Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pangeran Saudi Mohammed bin Salman Dituduh Palsukan Tanda Tangan Ayahnya

Arab Saudi tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan Saad al-Jabri dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh BBC pada Senin (19/8/20

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pangeran Saudi Mohammed bin Salman Dituduh Palsukan Tanda Tangan Ayahnya
EVELYN HOCKSTEIN / POOL / AFP
Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salman 

TRIBUNNEWS.COM, SAUDI - Seorang mantan pejabat Saudi menuduh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman memalsukan tanda tangan ayahnya .

Pemalsuan tanda tangan diduga dilakukan terkait dekrit kerajaan saat perang Houthi di Yaman.

Arab Saudi tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan Saad al-Jabri dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh BBC pada Senin (19/8/2024).

Meskipun kerajaan Saudi menggambarkan  Saad Al-Jabri sebagai "mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan."

Al-Jabri, mantan pejabat intelijen Saudi yang tinggal di pengasingan di Kanada, telah berselisih selama bertahun-tahun dengan kerajaan tersebut karena kedua anaknya telah dipenjara.

Tuduhan itu muncul saat Pangeran Mohammed yang sekarang menjabat sebagai pemimpin de facto Arab Saudi.

Dia sering bertemu dengan para pemimpin negara menggantikan ayahnya, Raja Salman yang telah berusia 88 tahun.

BERITA TERKAIT

Pangeran MBS naik kekuasaan di  awal perang Yaman pada tahun 2015.

Dalam pernyataan al-Jabri kepada BBC, dia mengatakan seorang pejabat "yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan" yang terkait dengan Kementerian Dalam Negeri Saudi mengonfirmasi kepadanya bahwa Pangeran Mohammed menandatangani dekrit kerajaan yang menyatakan perang menggantikan ayahnya.

"Kami terkejut bahwa ada dekrit kerajaan yang mengizinkan intervensi darat," kata al-Jabri kepada BBC.

"Dia memalsukan tanda tangan ayahnya untuk dekrit kerajaan itu. Kapasitas mental raja sedang memburuk."

Seorang pengacara al-Jabri yang berbasis di AS tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Perang Yaman melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran, yang dilancarkan dengan janji sang pangeran bahwa perang itu akan segera berakhir, telah berlangsung selama hampir satu dekade.

Perang itu telah menewaskan lebih dari 150.000 orang dan menciptakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia, yang menewaskan puluhan ribu orang lainnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas