Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS Sedang Persiapkan Proposal Baru, Netanyahu Bersikeras Ingin Kendalikan Perbatasan Gaza-Mesir

Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa Israel harus tetap mengontrol perbatasan Gaza dengan Mesir.

Penulis: tribunsolo
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in AS Sedang Persiapkan Proposal Baru, Netanyahu Bersikeras Ingin Kendalikan Perbatasan Gaza-Mesir
X
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers pada Senin (2/9/2024), menunjukkan peta Israel tanpa Tepi Barat, yang telah diduduki Israel selama 57 tahun. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel harus mempertahankan kontrol terbuka atas perbatasan Gaza dengan Mesir.

Ia menegaskan pendiriannya terkait masalah yang dianggap dapat menggagalkan upaya gencatan senjata.

Pernyataan Netanyahu muncul saat Amerika Serikat sedang mengembangkan proposal baru untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera, dengan harapan dapat memecahkan kebuntuan panjang dan mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir 11 bulan.

"Gaza harus didemiliterisasi, dan ini hanya dapat terjadi jika Koridor Philadelphia tetap berada di bawah kendali yang ketat," ujarnya.

Ia mengklaim pasukan Israel telah menemukan puluhan terowongan di bawah perbatasan.

Ia juga mengatakan Israel hanya akan mempertimbangkan penarikan diri dari koridor tersebut jika ada pasukan alternatif yang dapat mengawasinya.

"Bawakan saya siapa pun yang benar-benar dapat menunjukkan bahwa mereka benar-benar dapat mencegah terulangnya penyelundupan," katanya.

BERITA REKOMENDASI

"Saya tidak melihat hal itu terjadi sekarang, dan sampai hal itu terjadi, kita akan tetap di sini," imbuhnya.

Menurut laporan dari AP News, ratusan ribu warga Israel telah turun ke jalan dalam beberapa hari terakhir, menuntut kesepakatan dan mengatakan waktu hampir habis untuk membawa pulang para sandera hidup-hidup.

Netanyahu berulang kali menegaskan bahwa mempertahankan perbatasan juga akan menekan Hamas untuk membebaskan sandera.

Pada satu titik, ia secara keliru mengklaim bahwa invasi ke Rafah pada bulan Mei memaksa Hamas untuk pertama kalinya membebaskan sandera, yang sebenarnya terjadi beberapa bulan sebelumnya, pada bulan November, berdasarkan kesepakatan gencatan senjata selama seminggu.

Baca juga: Sindir Netanyahu, Oposisi Israel: Bertahan di Koridor Philadelphia dan Netzarim adalah Kesalahan

Ia kemudian mengatakan bahwa kesepakatan itu berhasil karena invasi kami dan tekanan militer yang Israel berikan kepada Hamas.


Netanyahu menepis tekanan tersebut, dengan mengatakan bahwa sikapnya diperlukan untuk memastikan Hamas tidak lagi menimbulkan ancaman bagi Israel.

"Saya bisa memahami penderitaan keluarga. Namun, tanggung jawab pemimpin bukan hanya untuk berbagi perasaan atau emosi, tetapi juga untuk menggunakan penilaian yang tepat," ungkapnya.

Sementara itu, kantor berita Palestina WAFA melaporkan pada Kamis pagi bahwa serangan tak berawak Israel menewaskan lima orang dan melukai satu orang lainnya di dalam mobil di Tubas, Tepi Barat.

Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka melakukan tiga serangan terarah terhadap militan bersenjata yang mengancam para prajurit, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Selama lebih dari sepekan, ratusan pasukan Israel telah melakukan operasi paling mematikan di Tepi Barat yang diduduki sejak perang Israel-Hamas dimulai.

(mg/Saifuddin Herlanda Abid)

Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas