Fitch Ratings Turunkan Skor Kredit Israel dari A-Plus Menjadi A
Fitch Ratings menurunkan skor kredit Israel dari A-plus (A+) menjadi A, meningkatnya risiko geopolitik sebagai pendorong utama keputusan ini.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Whiesa Daniswara
Sebelum pecahnya perang, ekonomi Israel diperkirakan tumbuh sebesar 3,5 persen tahun lalu.
Produksi meningkat hanya sebesar 2 persen, Al Jazeera melaporkan.
Penurunan yang lebih tajam dapat dihindari berkat sektor teknologi yang sangat penting di negara itu, yang sebagian besar tidak terpengaruh oleh pertempuran.
Sektor ekonomi lainnya juga mengalami pukulan yang signifikan. Pada kuartal terakhir tahun lalu dan beberapa minggu setelah perang dimulai, produk domestik bruto (PDB) Israel menyusut hingga 20,7 persen (dalam hitungan tahunan).
Kemerosotan ini disebabkan oleh penurunan konsumsi swasta sebesar 27 persen, penurunan ekspor, dan penurunan investasi oleh perusahaan.
Pengeluaran rumah tangga kembali meningkat pada awal tahun, tetapi sejak itu telah mereda.
Israel juga memberlakukan kontrol ketat terhadap pergerakan pekerja Palestina, dengan mengabaikan hingga 160.000 pekerja.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut, Israel telah menjalankan program perekrutan di India dan Sri Lanka dengan hasil yang beragam.
Namun, pasar tenaga kerja masih kekurangan pasokan, terutama di sektor konstruksi dan pertanian.
Menurut perusahaan survei bisnis CofaceBDI, sekitar 60.000 perusahaan Israel akan tutup tahun ini karena kekurangan tenaga kerja, gangguan logistik, dan sentimen bisnis yang lesu.
Rencana investasi pun tertunda.
Wisatawan menurun
Pada saat yang sama, jumlah kedatangan wisatawan terus menurun hingga mencapai tingkat sebelum Oktober, waktu konflik Israel-Hamas meletus.
Sementara itu, perang telah memicu peningkatan tajam dalam belanja pemerintah.
Menurut Elliot Garside, analis Timur Tengah di Oxford Economics, terjadi peningkatan 93 persen dalam belanja militer dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022.