Warga Israel Demo Lagi, Protes karena Pemerintahan Netanyahu Gagal Bebaskan Sandera di Gaza
Warga Israel kembali memprotes kegagalan pemerintah dalam mengamankan pemulangan para sandera di Gaza.
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Warga Israel kembali turun ke jalan untuk memprotes kegagalan pemerintah dalam mengamankan pemulangan para sandera yang tersisa di Gaza, Selasa (7/9/2024) malam.
Protes baru ini terjadi seminggu setelah demonstrasi perang terbesar dilakukan menyusul ditemukannya enam sandera yang tewas di Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga sebelumnya menolak tekanan untuk kesepakatan gencatan senjata.
Netanyahu menyatakan "tidak seorang pun akan berkhotbah kepada saya."
Seorang pengunjuk rasa di Tel Aviv, Efrat Machikawa, mengatakan warga Israel harus bersatu dalam unjuk rasa tersebut.
"Saya kira bahkan mereka yang mungkin enggan keluar, yang tidak terbiasa berunjuk rasa, yang bersedih tetapi lebih suka berada di ruang pribadi dalam kesedihan mereka, memahami bahwa suara kita harus bersatu dalam satu teriakan besar: Bawa para sandera dengan kesepakatan. Jangan pertaruhkan nyawa mereka," katanya, Sabtu, dilansir AP News.
Mogok Kerja Massal di Israel
Pada Minggu (1/9/2024) malam, ratusan ribu warga Israel telah turun ke jalan dalam kesedihan dan kemarahan setelah enam sandera ditemukan tewas di Gaza.
Keluarga dan sebagian besar masyarakat menyalahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dengan mengatakan mereka bisa saja dikembalikan hidup-hidup dalam kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir 11 bulan.
Namun, pihak lain mendukung strategi Netanyahu untuk mempertahankan tekanan militer tanpa henti terhadap Hamas, yang serangannya pada 7 Oktober ke Israel memicu perang.
Mereka mengatakan hal itu pada akhirnya akan memaksa para militan untuk menyerah pada tuntutan Israel, yang berpotensi menghasilkan penyelamatan yang lebih berhasil dan pada akhirnya memusnahkan kelompok tersebut.
Kemudian, serikat pekerja terbesar di Israel, Histadrut, menyerukan pemogokan umum pada Senin (2/9/2024), yang pertama sejak dimulainya perang, seperti diberitakan AP News.
Baca juga: Eks Kepala Shin Bet: Israel Tak Siap Terlalu Lama Perang di Gaza, Seharusnya Sudah Berakhir
Tujuannya adalah untuk menutup atau mengganggu sektor-sektor utama ekonomi, termasuk perbankan, perawatan kesehatan, dan bandara utama negara itu.
Maskapai penerbangan di bandara internasional utama Israel, Ben-Gurion, menghentikan penerbangan berangkat antara pukul 8.00 dan 10.00 pagi waktu setempat.
Penerbangan tersebut berangkat lebih awal atau sedikit tertunda, dan penumpang terlihat mengantre di konter check-in meskipun gangguannya terbatas.
Penerbangan yang datang terus berlanjut seperti biasa selama waktu itu, menurut Otoritas Bandara Israel.
Bank, beberapa mal besar, dan kantor pemerintah ditutup karena pemogokan, serta transportasi umum dibatasi.
Kota-kota di wilayah tengah Israel yang padat penduduk, termasuk Tel Aviv, turut serta dalam pemogokan, yang mengakibatkan jam sekolah dipersingkat dan tempat penitipan anak umum serta taman kanak-kanak dibatalkan.
Akan tetapi, banyak kotamadya, termasuk Yerusalem, tidak berpartisipasi dalam aksi mogok tersebut.
Media Israel melaporkan negara tersebut mengajukan banding ke pengadilan ketenagakerjaan untuk membatalkan aksi mogok tersebut, dengan mengatakan aksi itu bermotif politik.
Sebagai informasi, Israel telah mendapat tekanan yang meningkat dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu lainnya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Namun, Netanyahu bersikeras agar Israel terus mengendalikan koridor Philadelphia , jalur sempit di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir, tempat Israel menuduh Hamas menyelundupkan senjata.
Meski begitu, Mesir dan Hamas telah membantahnya.
Sementara, Hamas menuduh Israel menunda perundingan gencatan senjata dengan mengeluarkan tuntutan baru.
Hamas telah menawarkan pembebasan semua sandera sebagai imbalan atas diakhirinya perang, penarikan penuh pasukan Israel, dan pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk militan terkemuka — secara umum persyaratan yang diminta berdasarkan garis besar kesepakatan yang diajukan Joe Biden pada bulan Juli.
Baca juga: Di Tengah Vaksinasi Polio di Gaza, Israel Lakukan Serangan Membabi Buta, 61 Orang Tewas dalam 48 Jam
Di Gaza, petugas kesehatan menyelesaikan tahap kedua dari kampanye vaksinasi polio yang dirancang untuk mencegah wabah besar-besaran.
Upaya tersebut, yang diluncurkan setelah kasus polio pertama di daerah kantong Palestina tersebut dalam 25 tahun, bertujuan untuk memvaksinasi 640.000 anak selama perang yang telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan.
Tahap ketiga vaksinasi akan dilakukan di wilayah utara.
Di sisi lain, Israel terus melancarkan serangan militernya.
Di kamp pengungsi perkotaan Nuseirat di Gaza bagian tengah, Rumah Sakit Al-Awda mengatakan telah menerima sembilan jenazah yang tewas dalam dua serangan udara.
Satu serangan menghantam sebuah bangunan tempat tinggal, menewaskan empat orang dan melukai sedikitnya 10 orang, sementara lima orang tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di Nuseirat bagian barat.
Update Perang Israel-Hamas
Dikutip dari Al Jazeera, setidaknya 31 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza dalam 24 jam terakhir.
Diperkirakan 750.000 warga Israel turun ke jalan dalam salah satu protes terbesar yang pernah ada di Israel saat kemarahan memuncak terhadap kegagalan pemerintah membawa pulang mereka yang ditawan.
Baca juga: Bocoran Adegan Video dari Penjara Megiddo Israel: Tahanan Palestina Dianiaya Pakai Anjing
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengutuk "pelanggaran terang-terangan" Israel terhadap "nilai-nilai kemanusiaan" setelah tiga paramedis tewas pada Sabtu, dalam sebuah serangan di Lebanon selatan.
Setidaknya 31 orang tewas dalam serangan berkelanjutan Israel di wilayah utara, tengah, dan selatan Gaza.
Hizbullah telah meluncurkan serangan roket ke pusat komando Israel setelah tiga paramedis tewas di Lebanon selatan dalam serangan udara Israel.
Keluarga aktivis Turki-AS Aysenur Ezgi Eygi, yang ditembak mati oleh tentara Israel saat melakukan protes di Tepi Barat yang diduduki, telah meminta Amerika Serikat untuk meluncurkan penyelidikan independen atas pembunuhannya, dengan mengatakan penyelidikan Israel tidak akan “memadai”.
Setidaknya 40.939 orang tewas dan 94.616 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober. Sekitar 239 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel