Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fitch Ratings Turunkan Skor Kredit Israel dari A-Plus Menjadi A

Fitch Ratings menurunkan skor kredit Israel dari A-plus (A+) menjadi A, meningkatnya risiko geopolitik sebagai pendorong utama keputusan ini.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Fitch Ratings Turunkan Skor Kredit Israel dari A-Plus Menjadi A
Anadolu
Keluarga sandera Israel kembali menggelar aksi protes ke Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan menuduhnya sengaja menumbalkan para tawanan demi kelanjutan karier politiknya. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menemukan 6 tawanan di terowongan Khan Yunis di Jalur Gaza dalam kondisi tewas, hari Senin (20/8/2024). Fitch Ratings menurunkan skor kredit Israel dari A-plus (A+) menjadi A, meningkatnya risiko geopolitik sebagai pendorong utama keputusan ini. 

Ada spekulasi bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menunda paket fiskalnya, yang mungkin terbukti tidak populer di dalam negeri.

Kegagalan meloloskan anggaran pada tanggal 31 Maret 2025 akan secara otomatis memicu pemilihan umum dadakan.

Awal minggu ini, kepala Bank Sentral Israel – Amir Yaron – meminta Netanyahu untuk mempercepat anggaran negara 2025, karena penundaan lebih lanjut berisiko memicu ketidakstabilan pasar keuangan.




Fitch meyakini bahwa Israel akan menerapkan kombinasi langkah penghematan dan kenaikan pajak.

Akan tetapi, dalam laporan mereka pada tanggal 12 Agustus, analis Fitch Cedric Julien Berry dan Jose Mantero menunjukkan bahwa "perpecahan politik, politik koalisi, dan keharusan militer dapat menghambat konsolidasi (fiskal)".

Terlebih lagi, lembaga pemeringkat tersebut memperingatkan bahwa “konflik di Gaza dapat berlangsung hingga tahun 2025 dan ada risiko konflik tersebut meluas ke wilayah lain”.

Konflik regional

Pada hari Senin (20/8/2024), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Netanyahu telah menerima “proposal penghubung” yang dirancang untuk mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas serta meredakan ketegangan yang meningkat dengan Iran.

BERITA TERKAIT

Keesokan harinya, delapan warga Palestina tewas dalam serangan Israel di pasar yang ramai di Deir el-Balah, di Gaza tengah.

Hamas belum menyetujui usulan tersebut, dan menyebutnya sebagai upaya AS untuk mengulur waktu “agar Israel melanjutkan genosidanya”.

Sebaliknya, kelompok Palestina tersebut mendesak agar proposal sebelumnya yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden dikembalikan, yang lebih menjamin bahwa gencatan senjata akan mengakhiri perang secara permanen.

Netanyahu bersikeras bahwa perang akan terus berlanjut hingga Hamas hancur total, bahkan jika kesepakatan tercapai.

Para pejabat Israel, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant, telah menepis gagasan kemenangan total melawan Hamas.

Perang bayangan yang telah berlangsung puluhan tahun antara Israel dan Iran muncul pada bulan April, ketika Teheran meluncurkan ratusan pesawat tak berawak dan rudal ke Israel sebagai respons atas terbunuhnya dua komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran di Damaskus.

Di sepanjang perbatasan Lebanon, Israel telah saling serang hampir setiap hari dengan Hizbullah sejak Oktober lalu.

Kelompok bersenjata itu mulai menembaki Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas.

Kedua organisasi itu memiliki hubungan dekat dengan Iran.

Baca juga: Israel Terus Keluarkan Perintah Evakuasi di Gaza, Warga Bingung Harus ke Mana: Tak Ada Tempat Aman

Baru-baru ini, pembunuhan pemimpin Hamas  Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut telah memicu kekhawatiran bahwa konflik di Gaza dapat berkembang menjadi konflik regional.

"Korban jiwa [akibat perang yang lebih luas] bisa jadi signifikan. Akan ada pula kerugian ekonomi yang besar," kata Omer Moav, seorang profesor ekonomi Israel di Universitas Warwick.

“Bagi Israel, perang yang berlangsung lama akan menimbulkan biaya yang besar dan defisit yang lebih besar,” katanya.

Selain melemahkan profil utang Israel, Moav mengatakan pertempuran yang berkepanjangan akan menimbulkan “biaya lain”, seperti kekurangan tenaga kerja dan kerusakan infrastruktur, serta kemungkinan sanksi internasional terhadap Israel.

“Israel saat ini mengabaikan fakta bahwa ekonomi dapat menyebabkan kerusakan [masyarakat] yang lebih besar daripada perang itu sendiri,” kata Moav.

“Pemerintah tidak berperilaku secara bertanggung jawab. Apakah mereka ingin menghindari biaya perang, atau apakah konflik yang berkelanjutan melayani kepentingan politik?”

Defisit anggaran Israel mencapai 8,1 persen dari PDB pada bulan Juli.

Kementerian Keuangan Israel telah menyatakan keyakinannya bahwa defisit akan kembali mendekati target 6,6 persen untuk tahun 2024 pada akhir tahun.

Smotrich: Resiko geopolitik

Dikutip dari The Cradle, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengatakan pada hari Senin bahwa penurunan peringkat “yang terjadi setelah perang dan risiko geopolitik yang ditimbulkannya adalah wajar.”

Perang di Gaza dan serangan Poros Perlawanan terhadap Israel telah memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap ekonomi Israel.

Media Ibrani melaporkan bulan lalu bahwa 46.000 bisnis Israel terpaksa tutup karena perang di Gaza dan operasi Hizbullah, tentara Yaman, dan anggota Poros lainnya.

Perusahaan manajemen risiko Israel CofaceBdi memperkirakan bahwa 60.000 bisnis akan ditutup pada akhir tahun 2024.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas