Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perintah Netanyahu Diabaikan, Menhan Israel: Hanya 70 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks yang Daftar Wamil

Ribuan arga Yahudi Haredi ultra-Ortodoks membangkang, menolak perintah Netanyahu untuk melaksanakan wajib militer.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Perintah Netanyahu Diabaikan, Menhan Israel: Hanya 70 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks yang Daftar Wamil
Itai Ron / Gambar Timur Tengah / Gambar Timur Tengah melalui AFP
Petugas polisi Israel bentrok dengan pria Yahudi Ultra-Ortodoks selama protes Ultra-Ortodoks menentang wajib militer pada 16 Juli 2024 di Bnei Brak, Israel. Bulan lalu, mahkamah agung negara tersebut mengeluarkan keputusan yang mengakhiri kebijakan pemerintah yang mengecualikan pria ultra-Ortodoks, atau Haredi, dari wajib militer. Wajib militer telah menjadi bagian besar dari kehidupan warga Israel, namun terdapat pengecualian bagi pria Haredi, yang justru melanjutkan studi Taurat secara penuh waktu. 

TRIBUNNEWS.COM - Dari ribuan warga Yahudi Haredi Ultra-Ortodoks, hanya 70 orang yang dilaporkan mendaftar wajib militer bersama pasukan pertahanan Israel di medan tempur Gaza.

Laporan ini dirilis Kementerian Keamanan dan Pertahanan Israel setelah ribuan warga Haredi Ultra-Ortodoks membangkang, memilih menghindari perintah PM Benjamin Netanyahu untuk melaksanakan wajib militer.

“Militer mengeluarkan 3.000 perintah wajib militer kepada anggota komunitas Haredi dalam tiga gelombang terpisah, namun hanya 70 orang Yahudi Haredi ultra-Ortodoks yang melapor ke kantor perekrutan di al-Quds,” jelas Menteri Keamanan Yoav Gallant, dikutip dari Al Mayadeen.

Penolakan ini dilakukan warga Yahudi Ultra-Ortodoks lantaran mereka menilai keputusan Netanyahu bertolak belakang dengan putusan Mahkamah Agung Israel.

Di mana pada 2018 silam Mahkamah Agung Israel mengeluarkan aturan untuk mengecualikan warga Ultra-Ortodoks Israel melakukan wajib militer.

Ini karena Ultra-Ortodoks merupakan warga kelas agamawan Israel yang difokuskan khusus urusan agama.

Sehingga Kaum ultra-Ortodoks mengklaim hak mereka hanya untuk belajar di pendidikan khusus agama bukan untuk bertugas di militer atau menjadi pegawai negeri sipil.

Berita Rekomendasi

Namun imbas Israel dilanda krisis pasukan, Netanyahu merilis aturan baru yang memerintahkan warga Israel dari kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks untuk ikut bergabung dengan pasukan militer ke medan perang di Jalur Gaza.

Pernyataan tersebut dilontarkan Netanyahu, menyusul mencuatnya isu yang menyebut bahwa jumlah pasukan Israel di Gaza tengah mengalami krisis.

Lantaran 582 tentara IDF gugur dalam medan pertempuran sementara 30.000 pasukan lainnya dinyatakan gangguan mental akibat perang.

Baca juga: Yahudi Israel Ingin Gulingkan Benjamin Netanyahu, Dianggap Tak Becus Urus Pertukaran Sandera

Krisis pasukan semakin diperparah karena para tentara cadangan dari batalion perang menolak perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan invasi melawan Hamas di jalur Gaza.

Serangkaian tekanan ini yang membuat Netanyahu khawatir apabila krisis pasukan di Gaza akan semakin parah.

Warga Ultra-Ortodoks Ancam Tinggalkan Israel


Merespon ramainya desakan wajib militer Kepala Yahudi ultra-Ortodoks, Rabi Sephardic Israel Yitzhak Yosef dan para pengikut mengancam akan meninggalkan negara itu jika mereka dipaksa masuk militer.

“Jika mereka memaksa kami untuk bergabung dengan militer, kami semua akan terbang ke luar negeri, membeli tiket, dan pergi,” ungkap Kepala Rabi Yahudi Sephardic, dikutip dari Anadolu.

“Mereka (orang Israel yang sekuler) harus memahami bahwa tanpa Taurat, tanpa kollels dan yeshivas (perguruan tinggi Yahudi untuk penelitian Talmud), militer (Israel) tidak akan sukses,” tambah Sephardic.
Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas