Brigade Al Qassam Mengebom Tel Aviv Pakai Rudal M90, Pakar: Hamas Bisa Serang Israel Sesuka Hati
Pengeboman terhadap Tel Aviv adalah pesan Al Qassam untuk menegaskan kemampuannya dalam menyerang sedalam yang mereka inginkan di wilayah Israel.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Brigade Al-Qassam Mengebom Tel Aviv Pakai Rudal M90, Pakar: Hamas Bisa Serang Israel Sesuka Hati
TRIBUNNEWS.COM - Sayap militer gerakan Hamas, Brigade Al-Qassam, Minggu (25/8/2024) mengumumkan kalau mereka melakukan pengeboman kota Tel Aviv, Israel Tengah, dengan rudal Maqadmeh (M90).
Serangan Brigade Al-Qassam ke Tel Aviv itu dikonfirmasi radio tentara pendudukan Israel yang melaporkan kalau pihak-pihak keamanan Israel “mengaktifkan sirene di kota Rishon Lezion (sebuah kota di pesisir Israel, sekitar 30 km dari Tel Aviv dan di utara Rehobot).
Baca juga: Brigade Al-Qassam: Pengeboman di Tel Aviv Akan Terus Berlanjut Selama Israel Membantai Palestina
"Al Qassam, faksi militer Gerakan Perlawanan Hamas, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemboman itu terjadi “sebagai tanggapan atas pembantaian Zionis terhadap warga sipil dan pemindahan yang disengaja terhadap rakyat kami”," tulis laporan Khaberni, Senin (26/8/2024).
Baca juga: Terowongan Palsu Buatan Tentara Israel Diledakkan Al Qassam, IDF Putus Asa Hadapi Taktik Perlawanan
Pakar: Hamas Kirim Pesan ke Israel, Bisa Menyerang Sesuka Hati
Atas serangan Brigade Al Qassam ke Tel Aviv ini, pakar militer dan ahli strategi dari Yordania, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, mengatakan kalau pemboman yang dilakukan kelompok perlawanan terhadap Tel Aviv adalah sebuah pesan untuk menegaskan kemampuannya dalam menyerang sedalam yang mereka inginkan di wilayah Israel.
Hal ini dilakukan saat Israel menyatakan agresi militer di Gaza mendekati tahap akhir dan mulai menarik pasukan secara bertahap seusai melakukan agresi selama sekira 10 bulan sejak 7 Oktober 2023 silam.
"Pesan lainnya adalah kalau faksi militer Hamas tersebut masih mempunyai sarana dan kemampuannya untuk melakukannya (menyerang Israel)," kata Al-Duwairi.
Dia menjelaskan, serangan Brigade Al Qassam dilakukan dengan menggunakan rudal “Maqadma M90”. Serangan itu, katanya, dilakukan dari wilayah Khan Yunis, Gaza Selatan.
Dalam penjelasannya tentang penggunaan satu jenis rudal oleh faksi militer Hamas dalam serangan ke Tel Aviv ini, Al-Duwairi menjelaskan, Al Qassam memiliki perhitungan cermat dalam penggunaan amunisi yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang spesifik.
"Brigade Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas, mempunyai pendekatannya sendiri yang mengontrol penggunaan cara-cara tersebut (serangan untuk tujuan), seperti perundingan gencatan senjata dan lain-lain," kata Al Duwairi - pada bagian analisis militer di Khaberni.
Karena itu, analis militer itu menegaskan kalau keputusan untuk mengebom Israel tengah dengan rudal ini adalah bernuansa keputusan politik kepemimpinan Hamas di dalam negeri sebelum keputusan militer karena dampak politiknya bisa signifikan.
Seputar Rudal M90
Pakar militer itu menjelaskan, rudal M90 yang digunakan Al Qassam membawa hulu ledak eksplosif dengan berat kurang dari 250 kilogram bahan peledak dan memiliki jangkauan minimal 90 kilometer.
Jenis rudal ini bisa mencapai jarak jangkau hingga 250 kilometer jika di-upgarde.
Al Duwairi menjelaskan kalau nama rudal “M90” berarti ” Ibrahim Maqadmeh, 90 kilometer,” dan rudal itu adalah generasi pertama dari 3 generasi rudal.
"Dia (rudal ini) menyandang nama Ibrahim Maqadmeh," kata Al Duwairi.
Ibrahim Maqadmeh adalah seorang Palestina dan pemimpin senior Hamas di Jalur Gaza yang dibunuh oleh pasukan Israel. Makadmeh, salah satu pendiri Hamas dan pemimpin sayap militer kelompok tersebut, dituduh merencanakan beberapa serangan yang menewaskan 28 warga Israel.
Dalam sejumlah serangan Al Qassam sebelumnya, Al-Duwairi menyatakan kalau Brigade Al-Qassam menggunakan taktik yang sama.
"Mereka meluncurkan salvo rudal pada waktu yang berbeda untuk mengkonfirmasi pesan mereka bahwa mereka mampu dan memiliki sarana yang dapat digunakan untuk menyerang wilayah Israel," katanya.
Lokasi Peluncuran
Al-Duwairi tidak dapat memastikan apakah rudal tersebut diluncurkan dari terowongan atau dari atas tanah.
Dia menganalisis, jika rudal diluncurkan dari dalam terowongan, maka rudal tersebut akan berasal dari pangkalan tetap dan akan akurat menuju sasaran.
"Namun jika diluncurkan dari jarak jauh di atas tanah, mereka (rudal-rudal M90) akan berasal dari “pangkalan simultan” yang tidak tetap dan tingkat keakuratannya akan berkurang," katanya.
Mengenai kemampuan Qassam meluncurkan rudal dari Khan Yunis, di mana operasi militer intensif dilakukan oleh tentara pendudukan Israel, Al-Duwairi mengatakan kalau ini bukan pertama kalinya Qassam diluncurkan dari daerah yang terdapat tentara pendudukan.
" (Peluncuran) Rudal sebelumnya telah diluncurkan dari jarak satu setengah kilometer atau kurang, Tentara pendudukan sendiri tidak mengakui hal ini," katanya.
Baca juga: Jebakan Terowongan Kembali Rontokkan IDF di Rafah, Senapan Runduk Ghoul Al Qassam Makan Korban Lagi
Khan Yunis Jadi Lokasi Mematikan Bagi IDF
Dalam banyak kasus penyergapan, Khan Yunis terbukti sebagai benteng terkuat Al Qassam, satu di antaranya karena keampuhan efektivitas milisi tersebut dalam mengelola pertempuran.
"Keefektifan milisi perlawanan Palestina bertempur di sana, menunjukkan bahwa operasi penembak jitu mempunyai dampak moral dan psikologis yang besar terhadap pendudukan," tambah Al-Duwairi.
Ia menjelaskan, senjata yang digunakan dalam operasi sniping adalah senapan “Ghoul”, yang dikembangkan dari senapan sniper Tiongkok, dan memiliki jangkauan dua ribu meter.
Adapun jangkauan ideal untuk sniping dari senjata ini adalah hingga 1800 meter, dan 14,5 meter.
"Peluru kaliber yang digunakan membuat pukulannya sangat mematikan dan dapat menembus target dan mengenai target lain setelahnya," kata dia.
Untuk menjelaskan proses penembakan dari sudut pandang teknis, Al-Duwairi mengatakan kalau penembak jitu menargetkan satu tentara meskipun ada tentara lain di sekitarnya.
"Karena senapan perlu diubah posisinya agar dapat menembak lagi," kata dia menjelaskan kalau penembakan cuma bisa dilakukan secara 'manual' satu demi satu.
Dia menjelaskan bahwa setiap operasi perlawanan terhadap pendudukan dikendalikan oleh keadaan tertentu, seperti sifat target dan keadaan di sekitarnya.
"Ini yang membuat milisi perlawanan menggunakan taktik tertentu dan senjata yang tepat untuk menargetkan tentara pendudukan melalui tembakan, peluru, dan tembakan misil, atau ambushment (penyergapan lewat jebakan).
Pakar militer itu juga menunjukkan kalau penyergapan dianggap sebagai jenis taktik militer yang paling sulit dilakukan oleh milisi perlawanan.
"Karena memerlukan pengaturan lebih dari satu tahap, seperti pengintaian, membaca dan memeriksa informasi, memvisualisasikan bentuk operasi yang dilakukan. pendudukan diperkirakan akan dilaksanakan, dan menyiapkan penyergapan yang sesuai," kata Al Duwairi.
Baca juga: Jebakan Canggih Al Qassam di Al-Zaytoun, Kombinasi Kamera dan Bom di Tembok Tewaskan Tentara Israel
Taktik Perlawanan yang Menguras Tentara Israel
Taktik menggunakan terowongan sebagai jebakan rupanya tidak hanya digunakan Brigade Al-Qassam - sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas di Jalur Gaza.
Tentara Israel (IDF), rupanya meniru taktik serupa untuk memancing milisi perlawanan Palestina.
Hanya, terowongan jebakan buatan IDF itu rupanya terbaca oleh Al-Qassam.
Baca juga: Ranpur Israel Dihantam Roket Yassin-105 di Zlata, Ranjau Darat Qassam Robohkan Pasukan Infanteri IDF
Dilansir Khaberni, Brigade Al Qassam, Rabu (14/8/2024) menyatakan, mereka mampu mendeteksi adanya tiga terowongan palsu buatan IDF.
"Brigade Al Qassam mampu meledakkan 3 terowongan yang sebelumnya dijadikan jebakan oleh pasukan pendudukan di lingkungan Tal Al-Sultan di Rafah," tulis pernyataan Al Qassam, dilansir Khaberni.
Pernyataan ini mengindikasikan IDF mengunakan sejumlah cara tak umum dalam menghadapi taktik milisi perlawanan Palestina.
Baca juga: Jebakan Terowongan Kembali Rontokkan IDF di Rafah, Senapan Runduk Ghoul Al Qassam Makan Korban Lagi
Lazimnya, terowongan ini digunakan Al Qassam, selaku pihak yang bertahan, untuk melancarkan serangan balik terhadap IDF yang berstatus sebagai penyerang.
Sergapan-sergapan ini rupanya membuat IDF kewalahan dan frustasi hingga menggunakan metode membuat terowongan palsu dengan harapan petempur Al Qassam terpancing masuk.
Hanya, cara ini terbaca lantaran para petempur Al Qassam mengetahui secara pasti titik lokasi jaringan terowongan yang mereka buat.
Baca juga: IDF Tak Bisa Deteksi Terowongan di Depan Hidung, Qassam Mendadak Muncul 200 Meter dari Check Point
Terowongan yang Tak Ada Habisnya
Seperti diketahui, terowongan di Jalur Gaza menjadi perhatian khusus bagi pasukan Israel yang menilai infrastruktur milik milisi perlawanan Palestina merupakan jaringan canggih bak labirin.
Faktor terowongan ini pula yang disebut-sebut membuat Tentara Israel -dengan segala keunggulan peralatan tempur- belum mampu memberantas Hamas, target perang yang mereka tetapkan, meski perang sudah berlangsung selama 10 bulan.
Baca juga: Terowongan Bertingkat Hamas Ditemukan di Perbatasan Mesir, Labirin yang Mengejutkan Tentara Israel
Terkait terowongan milisi perlawanan Palestina, Komandan pasukan elite Brigade Nahal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan keputusasaan mereka menghadapi situasi pertempuran di Rafah, Gaza Selatan.
“Rafah penuh dengan terowongan, yang sepertinya tidak ada habisnya,” lapor media Israel pada Rabu (19/6/2024) lalu.
Komandan tersebut, Kolonel Yair Zuckerman, menyatakan kalau terowongan ini terdapat di banyak rumah di Rafah.
Baca juga: IDF Segera Mundur dari Rafah, Media Israel: Dua Batalyon Hamas Belum Terlibat Pertempuran
“Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” jelas Kolonel Yair Zuckerman.
“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas.”
Dia menunjukkan bahwa tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.
Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika sebuah bom meledak di sebuah rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan:
Baca juga: Jebakan Presisi Al Qassam, Detail Tewasnya Perwira & Tentara Elite Brigade Givati IDF di Shaboura
“Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”
Pertempuran itu, akunya, “berat dan lambat.”
Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah, tambah perwira senior tersebut.
Bermil-mil Terowongan Masih Utuh
Israel 'masih jauh dari sukses' dalam mencapai tujuannya untuk melenyapkan Hamas dari Jalur Gaza, CBS News melaporkan pada Rabu (19/6/2024), mengutip seorang pejabat AS.
“Israel belum mencapai tujuan mereka untuk menghancurkan Hamas,” kata pejabat itu.
Hal itu, terutama karena ratusan pejuang milisi pembebasan Palestina terus berperang dan bermil-mil terowongan masih utuh dan belum dijelajahi oleh pasukan Israel (IDF).
Baca juga: Jaringan Terowongan Hizbullah Lebih Luas Dibanding Punya Hamas: Suplai Senjata dari Iran Lancar Jaya
Sementara itu, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya al-Sinwar, masih buron.
Pejabat Amerika tersebut menilai bahwa kurangnya rencana Israel pasca perang di Gaza menjadikan strategi saat ini sebagai “resep untuk perang yang berkelanjutan.”
Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi
IDF Dipaksa Netanyahu Buat Terus Perang
Pernyataan pejabat AS tersebut senada dengan pernyataan juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, yang mengakui bahwa tujuan “membasmi Hamas” tidak mungkin tercapai.
“Urusan menghancurkan Hamas, memberangus Hamas – ini hanya seperti membuang pasir ke mata publik,” kata Hagari kepada Channel 13 Israel.
Dia menekankan kalau "Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. Ini berakar di hati masyarakat – siapa pun yang berpikir kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah."
Juru bicara tersebut memperingatkan bahwa jika pemerintah Israel “tidak menemukan alternatif – [Hamas] akan tetap” berada di Gaza.
Namun, Perdana Menteri pendudukan Israel Benjamin Netanyahu bersikeras pada “penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas” sebagai bagian dari kondisi Israel untuk mengakhiri perang di Gaza.
Baca juga: Bentrok Dimulai, Netanyahu Sekak Tentara Israel yang Akui Hamas Tak Bisa Dihancurkan
Pernyataan ini menimbulkan adanya perpecahan di tubuh pemerintahan Israel antara sektor politik sebagai pengambil keputusan dengan sektor militer sebagai pihak yang menjalankan agresi militer di Gaza.
Ketidaksinkronan ini dituding IDF sebagai satu di antara hal sulitnya memberantas Hamas. Tidak adanya rencana yang jelas, membuat IDF secara berulang harus kembali berperang di wilayah yang sama di Gaza karena milisi perlawanan mampu memulihkan kekuatan setelah dibombardir IDF.
Baca juga: Garis Komando Tentara Israel Amburadul, 2 Sersan IDF Tewas Kena Sergapan Terbaru Qassam di Zaytoun
Hal ini terlihat jelas, ketika sumber-sumber militer mengatakan kepada Channel 12 Israel pada pertengahan Juni bahwa Hamas terus terlibat dalam perang di Jalur Gaza, dan masih mampu menimbulkan kerugian besar pada tentara Israel.
Sumber tersebut menyebutkan bahwa tentara Israel sedang berjuang untuk melenyapkan Brigade al-Qassam Hamas di Rafah, Jalur Gaza selatan, dan mungkin mengakhiri operasi militer tanpa mencapai tujuannya.
Baca juga: IDF Segera Mundur dari Rafah, Media Israel: Dua Batalyon Hamas Belum Terlibat Pertempuran
Hal serupa juga disampaikan oleh Ohad Hemo, komentator urusan Palestina untuk Channel 12 Israel, yang mengatakan bahwa Hamas telah berhasil membangun kembali kehadirannya di Jalur Gaza, dan menekankan bahwa ekspektasi Israel mengenai invasi Rafah dan operasi darat di sana menyesatkan publik.
Putus Asa
Terkait invasi militer IDF di Rafah, Komandan pasukan elite Brigade Nahal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan keputusasaan mereka menghadapi situasi pertempuran di Rafah, Gaza Selatan.
“Rafah penuh dengan terowongan, yang sepertinya tidak ada habisnya,” lapor media Israel pada Rabu (19/6/2024).
Komandan tersebut, Kolonel Yair Zuckerman, menyatakan kalau terowongan ini terdapat di banyak rumah di Rafah.
Baca juga: IDF Segera Mundur dari Rafah, Media Israel: Dua Batalyon Hamas Belum Terlibat Pertempuran
“Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” jelas Kolonel Yair Zuckerman.
“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas.”
Dia menunjukkan bahwa tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.
Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika sebuah bom meledak di sebuah rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan:
Baca juga: Jebakan Presisi Al Qassam, Detail Tewasnya Perwira & Tentara Elite Brigade Givati IDF di Shaboura
“Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”
Pertempuran itu, akunya, “berat dan lambat.”
Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah, tambah perwira senior tersebut.
Baca juga: Perwira IDF: Hamas Pasang Kamera Pengintai di Tiap Sudut Rafah, Tentara Israel Sengsara Kena Jebakan
IDF Frustrasi pada Netanyahu
Terpisah, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan tentara Israel selalu merasa frustrasi terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahkan sejak sebelum perang dimulai.
Tetapi, menurut Hagari, sejak 7 Oktober 2023, perselisihan antara militer dan pemerintahan Netanyahu telah mencapai puncaknya.
"Siapapun yang mengira Hamas bisa dihancurkan adalah kesalahan," ujarnya dalam wawancara Channel 13 Israel, Rabu, dikutip dari Palestine Chronicle.
"Mengatakan Hamas bisa dihancurkan dan dihilangkan sama saja dengan melempar debu ke mata publik," imbuhnya.
Pernyataan terbaru ini sangat berbeda dari setiap pengumuman yang dibuat Hagari sendiri soal tujuan serangan Israel di Gaza.
Dalam pernyataan pers hariannya, Hagari menggambarkan kehancuran sistematis kemampuan militer Hamas di seluruh wilayah kantong itu.
Baru-baru ini, pernyataan Hagari juga bertentangan dengan pernyataan Netanyahu, di mana sang perdana menteri sekali lagi menekankan "kemenangan total" di Gaza.
Kontradiksi itu dapat secara mudah dikaitkan dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Netanyahu, serta menteri sayap kanan.
Meski demikian, ketegangan antara dua kubu itu beberapa kali dapat diatasi, karena fakta mengenai perang Israel di Gaza dan Lebanon sebagian besar dikelola oleh Dewan Perang.
Baca juga: Al-Qassam dan Al-Quds Kompak Targetkan Tempat Sembunyi Pasukan Israel, Serang Pakai Peluru dan Roket
Seperti diketahui, Dewan Perang melibatkan para pemimpin oposisi dan individu berkredibilitas tinggi dalam institusi militer.
Antisipasi pengunduran diri pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, yang merupakan Kepala Staf tentara Israel pada tahun 2014, Gadi Eisenkot, dan lainnya, serta pembubaran Dewan Perang mengubah dinamika politik yang memerintah Israel selama sembilan bulan terakhir.
IDF kini merasa berani dan secara terbuka menyuarakan rasa frustrasinya karena tidak adanya rencana politik pasca-perang.
Perlu juga dinyatakan, meskipun tentara Israel mempunyai peran penting dalam pendirian negara Israel, konflik seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Secara historis, para jenderal Israel dimasukkan ke dalam lembaga politik setelah mereka pensiun, atau mereka cenderung bekerja sebagai konsultan di perusahaan manufaktur militer besar Israel.
Namun, formasi politik baru Netanyahu sengaja mengesampingkan kekuatan militer.
Pimpinan militer Israel pasti menyadari skenario pasca-perang di Israel harus mencakup kembalinya peran politiknya sebagai bagian dari institusi politik.
Untuk melakukan hal ini, tokoh sayap kanan seperti menteri Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, keduanya tidak memiliki pengalaman militer, tidak dapat menjadi bagian dari formasi politik skenario "hari setelahnya".
Hal ini seharusnya menjelaskan konteks persaingan yang sedang berlangsung di Israel, yang konsekuensinya tentu saja sangat luas.
Perbandingan Kekuatan, IDF Juga Mesti Hadapi Hizbullah Lebanon
Di tengah situasi dilematis yang dihadapi IDF dalam misi memberangus Hamas, baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan adanya keputusan "perang habis-habisan" antara Israel dengan Hizbullah di Lebanon.
Meski demikian, Israel diperkirakan tidak mampu melawan Hizbullah, menurut analisa mantan Brigadir Jenderal di Angkatan Pertahanan Israel, Assaf Orion.
Orion yang pernah menjadi kepala strategi di kurun waktu 2010-2015, memperkirakan Hizbullah memiliki persediaan senjata "puluhan kali lipat lebih banyak dibandingkan Hamas", dilansir The Guardian.
Hal serupa juga disampaikan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, Rabu (19/6/2024), yang mengatakan Israel harus bersiap menghadapi setiap tindakan Hizbullah.
Ia mengatakan, pasukan Israel harus mempersiapkan langkah antisipasi di front utara karena Hizbullah "sepuluh kali lebih kuat dari Hamas", menurut laporan Anadolu Ajansi.
Sementara itu, menurut POLITICO, Hizbullah saat ini bukanlah Hizbullah seperti tahun 2006.
Persediaan persenjataannya jauh lebih baik, dengan perkiraan persediaan roket sebanyak 40 ribu hingga 129 ribu, lebih banyak dari kebanyakan negara, termasuk Israel.
Dengan kekuatan itu, POLITICO berpendapat Hizbullah bisa menyerang tepat di jantung Israel.
Lalu, seperti apa perbandingan kekuatan Hizbullah, Hamas, dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dikutip dari DW?
Hizbullah
Hizbullah didirikan selama Invasi Israel ke Lebanon pada 1982 silam.
Kelompok ini memiliki sayap militer yang kuat dan dikenal sebagai salah satu pasukan non-negara dengan persenjataan paling berat di dunia.
Baca juga: 8 Kesuksesan Terbaru Al-Qassam Lawan Pasukan Israel: Bom Situs Militer, Sergap IDF Pakai Ranjau
Pada 2021, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengklaim kelompoknya memiliki 100 ribu pejuang.
Tetapi, para ahli menyebutnya berlebihan, dengan memperkirakan Hizbullah sebenarnya hanya memiliki 15 ribu-20 ribu pejuang terlatih.
Iran, pendukung utama Hizbullah, dilaporkan telah memasok roket dengan jangkauan lebih jauh dan lebih tepat, untuk kelompok itu.
'Pemberian' roket itu disebut-sebut bertujuan untuk mengakibatkan kerusakan signifikan pada infrastruktur Israel dan mengambat akses maritim ke pantai Mediterania Israel.
Hizbullah juga diketahui memiliki jumlah senjata yang bisa menghalangi pasukan berjumlah besar dan lebih maju.
Misalnya, Hizbullah bisa mengerahkan kawanan drone secara bersamaan terhadap satu sasaran untuk melumpuhkan sistem pertahanan udara Israel.
Selain itu, Hizbullah memiliki sistem pertahanan seperti SA-22 Rusia, yang bisa menargetkan pesawat terbang, helikopter, rudal balisitik dan jelajah, serta drone.
Aset-aset itu menjadi tantangan besar bagi militer Israel, yang sangat bergantung pada Angkatan Udaranya.
Hamas
Hamas didirikan pada awal intifada pertama pada 1987, saat ribuan warga Palestina memprotes pendudukan Israel di Tepi Barat dan Gaza.
Baca juga: IDF Hadapi Situasi Menantang di Rafah, Komandan Brigade Nahal Kewalahan: Ini Sangat Melelahkan
Selama bertahun-tahun, Hamas telah mengembangkan infrastruktur militer dan meningkatkan kekuatannya, serta meningkatkan kemampuannya dalam hal jangkauan dan pesenjataan.
Kelompok ini juga telah menggali sistem terowongan canggih di bawah Jalur Gaza, serta sebagian wilayah Israel dan Mesir.
Terowongan buatan Hamas itu dirancang untuk menyembunyikan dan menutupi para pejuangnya, sehingga menyulitkan IDF untuk melacak dan menemukan mereka.
Hamas bisa melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Israel jika terjadi serangan darat.
Pada 2021, Hamas mampu menembakkan lebih dari 4.000 roket ke arah Israel selama perang 11 hari.
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, tak pernah merinci berapa jumlah pasti pejuangnya.
Tetapi, berbagai sumber mengklaim Al-Qassam memiliki 7 ribu-50 ribu pasukan.
Sumber anonim mengatakan kepada Reuters, Al-Qassam punya akademi militer yang menawarkan pelatihan khusus, termasuk keamanan siber.
Al-Qassam diketahui memiliki persediaan senjata ringan yang besar, termasuk roket rakitan, mortir, dan bahan peledak lainnya.
Selain itu, Al-Qassam juga mempunyai rudal anti-tank dan rudal anti-pesawat yang diluncurkan dari MANPADS.
Hal itu membuat Al-Qassam sebagai salah satu pasukan gerilya dengan perlengkapan terbaik di dunia.
IDF
IDF termasuk dalam jajaran militer paling kuat di dunia, menurut Global Firepower Index.
Persenjataan militer Israel mencakup kapal rudal canggih, tank, helikopter serang, dan armada drone besar.
Tetapi, kekuatan IDF terletak pada Angkatan Udaranya, yang sebagian besar terdiri dari pesawat-pesawat mutakhir buatan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Warga Israel di Perbatasan Lebanon Takut Serangan Hizbullah: Tiba-tiba Ada Rudal, Kami Tak Tahan
Selain itu, IDF memiliki persediaan "amunisi berkeliaran" otonom, yang dikenal sebagai drone bunuh diri, termasuk model Harop dan Harpy, yang dapat melacak dan menghilangkan target bergerak.
Menurut Global Firepower Index, IDF memiliki 169.500 tentara aktif.
Pada 2022, Israel mengalokasikan 23,4 miliar dolar AS untuk pertahanan, menurut laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.
AS juga memberikan dukungan besar, memberikan sekitar 3 miliar dolar AS bantuan luar negeri kepada Israel setiap tahunnya sejak tahun 2017, dengan sebagian besar bantuan ini diberikan kepada militer.
(oln/khbrn/almydn/memo/*)