Baku Tembak di Tengah Laut, Kapal Berbendera Yunani Diserang di Laut Merah
Kapal tersebut melaporkan didekati oleh dua kapal kecil yang membawa sekitar 15 orang dan mengatakan terjadi baku tembak singkat
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Baku Tembak di Laut, Kapal Berbendera Yunani Diserang di Laut Merah
TRIBUNNEWS.COM – Kapal tanker produk minyak Sounion dilaporkan diserang oleh dua kapal kecil dan terkena tiga proyektil di Laut Merah lepas pantai Yaman pada Rabu (21/8/2024), kata Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO).
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan di antara 25 awak kapal, namun kapal berbendera Yunani tersebut telah kehilangan kemampuan untuk bermanuver, tambah UKMTO.
Baca juga: Status Tentara Israel Siaga Perang, Skenariokan Kepungan Serangan dari Iran-Houthi-Hizbullah
Kapal tersebut melaporkan didekati oleh dua kapal kecil yang membawa sekitar 15 orang dan mengatakan terjadi baku tembak singkat, kata UKMTO.
Baku tembak di laut itu terjadi 77 mil laut (142 km) sebelah barat pelabuhan Hodeidah di Yaman, katanya.
Perusahaan keamanan Inggris Ambrey secara terpisah melaporkan insiden di wilayah yang sama, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
"Delta Tankers, perusahaan yang mengoperasikan kapal tanker tersebut, tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar," tulis laporan MNA, Rabu.
Gerakan perlawanan Ansarullah Houthi Yaman diketahui telah melancarkan serangan terhadap pelayaran internasional di dekat Yaman sejak November lalu sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dalam perang Israel melawan Gaza.
Serangan ke Inti Israel Mengguncang Kelemahan Sistem Pertahanan Udara IDF
Selain melakukan operasi blokade Laut Merah, Houthi juga melakukan serangan langsung ke wilayah pendudukan Israel.
Serangan drone pada 19 Juli oleh Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang berafiliasi dengan gerakan Ansarallah (Houthi) terhadap kota inti Israel di Tel Aviv mengungkap kerentanan mekanisme pertahanan udara negara pendudukan tersebut.
Federico Borsari, pakar pertahanan di Pusat Analisis Kebijakan Eropa (CEPA), mengatakan kepada Business Insider, bahwa “Serangan pesawat tak berawak (Yaman ke Israel) pada 19 Juli menunjukkan pentingnya faktor manusia serta pelatihan dan perencanaan misi dalam situasi militer apa pun,”.
Baca juga: IDF: Objek Mencurigakan dari Lebanon Tembus Wilayah Udara Israel, Ledakan Terdengar di Teluk Haifa
Borsari membenarkan, dari sisi YAF, "kalau Yaman merencanakan misi yang cukup canggih berdasarkan serangan terhadap Israel dari arah yang paling tidak diduga sebelumnya — Laut Mediterania."
Dia lebih lanjut menyoroti bagaimana YAF “dengan hati-hati memilih jalur penerbangan dan titik arah drone untuk membuatnya terbang pada ketinggian yang relatif rendah dan di sepanjang garis pantai Eritrea, Sudan, dan Mesir untuk meminimalkan paparan terhadap radar berbasis kapal Barat dan aset pertahanan udara di wilayah tersebut."
YAF mengumumkan keberhasilan serangan pesawat tak berawak bulan lalu yang menargetkan situs penting di Tel Aviv, Palestina yang diduduki, sebagai kelanjutan operasi mereka untuk mendukung perjuangan milisi dan rakyat Gaza melawan invasi militer Israel (IDF).
"Operasi tersebut dilakukan dengan drone Yafa yang baru dikembangkan," kata juru bicara YAF Brigadir Jenderal Yahya Saree dilansir Al Mayadeen, Jumat (2/7/2024).
Nama drone ini diambil dari nama kota Palestina yang diduduki oleh Israel sebagai bagian dari Tel Aviv yang lebih besar.
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) itu dirancang dengan tujuan khusus untuk menghindari radar musuh dan sistem intersepsi, kata Saree.
Drone mencapai targetnya dan mencapai tujuan operasionalnya. Sumber media Israel mengungkapkan bahwa sebuah drone besar mendekati Tel Aviv dari laut pada ketinggian rendah.
Baca juga: Drone Houthi Buatan Iran Bobol Tel Aviv, Tentara IDF Ungkap Human Error Penyebab Drone Tak Dicegat
Human Error
Masih belum jelas bagaimana drone tersebut berhasil melewati semua sistem pertahanan dan menyerang gedung di Tel Aviv, Israel.
Menurut Borsari, kegagalan untuk mencegat kemungkinan besar disebabkan oleh "kesalahan manusia dalam proses identifikasi" di pihak Israel.
Human error ini kemungkinan disebabkan oleh komunikasi yang tidak memadai, pelatihan yang tidak memadai, atau bahkan kelalaian.
Meskipun pesawat tanpa awak tak dikenal itu terdeteksi oleh sensor, awak pertahanan udara Israel tidak berusaha mengidentifikasinya, menunjukkan kalau mereka tidak memperhatikan pendekatan serangan dari sisi Barat sebagai wilayah ancaman potensial.
Membalas serangan di Tel Aviv, setidaknya 87 orang dilaporkan terluka dalam serangan udara jet Israel yang menargetkan wilayah sekitar pelabuhan Hodeidah di Yaman.
Cari Cara Murah Redam Meriam M61 Vulcan Hizbullah
Militer Israel sedang bersiap-siap untuk mengerahkan kembali pertahanan udara berbasis senjata untuk mempertahankan instalasi militer dan infrastruktur penting dari serangan pesawat tak berawak yang sering dilakukan oleh Perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Ini bisa jadi adalah meriam M61 Vulcan dengan enam barel yang Israel pertimbangkan untuk dipasang di atas kendaraan lapis baja sebagai pertahanan yang berbiaya terjangkau terhadap serangan drone ini.
Hal ini terjadi ketika Hizbullah telah meluncurkan sekitar 1.000 drone ke Israel sejak 8 Oktober, The Wall Street Journal melaporkan pekan lalu.
"Dengan ini, kelompok Perlawanan Lebanon itu telah menunjukkan kemampuan untuk belajar dan mengambil keuntungan dari apa yang disebut “titik buta” dalam pertahanan Israel dengan memetakan wilayah utara Palestina yang diduduki dengan drone pengintainya, kata Sarit Zehavi, pendiri dan presiden Pusat Penelitian dan Pendidikan Alma, sebuah wadah pemikir Israel, seperti dilansir WSJ.
Kemampuan ini paling baik dicontohkan dalam video misi Hoopoe yang disediakan oleh Perlawanan Islam.
Baca juga: Burung-Burung Hoopoe Bawa Kabar ke Hizbullah yang Bikin Israel Meriang, Situs Sensitif Terpetakan
The Wall Street Journal menyatakan bahwa drone menjadi masalah bagi pendudukan karena ukurannya yang kecil dan sulit dideteksi, serta tidak mengikuti jalur yang dapat diprediksi atau melepaskan panas yang hebat dari mesin roket yang membuatnya lebih mudah untuk menemukan dan melenyapkan rudal. .
Selain itu, senjata tersebut murah dan berlimpah serta dikerahkan oleh musuh Israel dalam jumlah dan kecanggihan yang semakin meningkat, menurut WSJ.
(oln/MNA/almydn/bi/wsj/*)