6 Tawanan Israel Tewas karena Serangan Udara Israel, Hamas: Tawanan Dibunuh dengan Senjata Buatan AS
Seorang pejabat senior Hamas menyatakan pada hari Minggu bahwa keenam sandera Israel yang baru-baru ini ditemukan di Gaza tewas akibat serangan udara
Penulis: Muhammad Barir
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah bertanggung jawab atas kematian sandera Israel, tuduh Hamas menghalangi perundingan.
Perdana Menteri Israel pada hari Minggu membantah bertanggung jawab atas kematian enam sandera Israel yang jasadnya baru-baru ini ditemukan di Jalur Gaza selatan, Anadolu Agency melaporkan.
"Israel tidak akan tinggal diam sampai menangkap mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan enam sandera," kata Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Netanyahu mengecam kelompok Palestina Hamas atas dugaan penolakannya untuk terlibat dalam “perundingan yang tulus.”
Ia mengklaim bahwa kelompok perlawanan tersebut "menghambat" upaya untuk mengamankan pembebasan sandera yang tersisa dan merusak keamanan Israel, seraya menambahkan bahwa Israel "berkomitmen untuk mencapai kesepakatan guna membebaskan sandera yang tersisa dan memastikan keamanan Israel."
“Siapa pun yang membunuh sandera tidak menginginkan kesepakatan,” tambahnya.
Pernyataan Netanyahu muncul setelah tentara Israel melaporkan penemuan mayat enam sandera di Gaza.
Militer menduga para sandera dibunuh oleh Hamas saat ditawan.
Namun, seorang pejabat senior Hamas menyatakan pada hari Minggu bahwa para sandera tewas akibat serangan udara Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza.
Sebelum penemuan itu, Israel mengatakan bahwa 107 sandera masih berada di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh.
Hamas mengatakan bahwa puluhan sandera terbunuh oleh serangan udara Israel yang menargetkan Gaza.
Serangan Israel terhadap Gaza, yang terus berlanjut sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, telah mengakibatkan hampir 40.700 kematian warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan setempat.
Konflik tersebut juga telah membuat Gaza hancur, dengan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian segera operasi militer di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan.