto nama-nama dan mendeportasi tahanan lain ke luar Palestina," kata sumber keamanan Hamas, Jumat (16/8/2024).

Ia menegaskan, Hamas tidak menerima syarat apa pun kecuali gencatan senjata sepenuhnya, penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, pemulangan para pengungsi dan kesepakatan pertukaran tahanan, seperti diberitakan Al Arabiya.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan ada kemajuan dalam perundingan gencatan senjata itu.

"Kami belum mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza, tapi kami sudah lebih dekat dibandingkan 3 hari yang lalu," kata Joe Biden ketika mengomentari perundingan di Doha, Jumat.

Sebaliknya, pemimpin senior Hamas, Sami Abu Zuhri, justru menolak klaim Joe Biden.

"Pemerintah AS berusaha menyebarkan suasana positif palsu dan tidak memiliki keseriusan untuk menghentikan perang, melainkan bertujuan untuk mengulur waktu," kata Sami Abu Zuhri kepada Reuters, Jumat.

BERITA REKOMENDASI

Sebelumnya, para mediator, Mesir, Qatar, dan AS, menengahi perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Doha yang dimulai pada Kamis (15/8/2024).

Perundingan itu berdasarkan proposal yang diajukan oleh Presiden AS, Joe Biden, pada Mei lalu.

Hamas dan Israel belum menyetujui proposal gencatan senjata itu.

Negosiasi antara Hamas dan Israel yang ditengahi mediator kembali berlanjut di tengah ancaman Iran yang akan menyerang Israel untuk membalas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada Rabu (31/7/2024) waktu fajar.

Baca juga: Al Qassam Siarkan Adegan Drone Bunuh Diri Hantam Rumah Persembunyian Tentara Israel di Khan Yunis

Iran mengancam akan meluncurkan serangan balasan secara langsung ke Israel jika Israel dan Hamas tidak segera mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.

Jumlah Korban di Jalur Gaza


Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.000 jiwa dan 92.401 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (16/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Euro News.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas