Kelompok Perlawanan Irak Janjikan Serangan Luar Biasa ke Pangkalan AS dalam Beberapa Hari Mendatang
Pernyataan dilontarkan Harakat Hizbullah al-Nujaba setelah serangan roket melukai 5 personel AS di pangkalan udara Ain al-Asad di Anbar, Irak barat
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Kelompok Perlawanan Irak Janjikan Serangan Luar Biasa ke Pangkalan AS dalam Beberapa Hari Mendatang
TRIBUNNEWS.COM – Harakat Hizbullah al-Nujaba, sebuah kelompok besar Perlawanan Irak telah mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Pangkalan Udara Ain al-Assad yang diduduki Amerika Serikat (AS) di sebelah barat negara tersebut.
Harakat Hizbullah al-Nujaba mengatakan kalau mereka akan melancarkan serangan lebih lanjut yang akan “mengejutkan” negara 'musuh' tersebut, MNA melaporkan.
Baca juga: Belum Pernah Terjadi Sebelumnya, Seluruh Pangkalan Militer AS di Dunia Kirim Senjata ke Israel
Haider al-Lami, anggota kantor politik Harakat Hizbullah al-Nujaba, membuat pernyataan tersebut pada Selasa (20/8/2024) setelah serangan roket melukai lima personel AS di pangkalan udara Ain al-Asad di provinsi Anbar, Irak barat, pekan lalu.
“Dalam beberapa hari mendatang, kita akan menyaksikan serangan-serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Perlawanan Irak, yang akan mengejutkan musuh di dalam dan di luar Irak,” katanya, seperti yang dilaporkan PressTV, Rabu (21/8/2024).
Pada 15 Agustus, tiga ledakan terdengar di dekat pangkalan udara Ain al-Asad, menyebabkan lima personel militer AS terluka.
Kelompok Perlawanan Irak telah berjanji untuk melanjutkan operasi mereka terhadap pangkalan militer, dimana pasukan militer Amerika ditempatkan.
Baca juga: Pangkalan Militer AS Kebobolan, Kenapa Markas Rahasia Tower 22 Tak Bisa Deteksi Drone Milisi Irak?
Perkuat Militer, Datangkan Helikopter Apache
AS menyadari kalau fasilitas-fasilitas mereka di Timur Tengah ikut terancam imbas Perang Gaza.
Alih-alih menekan Israel lewat berbagai cara untuk membuat Israel menghentikan agresi, AS jutsru menyatakan akan membantu negara pendudukan tersebut menghadapi ancaman serangan Iran dan Hizbullah, dua entitas yang belakangan terseret Perang Gaza.
Amerika Serikat bahkan terus memperkuat pangkalan militernya di Provinsi Al-Hasakah di Timur Laut Suriah, dengan mendatangkan tambahan helikopter Apache dan sejumlah peralatan militer.
“Pasukan AS telah memperkuat pangkalan mereka dengan 15 helikopter Apache untuk meningkatkan kemampuan mereka melakukan serangan,” kata sumber militer di Suriah kepada Sputnik, Minggu, 4 Agstus 2024.
Sumber tersebut mengatakan, sebuah pesawat militer AS mendarat di Pangkalan Militer Kharab Al-Jir yang memuat peralatan militer, rudal pertahanan udara, peralatan logistik dan berbagai material, serta 25 prajurit.
Sebelumnya pada hari yang sama, Departemen Pertahanan AS mengatakan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin akan mengawasi pengerahan pasukan tambahan ke Timur Tengah untuk melindungi Israel, dan bahwa keputusan akhir mengenai jumlah pasukan tersebut belum dibuat.
Prancis Perintahkan Warganya Tinggalkan Iran
Menyusul akan pecahnya perang Iran dan Israel pasca tewasnya Kepala Biro Politik Hamas oleh Israel, Pemerintah Prancis memperingatkan warganya agar segera meninggalkan Iran
Pemerintah Prancis menyatakan saat ini ada kenaikan risiko eskalasi militer di negara itu.
Kementerian Luar Negeri Perancis telah mengeluarkan rekomendasi agar warga negaranya meninggalkan Iran dan menghindari bepergian ke sana, “apapun alasannya.” Kementerian tersebut menyebutkan “meningkatnya risiko eskalasi militer di wilayah tersebut.”
Peringatan itu muncul setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada hari Rabu lalu.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut, meskipun Yerusalem Barat tidak membenarkan atau menyangkal keterlibatannya.
Pembunuhan tersebut menyebabkan peningkatan ketegangan antara Israel dan Iran, serta Hizbullah yang berbasis di Lebanon.
Baca juga: Perang Iran-Israel Segera Meletus, Kepala Komando Pusat AS Sibuk Melobi Sekutu di Timur Tengah
Laporan di media Barat menunjukkan bahwa pembalasan Iran terhadap Israel mungkin akan segera terjadi.
Warga negara Perancis yang saat ini berada di Iran disarankan untuk “pergi sesegera mungkin,” sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs kementerian mengatakan pada hari Jumat.
Pernyataan tersebut juga meminta masyarakat untuk melakukan “kewaspadaan besar” saat berada di Iran, “menjauhi semua demonstrasi” dan secara teratur memeriksa situs web kedutaan.
Paris juga telah memerintahkan langkah-langkah keamanan tambahan di situs-situs Yahudi di seluruh Perancis, dengan alasan adanya ancaman serangan “balas dendam” atas pembunuhan Haniyeh.
Baca juga: Inggris Kirim Pasukan Perang ke Timur Tengah Jelang Proksi Iran Serang Israel
“Risiko tindakan yang dilakukan adalah nyata,” kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin.
Perancis saat ini memiliki warga Yahudi terbesar ketiga di dunia, setelah Israel dan Amerika Serikat, dan sekaligus juga merupakan rumah bagi komunitas Muslim terbesar di Eropa, menurut AFP.
Hari Kamis lalu New York Times melaporkan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei diduga memerintahkan serangan langsung terhadap Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas.
CNN dan Axios melaporkan pada hari Jumat bahwa para pejabat AS memperkirakan serangan terhadap Israel oleh Teheran akan segera terjadi, yang mungkin juga melibatkan Hizbullah.
Iran telah berjanji untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas, dan Khamenei menyatakan bahwa Israel akan “dihukum berat.”
Ketegangan antara Israel, Iran, dan Hizbullah sudah memuncak akibat kampanye militer di Gaza.
Setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel pada Oktober lalu, Yerusalem Barat merespons dengan kampanye pengeboman besar-besaran yang diikuti dengan invasi darat ke Gaza, yang sejauh ini diklaim oleh otoritas kesehatan setempat telah memakan korban puluhan ribu nyawa.
Rusia telah berulang kali memperingatkan tentang risiko konflik Gaza yang akan meluas menjadi perang besar di Timur Tengah dan meminta semua pihak untuk menahan diri.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk keras pembunuhan Haniyeh dan memperingatkan bahwa tindakan tersebut “memiliki konsekuensi berbahaya bagi seluruh wilayah.”
(oln/MNA/*)