Seberapa Besar Dampak Demo di Israel dan Adakah Peluang untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas?
Setelah ditemukannya enam jenazah tawanan yang ditahan oleh Hamas dan kelompok Palestina lainnya di Jalur Gaza, protes telah meletus di seluruh Israel
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Protes telah meletus di seluruh Israel setelah ditemukannya enam jenazah tawanan yang ditahan Hamas dan kelompok Palestina lainnya di Jalur Gaza.
Aksi juga disertai dengan mogok kerja massal.
Meski militer Israel mengatakan para tawanan itu dibunuh oleh Hamas sesaat sebelum tentara Israel menyelamatkan mereka, luapan kemarahan publik terfokus pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Warga Israel juga murka karena kabinet Netanyahu berulang kali gagal merampungkan gencatan senjata.
Lalu, seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari aksi demo di Israel?
Apakah ada peluang untuk gencatan senjata yang akan dicapai agar perang Israel-Hamas segera berhenti?
Selengkapnya, simak uraian berikut ini:
Seberapa besar ini?
Sangat besar.
Pada Minggu (1/9/2024) malam, sekitar 300.000 orang turun ke jalan.
Ratusan ribu orang menuntut pemerintah mengubah tindakannya untuk menyelamatkan tawanan yang masih berada di Gaza, yang diperkirakan berjumlah 100 orang.
Baca juga: Beredar Laporan Dokumen Darah Benjamin Netanyahu Menyabotase Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza
Dan pada Senin (2/9/2024), Histadrut, serikat pekerja terbesar di Israel — yang mewakili sekitar 800.000 pekerja — menyerukan pemogokan kerja massal selama satu hari.
Aksi ini didukung oleh produsen dan pengusaha utama Israel di sektor teknologi tinggi.
Sebagian besar ekonomi Israel terdampak.
Siapa saja yang ikut mogok?
Bandara Internasional Ben Gurion bahkan ditutup mulai pukul 08.00 waktu setempat hingga demo berakhir.
Forum Bisnis Israel, yang mewakili sebagian besar pekerja sektor swasta dari 200 perusahaan terbesar di negara itu, bergabung dalam pemogokan tersebut.
Perusahaan-perusahaan besar dari sektor teknologi Israel, seperti Wix, Fiverr, HoneyBook, Playtika, Riskified, AppsFlyer, Monday.com, AI21 Labs, dan Lemonade juga ikut andil.
Asosiasi Produsen Israel pun menyusul.
Mereka menuduh pemerintah gagal dalam “tugas moralnya” untuk membawa kembali para tawanan hidup-hidup.
Kemudian, Direktur Asosiasi Pengacara Israel, Amit Becher menyerukan “semua pengacara untuk melakukan mogok kerja”.
Rumah sakit dan klinik kesehatan beroperasi dengan kapasitas lebih rendah, tetapi layanan medis, bencana, ambulans, dan darah nasional berfungsi normal.
Israel Electric Corporation dan perusahaan air Mekorot juga beroperasi dengan kapasitas lebih rendah selama aksi mogok kerja massal, tetapi layanan pemadam kebakaran dan penyelamatan beroperasi normal.
Banyak kantor pemerintah dan kota juga ditutup pada hari Senin (2/9/2024), termasuk kantor pemerintah kota Tel Aviv.
Serikat Guru mengatakan sekolah dari taman kanak-kanak hingga kelas 12 hanya akan dibuka hingga pukul 11:45 waktu setempat, kecuali sekolah untuk siswa berkebutuhan khusus.
Asosiasi Kepala Universitas mengatakan universitas riset Israel juga akan mengikuti penutupan ekonomi meskipun beberapa ujian terjadwal masih akan diadakan.
Perusahaan bus terkemuka – termasuk Egged, Dan, dan Metropolin – juga ikut serta dalam pemogokan tersebut, selain Tel Aviv Light Rail dan sistem kereta bawah tanah Carmelit di Haifa.
Keterlambatan kereta juga dilaporkan terjadi selama pemogokan tersebut.
Bagaimana tanggapan pemerintah?
Menteri keuangan sayap kanan, Bezalel Smotrich mengajukan permintaan mendesak kepada jaksa agung untuk memerintahkan mogok kerja massal dihentikan.
Bersama Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir, Smotrich telah menjadi penentang keras gencatan senjata Gaza, memerintahkan Departemen Keuangan untuk tidak membayar gaji kepada siapa pun yang bergabung dalam mogok kerja massal Histadrut.
Apakah ada peluang untuk gencatan senjata?
Putaran terakhir negosiasi yang dimediasi di Qatar dan Mesir dalam beberapa minggu terakhir terhenti lagi.
Padahal krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)