Media Asing Sorot Lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia
Media umat Katholik, Barat, hingga Arab menyoroti lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
Sebelum meninggalkan Jakarta, Paus Fransiskus akan bertemu dengan para penerima manfaat dari organisasi-organisasi amal dan memimpin Misa Agung di Stadiun Gelora Bung Karno (GBK).
Setelah Indonesia, Paus kemudian akan melakukan perjalanan ke Port Moresby dan Vanimo di Papua Nugini, yang telah lama menjadi rumah bagi para misionaris Katolik dari seluruh dunia.
Kemudian melanjutkan perjalanan ke Timor Timur dan, akhirnya, ke Singapura, di mana ia diharapkan untuk memajukan agendanya terkait China.
Baca juga: Mengenal Garda Swiss Vatikan, Pasukan Elite Kepausan yang Siap Korbankan Nyawa demi Paus
Dikutip dari ABC News, yang menyoroti lawatan Paus Fransiskus dengan judul "What to know as Pope Francis embarks on longest trip of papacy", mengungkapkau kalau ini bukan perjalanan pertamanya ke wilayah tersebut.
Di awal masa kepausannya, ia melakukan empat perjalanan jarak jauh ke Korea Selatan, Sri Lanka, Filipina, dan Jepang.
Dalam beberapa tahun terakhir ia juga mengunjungi Bangladesh, Myanmar, Thailand, dan tahun lalu, Mongolia.
Dikutip dari BBC, yang memberi judul laporan mereka "Pope Francis lands in Indonesia for historic Asia Pacific visit", kunjungan Paus merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kredibilitasnya sebagai negara dengan mayoritas Muslim moderat, menurut beberapa pengamat.
"Dialog antaragama telah berlangsung di Indonesia selama bertahun-tahun, dan banyak orang telah terlibat aktif di dalamnya," kata Matius Ho, direktur eksekutif Institut Leimena, sebuah kelompok Kristen di Indonesia, kepada BBC Newsday.
Meskipun demikian, ada beberapa pihak di Indonesia yang berharap Paus akan berbicara atas nama kaum minoritas agama di negara ini yang mengatakan bahwa mereka merasa pemerintah tidak melakukan upaya yang cukup untuk melindungi mereka dari penganiayaan.
Di pihak Vatikan, perjalanan ini merupakan kesempatan untuk menyoroti pentingnya dialog Islam-Kristen global, menurut Michel Chambon, seorang teolog dan antropolog di Universitas Nasional Singapura.
"(Kunjungan) ini bukan sekadar kunjungan regional," kata Chambon kepada BBC.
"Kunjungan ini lebih merupakan pernyataan global untuk menegaskan kembali kemungkinan universal bagi keterlibatan persaudaraan Kristen-Muslim."
The Guardian juga menyoroti kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia.
Laporan mereka yang berjudul "Pope Francis to set off on challenging 12-day Asia-Pacific tour", mengungkapkan agenda Paus Fransiskus di Papua Nugini nantinya.
Di sana, Fransiskus akan bertemu dengan para misionaris dari negara asalnya, Argentina.
Diyakini bahwa ia akan memanfaatkan kunjungannya untuk mengatasi ancaman perubahan iklim, dengan menyebutkan tantangan seperti naiknya permukaan air laut dan gelombang panas serta topan yang semakin parah.
Ia kemudian akan menuju Timor Timur untuk merayakan misa di lapangan terbuka tepi pantai yang sama tempat Paus Yohanes Paulus II memimpin sebuah liturgi pada tahun 1989.
Mantan Paus tersebut kemudian dianggap membantu menyoroti pendudukan brutal Indonesia di dunia.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, Timor Leste mungkin memaksa Fransiskus untuk menghadapi skandal pelecehan seksual oleh para pendeta.
Pada tahun 2022, Vatikan mengonfirmasi bahwa mereka telah menjatuhkan sanksi kepada uskup Carlos Ximenes Belo, seorang pahlawan kemerdekaan Timor Leste, setelah adanya tuduhan bahwa ia melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki pada tahun 1990-an.
Tidak ada kabar mengenai apakah kunjungan Fransiskus akan mencakup referensi apa pun kepada Belo, yang tetap dihormati atas upayanya untuk memenangkan kemerdekaan Timor Timur dari kekuasaan Indonesia.
Perhentian terakhir Paus adalah Singapura, tempat tiga perempat penduduknya berasal dari Tiongkok.
Para analis menggambarkan perhentian tersebut sebagai bagian dari upaya Vatikan untuk meningkatkan hubungannya dengan Tiongkok, yang merupakan rumah bagi sekitar 12 juta umat Katolik.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)