Sandera Israel Bongkar Kelicikan Netanyahu: Dia Mencoba Membunuh Kami, tapi Hamas Melindungi Kami
Sandera Israel memberikan pernyataan soal perlakuan Hamas dan kelicikan Netanyahu terhadap dirinya dan kawan-kawannya di Gaza.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.com - Kelompok sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, merilis video yang memperlihatkan kesaksian dua tawanan Israel, Carmel Gat dan Alexander Lobanov, sebelum mereka ditemukan tewas pekan lalu.
Dalam video yang dirilis pada Rabu (4/9/2024), Gat dan Lobanov memberikan pernyataan yang ditujukan untuk pemerintah dan warga Israel.
Lobanov mengaku ia sudah dipindahkan oleh pejuang Al-Qassam ke beberapa lokasi berbeda di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Hal itu dilakukan untuk melindunginya dari pengeboman dan penembakan pasukan Israel yang membabi buta.
"Hamas memindahkan saya 10 kali untuk menyelamatkan hidup saya," ungkap Lobanov, dilansir Al Mayadeen.
Lebih lanjut, Lobanov membongkar kelicikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap para sandera Israel di Gaza.
Ia menilai Netanyahu telah gagal "melindungi" dirinya dan warga Israel lainnya pada 7 Oktober 2023.
Tak hanya itu, Lobanov juga menyebut Netanyahu "terus gagal dalam setiap upaya untuk membebaskan kami hidup-hidup."
"Anda (Netanyahu) hanya mencoba membunuh kami untuk menghindari penyelesaian kesepakatan (pertukaran sandera dan gencatan senjata), tapi nyatanya Hamas melindungi kami," beber dia.
Lobanov dan Gat lantas mendesak warga Israel untuk melakukan aksi protes agar segera menyepakati pertukaran sandera.
Keduanya juga mengungkapkan situasi yang dialami para sandera Israel di Gaza.
Baca juga: Analis Militer: Ancaman Terbesar Israel Berasal dari Internal, Bukan Hizbullah Ataupun Iran
Buntut serangan pasukan Zionis yang tanpa henti, sandera Israel juga mengalami kekurangan makanan, air, perlengkapan sanitasi, seperti semua warga sipil Palestina di Gaza.
"Saya mohon desaklah pemerintah Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu, tolong berhenti mengabaikan kami dan bawa kami kembali pulang ke rumah," pinta Gat.
Ia juga menyampaikan kepada warga Israel untuk tidak "berkompromi" dan tidak membiarkan siapapun "menutup pintu negosiasi", yang akan menjamin pembebasan para sandera jika berhasil.
Sebagai informasi, Gat dan Lobanov termasuk di antara enam sandera Israel yang jasadnya diambil dari Jalur Gaza pada Minggu (1/4/9/20240.
Kematian Lobanov dan kawan-kawan membuat khawatir para pejabat, politisi, dan warga Israel.
Mereka mendesak Netanyahu menyetujui kesepakatan gencatan senjata untuk membebaskan sandera Israel yang tersisa di Jalur Gaza.
Ribuan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa
Ribuan warga Israel kembali menggelar aksi protes pada Rabu, untuk mendesak pemerintah agar menyetujui kesepakatan gencatan senjata demi pembebasan sandera.
Aksi protes itu berlangsung di dekat markas besar tentara di Tel Aviv, di depan rumah menteri rezim Netanyahu, serta kota-kota lain.
Para pengunjuk rasa membawa bendera Israel dan gambar enam sandera yang baru-baru ini ditemukan tewas di Gaza.
Baca juga: 7 Pengunduran Diri di Militer Israel Paling Menonjol, Mayoritas Malu atas Kegagalan 7 Oktober 2023
Mereka meneriakkan agar pemerintah menyetujui kesepakatan gencatan senjata.
"Mereka bisa saja dibawa kembali hidup-hidup. Mereka (Pemerintah) yang menelantarkan mereka (sandera), wajib mengembalikan mereka (sandera)," teriak pengunjuk rasa, menurut harian Israel, Yedioth Ahronoth, dikutip Anadolu Ajansi.
Hingga saat ini, Netanyahu diketahui masih bersikeras mempertahankan kehadiran militer Israel di Koridor Philadelphia.
Keinginannya itu berisiko menggagalkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas, menurut media AS.
Ngototnya Netanyahu soal Koridor Philadelphia telah "menjadi hambatan utama bagi gencatan senjata dan perjanjian pembebasan sandera dengan Hamas," lapor Washington Post, mengutip pejabat AS yang berperan sebagai mediator bersama Qatar dan Mesir.
Diketahui, protes massal meletus di Israel sejak Minggu, setelah tentara mengatakan telah menemukan jasad enam sandera di Gaza selatan.
Hamas mengatakan para sandera tewas tersebut dalam serangan udara Israel di Gaza.
Israel memperkirakan lebih dari 100 sandera masih ditahan oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh.
Selama berbulan-bulan, Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.
Namun, upaya mediasi terhenti karena Netanyahu menolak memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)