Ledakan Bom Guncang Tel Aviv, Polisi Israel Sebut Puluhan Orang di Sinagoga Bisa Saja Tewas
Israel sebut terduga pelaku pengeboman pria 50 tahun, tewas ketika bom yang dia bawa meledak di dekat truk yang diparkir di pinggir jalan Tel Aviv
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ledakan Bom Guncang Tel Aviv, Polisi Israel Sebut Puluhan Orang di Sinagoga Bisa Saja Tewas
TRIBUNNEWS.COM - Ledakan keras mengguncang Ibu Kota negara pendudukan Israel, Minggu (18/8/2024).
Ledakan itu dilaporkan satu orang pemukim Yahudi Israel dan melukai sejumlah orang lainnya.
Polisi Israel menyatakan, ledakan yang terjadi di Tel Aviv kemarin, Minggu, adalah upaya yang “gagal”.
Mereka menyatakan kalau terduga pelaku pengeboman adalah pria berusia lima puluh tahun, tewas ketika bom yang dia bawa meledak di dekat sebuah truk yang diparkir di pinggir jalan di Tel Aviv.
Baca juga: Serangan Iran ke Israel Kelamaan, Operasi Intelijen di Tel Aviv Bakal Setara yang Terjadi di Teheran
Dinas keamanan Israel menyatakan kalau terduga pelaku yang membawa bahan peledak berasal dari Tepi Barat.
Seorang perwira senior polisi Israel mengatakan, “Serangan bom dapat dicegah hingga 99 persen,”.
Dia menyatakan, ledakan secara ajaib terjadi bukan di dekat lokasi keramaian seperti tempat ibadah Yahudi, Sinagoga atau bahkan pusat perbelanjaan.
“Ajaibnya, ledakan tidak terjadi di sinagoga terdekat atau di pusat perbelanjaan terdekat, dan peristiwa ini bisa saja berakhir dengan tewasnya puluhan orang yang sedang beribadah (di Sinagoga),” kata perwira polisi Israel tersebut menurut situs web Wynet dikutip Khaberni, Senin (19/8/2024).
Di lain pihak, pernyataan perwira kepolisian ini mengindikasikan kalau pihak keamanan Israel kembali kebobolan karena tidak mampu mencegah potensi ancaman yang menyasar kota paling vital negara pendudukan tersebut.
Layanan Keamanan Shin Bet sedang menyelidiki pemboman yang terjadi di Tel Aviv, di mana sumber keamanan mengatakan, “Penyelidikan telah mengalami kemajuan yang signifikan semalam, dan perintah bungkam (pembatasan pemberian keterangan dna informasi) telah diberlakukan mengenai arah penyelidikan".
Namun Shin Bet memberi indikasi kalau kejadian ini masuk dalam kategori peristiwa keamanan luar biasa.
“Trennya adalah tidak biasa,” kata pernyataan Shin Bet mengenai identitas tersangka yang tewas dalam ledakan dan identitas orang yang mungkin mengirimnya.
Pihak keamanan Israel menyatakan masih melakukan penyidikan mendalam guna mengetahui identitas jelas pelaku dan kewarganegaraannya.
Terduga Pelaku Berasal dari Nablus
Polisi pendudukan mengatakan, pada Senin (19/8/2024) pagi, kalau pemboman yang terjadi kemarin malam, Minggu, di Tel Aviv, adalah “operasi permusuhan (penyerangan).”
Pernyataan polisi Israel menambahkan, "(Terduga) pelaku tersebut tampaknya datang dari daerah Nablus di Tepi Barat."
Merujuk pada hipotesis polisi Israel yang menduga terduga pelaku pengeboman berasal dari Nablus, Tepi Barat, penyerangan ini terjadi saat militer Israel dan milisi bersenjata Israel dari kelompok Yahudi ekstrem, gencar melakukan penyerangan dan perusakan ke warga Palestina dan properti mereka di Tepi Barat.
Pada pekan pertama Agustus ini, pasukan pendudukan Israel (IDF) meledakkan markas besar gerakan Fatah, Rabu (7/8/2024) saat mereka menyerbu kamp Balata, sebelah timur Nablus di Tepi Barat.
Badan Berita dan Informasi Palestina (Wafa) mengutip sumber yang mengatakan, “Pasukan pendudukan Israel menyerbu wilayah timur Jalan Al-Quds dan pos pemeriksaan militer Beit Furik, disertai dengan buldoser, dan menggerebek sejumlah rumah di wilayah Kamp Balata di tengah baku tembak, bom suara, dan gas, dan dilanjutkan dengan meledakkan markas gerakan Fatah di tengah kamp.”
Baca juga: Media AS: Tentara Israel Frustasi dan Kelelahan di Gaza Saat Harus Menyerbu Hizbullah di Lebanon
Laporan menunjukkan kalau markas besar gerakan Fatah telah menjadi sasaran operasi pengeboman dan bombardemen sebelumnya.
"Setelah menyerbu di wilayah timur kota, beberapa kendaraan militer (israel) juga menyerbu kota dari daerah Jabal al-Tur, dan melakukan penggerebekan di sejumlah lingkungan di Kota Tua dan memotret beberapa situasi di sana, tanpa mencatat adanya korban jiwa," tulis laporan Khaberni mengutip Wafa.
Di bawah ini adalah video peledakan Markas Gerakan Fatah oleh IDF:
Ikut Bergabung dalam Perlawanan
Perlawanan milisi Palestina di Tepi Barat kini meluas dan tidak hanya melibatkan dua faksi besar, Hamas dan PIJ, namun juga mulai mengusik gerakan Fatah untuk ikut bergabung melawan Israel.
Sepanjang Juli kemarin, bentrokan sengit meletus antara pejuang perlawanan dan pasukan Pendudukan Israel menyusul serangan ke kamp pengungsi Nur Shams di Tulkarem, Tepi Barat bagian utara,
Brigade Martir Al-Aqsa, sayap militer gerakan Fatah, mengumumkan pada awal Juli kalau para petempur mereka terlibat dalam konfrontasi bersenjata yang intens dengan pasukan Israel.
Baca juga: Penyergapan Jenin Adalah Keajaiban Militer, Tanpa Terowongan Pun Tentara Israel Ambrol Bak di Gaza
Bentrokan dimulai setelah pasukan Pendudukan Israel, disertai kendaraan militer dan buldoser, menyerbu kota tersebut.
Pendudukan Israel memberlakukan pengepungan di pintu masuk kamp Nur Shams pada Senin pagi, mengerahkan penembak jitu di atap-atap bangunan tempat tinggal.
Situasi masih tegang karena pejuang perlawanan dan pasukan Israel terus terlibat baku tembak besar-besaran.
Baca juga: Ksatria Malam Brigade Martir Al Aqsa Libas IDF di Nablus, Batalyon Hamas-Fatah-PIJ Gabung di Tulkarm
Gabungkan Kekuatan
Pada Selasa (25/6/2024), milisi perlawanan Palestina menyatukan serangan di Tepi Barat dalam menanggapi serangan pasukan pendudukan Israel.
Operasi gabungan itu dilakukan dalam rangkaian operasi yang melibatkan bahan peledak dan tembakan.
Operasi itu menunjukkan sejumlah faksi militer perlawanan dari Hamas, Fatah, dan PIJ menyatukan serangan mereka dalam mengadang penyerbuan pasukan Israel (IDF) yang merangsek ke sejumlah kota di Tepi Barat.
Baca juga: Api Gaza Menjalar ke Tepi Barat: Brigade Tulkarem Himpun Pasukan, Brigade Jenin Duluan Serang Israel
Kelompok Ksatria Malam Brigade Martir Al-Aqsa (cabang Brigade Al-Quds sayap militer Fatah), bersama dengan Brigade Martir Izz al-Din al-Qassam (sayap militer Hamas) di Tulkarem, mengumumkan melaksanakan operasi melawan pasukan pendudukan.
Brigade Tulkarm, yang berafiliasi dengan Brigade Al-Quds (sayap militer PIJ), mengatakan hari ini, kalau para petempurnya, pada hari Minggu, membunuh dan melukai tentara pendudukan dalam penyergapan terkendali di Bat Hefer dengan meledakkan alat peledak dari jarak jauh.
"Tentara pendudukan meninggalkan kami dalam keadaan tewas dan terluka," tulis pernyataan Brigade Tulkarm dilansir Khaberni, Selasa (25/6/2024).
Baca juga: IDF Serahkan Kekuasaan ke Sipil Ekstremis di Bawah Smotrich, Tepi Barat di Tepi Aneksasi Israel
Israel Legalisasi Lima Pos Kolonial di Tepi Barat
Selain karena intensitas penyerbuan IDF ke kota-kota di Tepi Barat, gencaranya perlawanan para faksi milisi Palestina di Tepi Barat juga dipicu oleh pencaplokan lahan yang kian masif oleh pihak pendudukan.
Terbaru, Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengecam keras persetujuan Kabinet Pendudukan Israel atas legalisasi lima pos terdepan di Tepi Barat dan kemajuan rencana pembangunan ribuan “unit kolonial” baru di Tepi Barat.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat, Kementerian Palestina menyatakan keprihatinan besar atas kejahatan yang terus dilakukan oleh pemerintah Israel dalam memperluas pemukiman dan memperdalam politik apartheid, yang bertujuan untuk menutup pintu terhadap setiap peluang untuk mewujudkan negara Palestina.
Keputusan ini menyatakan, pemerintah Pendudukan Israel bertanggung jawab penuh dan langsung” atas konsekuensi dan dampak serius terhadap konflik dan seluruh wilayah.
Baca juga: Bahan Baku dari Yordania, Tepi Barat Bisa Produksi Rudal Secanggih Produk Gaza Buat Hancurkan Israel
Kementerian menegaskan bahwa meningkatnya aktivitas pemukiman di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, merupakan tantangan besar terhadap resolusi internasional yang relevan, khususnya Resolusi 2334.
Hal ini mewakili pengabaian resmi Israel terhadap konsensus internasional yang menolak penjajahan sebagai hambatan dalam penerapan solusi dua negara – sesuai dengan pernyataan tersebut.
Kementerian Palestina menyerukan intervensi mendesak Amerika dan internasional untuk menghentikan tindakan sepihak ilegal ini, menerapkan sanksi internasional yang bersifat memberikan efek jera terhadap seluruh sistem apartheid kolonial, dan memberikan tekanan nyata pada pemerintah “Israel” untuk menghentikan kegiatan pemukiman dan mematuhi keinginan internasional untuk perdamaian.
(oln/khbrn/rntv/*)