Tuduhan AS untuk Pemimpin Hamas Dianggap Hanya Sandiwara, Berdampak pada Negosiasi Gencatan Senjata?
Departemen Kehakiman AS mengumumkan tuntutan pidana terhadap Pemimpin Hamas Yahya Sinwar.
Penulis: Nuryanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Tuduhan pidana Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) terhadap para Pemimpin Hamas, sebagian besar hanya sandiwara.
Hal ini diungkapkan oleh analis Israel dan mantan negosiator sandera, Gershon Baskin.
Departemen Kehakiman AS diketahui mengumumkan tuntutan pidana terhadap Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan militan senior lainnya terkait dengan serangan pada 7 Oktober 2023 di Israel.
Menurut Gershon Baskin, tuduhan AS akan berdampak kecil pada negosiasi gencatan senjata yang sedang berlangsung.
"Saya tidak berpikir hal itu mempersulit keadaan," kata Baskin kepada Al Jazeera, Rabu (4/9/2024).
“Saya tidak yakin Sinwar atau pemimpin Hamas lainnya akan menaiki pesawat ke New York dalam waktu dekat. Itu hanya sekadar pernyataan publisitas publik," jelasnya.
Gershon Baskin juga menyebut, surat perintah penangkapan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) – yang diharapkan dikeluarkan untuk para pemimpin Hamas dan Israel – adalah “permainan yang berbeda".
AS Dakwa Pemimpin Hamas
Gugatan pidana yang diajukan di pengadilan federal di New York City mencakup tujuh tuduhan seperti konspirasi untuk memberikan dukungan material kepada organisasi teroris asing yang mengakibatkan kematian, konspirasi untuk membunuh warga negara AS, dan konspirasi untuk membiayai terorisme.
Gugatan tersebut juga menuduh Iran dan Hizbullah Lebanon memberikan dukungan finansial, senjata, termasuk roket, dan perlengkapan militer kepada Hamas untuk digunakan dalam serangan.
Diberitakan AP News, dampak dari kasus ini mungkin sebagian besar bersifat simbolis, mengingat Sinwar diyakini bersembunyi di terowongan-terowongan di Gaza.
Baca juga: Buldoser Militer Israel Tak Ampuh Atasi Jebakan Milisi di Tepi Barat, IDF Perpanjang Operasi Jenin
Selain itu, Departemen Kehakiman mengatakan tiga dari enam terdakwa diyakini telah tewas.
Pengaduan tersebut awalnya diajukan secara tertutup pada bulan Februari untuk memberi waktu bagi AS untuk mencoba menahan pemimpin Hamas saat itu yakni Ismail Haniyeh dan terdakwa lainnya.
Namun, pengaduan tersebut dibuka pada Selasa (3/9/2024), setelah kematian Haniyeh pada bulan Juli dan perkembangan lain di wilayah tersebut mengurangi perlunya kerahasiaan, kata Departemen Kehakiman.
"Dakwaan yang diungkapkan hari ini hanyalah satu bagian dari upaya kami untuk menargetkan setiap aspek operasi Hamas," kata Jaksa Agung Merrick Garland dalam sebuah pernyataan video, Selasa.
"Tindakan ini tidak akan menjadi yang terakhir," lanjutnya.
Kemudian, tuduhan itu muncul saat Gedung Putih mengatakan pihaknya sedang mengembangkan proposal gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan baru dengan mitranya dari Mesir dan Qatar, untuk mencoba mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas.
Pengaduan tersebut merinci bagaimana para anggota Hamas yang tiba di Israel selatan dengan "truk, sepeda motor, buldoser, speedboat, dan paralayang" terlibat dalam kampanye kekerasan brutal yang mencakup rudapaksa, mutilasi alat kelamin, dan penembakan dengan senapan mesin dari jarak dekat.
Adapun Yahya Sinwar diangkat menjadi pimpinan Hamas setelah pembunuhan Ismail Haniyeh di Iran dan menduduki posisi teratas dalam daftar orang yang paling dicari Israel.
Yahya Sinwar diyakini telah menghabiskan sebagian besar dari 10 bulan terakhir tinggal di terowongan bawah tanah Gaza, dan tidak jelas seberapa banyak kontak yang ia miliki dengan dunia luar.
Baca juga: Israel Mengaku Hancurkan Terowongan Besar Hamas di Gaza Utara, Ada Rel di Dalamnya
Update Perang Israel-Hamas
Serangan terbaru militer Israel di wilayah Tepi Barat yang diduduki kini telah memasuki hari kedelapan.
Setidaknya 33 warga Palestina telah tewas dan 130 lainnya terluka sejak Rabu lalu, sebagian besar di Jenin.
Setidaknya enam warga Palestina tewas dalam serangan di Namaa College, tempat orang-orang berlindung. Puluhan lainnya terkubur di reruntuhan.
Pasukan Israel terus menggempur Gaza, menewaskan 43 orang selama sehari terakhir dan melukai lima anak di dekat sebuah rumah sakit di pusat Deir el-Balah tak lama setelah jeda dalam pertempuran untuk vaksinasi polio berakhir pada hari Selasa.
Program vaksinasi polio akan dilanjutkan untuk hari keempat di Gaza tengah, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan petugas kesehatan telah menjangkau lebih banyak anak daripada yang diperkirakan sejauh ini.
Pasukan Israel melanjutkan serangan mereka di Tepi Barat yang diduduki, menangkap lima orang di Nablus dan Betlehem, termasuk dua anak berusia 15 tahun.
Baca juga: Palestina Kecam Peta Israel Tanpa Tepi Barat: Netanyahu Niat Caplok Wilayah Kami
Basem Naim, pejabat senior Hamas, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tidak jelas bagaimana keenam tawanan yang jasadnya ditemukan dari Gaza itu bisa meninggal. Ia mengatakan bahwa ia sedang menunggu kabar dari pasukan Hamas di lapangan.
Keluarga tawanan Israel berjanji untuk melanjutkan protes mereka untuk kesepakatan gencatan senjata setelah polisi Israel bentrok dan menangkap beberapa demonstran di kota Tel Aviv.
AS mengklaim telah menghancurkan sistem rudal Houthi di Yaman saat misi angkatan laut Uni Eropa mengumumkan bahwa perusahaan swasta yang terlibat dalam penyelamatan kapal tanker minyak yang rusak dalam serangan Houthi pada bulan Agustus berbeda pendapat tentang penarikan MV Sounion.
Setidaknya 40.819 orang tewas dan 94.291 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel