IRGC: Serangan Balasan Iran ke Israel Butuh Waktu Lama demi Respons Akurat
Juru bicara IRGC mengatakan serangan balasan Iran ke Israel butuh waktu lama untuk persiapan yang akurat dan tepat.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) memperingatkan Israel mungkin akan menunggu pembalasan Iran dalam waktu yang lama.
Iran menjanjikan akan membalas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024).
"Waktu berpihak pada kita dan masa tunggu untuk respons ini bisa lama," kata Ali Mohammad Naini, juru bicara Garda Revolusi Iran (IRGC), Selasa (20/8/2024).
Ia mengatakan Iran sedang memperhitungkan respons yang akurat.
"Musuh harus menunggu respons yang dihitung dan akurat," lanjutnya, seperti diberitakan Al Araby.
Ali Mohammad Naini menjelaskan para pemimpin Iran sedang mempertimbangkan keadaan dan bahwa tanggapannya mungkin bukan pengulangan operasi Republik Islam sebelumnya.
Ia merujuk pada Operasi Janji Sejati pada 14 April 2024 ketika Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel untuk membalas serangan udara Israel di kompleks Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah yang menewaskan sejumlah anggota IRGC termasuk Komandan Pasukan Quds IRGC, Muhammad Reza Zahedi pada 1 April 2024.
Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), berupaya mencegah Iran agar tidak menyerang Israel untuk membalas pembunuhan Ismail Haniyeh.
AS melobi sejumlah negara yang dekat dengan Iran untuk menghentikan rencana pembalasan itu, namun Iran bersikeras akan tetap melakukannya.
Sementara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berkunjung di kawasan itu baru-baru ini untuk mendorong kemajuan menuju gencatan senjata Gaza, dengan harapan dapat meredakan ancaman dari Iran.
"Kami tidak menganggap tindakan AS itu tulus. Kami menganggap AS sebagai pihak dalam perang (Gaza)," kata Ali Mohammad Naini, dikutip dari Aawsat.
Baca juga: 2 Penyebab Utama Iran Belum Serang Israel: Diantaranya Terkait Arbain
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.139 jiwa dan 92.857 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (20/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Quds.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel