Alasan Hancurkan Infrastruktur Jenin, Israel Ketakutan Skenario Serangan Ala Hamas di Tepi Barat
Israel belakangan makin masif melakukan agresi militer ke Tepi Barat dan menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina.
Penulis: Choirul Arifin
Prospek beberapa konfrontasi simultan sekarang dilihat sebagai kenyataan, bukan sekadar pilihan, oleh lembaga keamanan Israel.
Dengan demikian, prinsip panduan di Tepi Barat telah menjadi pencegahan eskalasi besar dan untuk menghindari skenario yang mirip dengan serangan Hamas.
Pejabat keamanan Israel memahami bahwa strategi Iran, yang didasarkan pada konsep "front persatuan", menimbulkan ancaman strategis bagi Israel.
Akibatnya, Israel telah memulai kampanye bertahap namun dipercepat untuk "mengosongkan dan membongkar" front-front ini. Meskipun Gaza tetap menjadi prioritas utama, Tepi Barat juga sama pentingnya dari sudut pandang keamanan.
Selama beberapa waktu, Israel telah mempromosikan narasi bahwa kamp-kamp pengungsi Tepi Barat telah menjadi pusat pengaruh Iran dan pangkalan logistik bagi Hizbullah, yang siap dipicu dalam skenario yang menargetkan wilayah dalam Israel.
Keyakinan ini membenarkan, di mata para pemimpin Israel, serangan pendahuluan terhadap kamp-kamp ini dan upaya untuk menghancurkan infrastruktur mereka.
Dalam beberapa minggu terakhir, menteri luar negeri Israel telah secara terbuka menganjurkan penghancuran dan pembongkaran kamp-kamp pengungsi Tepi Barat, tanpa memperhatikan nasib penghuninya.
Hal ini menunjukkan bahwa prioritas keamanan Israel tidak mempertimbangkan potensi dampak kemanusiaan atau politik dari operasi semacam itu.
Potensi pemindahan penduduk kamp adalah salah satu konsekuensi yang paling parah, namun ini adalah topik yang hanya sedikit orang yang bersedia membahasnya secara terbuka.
Baca juga: Israel Putus Pasokan Air dan Listrik ke Rumah Sakit di Jenin Tepi Barat Kerahkan Buldoser dan Sniper
Kemungkinan besar penanganan masalah ini akan segera dilihat sebagai hasil yang tak terelakkan dari strategi "fakta di lapangan" Israel.
Langkah-langkah Israel, yang didorong oleh strategi "geografi keamanan" dan ketakutan akan peristiwa seperti 7 Oktober lainnya, tidak diragukan lagi telah membuat mereka yang berada di dalam pemerintahan Israel yang memiliki pandangan politik ekstrem menjadi lebih berani.
Tokoh-tokoh ini mendorong depopulasi Tepi Barat dan pembongkaran kamp-kamp pengungsi sebagai elemen utama agenda politik mereka.
Dalam konteks ini dan mengingat ketidakmampuan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengendalikan para menteri ekstremis ini atau mengendalikan pernyataan dan tindakan mereka, kebijakan-kebijakan ini kemungkinan akan meluas dan memperoleh penerimaan yang lebih luas, terutama dengan tingkat dukungan keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Situasi yang rumit dan kusut ini tidak diragukan lagi akan menyebabkan konsekuensi keamanan internal yang serius bagi Tepi Barat dan Israel sendiri.