Israel Bongkar Dokumen Diduga dari Panglima Hamas, Benarkah Yahya Sinwar c.s. Kehabisan Senjata?
Israel mengungkap dokumen yang diduga berasal dari panglima Hamas yang telah tewas.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Whiesa Daniswara
Media asal Inggris itu mengatakan dokumen tersebut berisi rencana menyelundupkan sandera dari Mesir ke Gaza lewat terowongan di bawah Koridor Philadelphi. Setelah itu, sandera akan dikirim ke Iran.
Muncul pula klaim bahwa Sinwar berada di balik rencana itu. Dia juga diduga punya rencana untuk kabur.
Akan tetapi, apakah dokumen itu asli atau benar-benar berasal dari Hamas?
Dikutip dari Al Mayadeen, media terkenal Israel bernama Yedioth Ahronoth melakukan penyelidikan dan pada akhirnya menyimpulkan bahwa dokumen itu palsu.
Menurut media itu, Direktorat Intelijen Milter Israel tidak mengetahui dokumen yang disebut oleh Jewish Chronicle.
“Dokumen itu maupun narasi yang dikaitkan oleh Sinwar, yang memutuskan untuk kabur, tidak diketahui oleh siapa pun di Israel,” kata Yedioth Ahronoth yang mengutip sumber militer.
Dokumen tersebut digunakan sebagai kampanye untuk memanipulasi opini publik untuk memunculkan dugaan bahwa Hamas dan Sinwar tidak tertarik dengan gencatan senjata.
Baca juga: Israel Tawari Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Keluar dengan Aman dari Gaza Tanpa Ditangkap
Media itu juga membantah pernyataan media Jerman bernama Bild mengenai dokumen itu.
Menurut Yedioth Ahronoth, kutipan yang ditulis oleh Bild dan mengindikasikan bahwa Hamas tak tertarik berunding dengan Israel adalah tidak benar atau dibuat-buat.
Laporan Jewish Chronicle dan Bild turut menyingung pernyataan yang dibuat oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu minggu lalu.
Netanyahu menyatakan pasukan Israel tidak akan menarik diri dari Koridor Philadelphi karena penarikan itu akan membuat Hamas bisa menyelundupkan sandera ke luar Gaza.
Yedioth Ahronoth menyebut dokumen palsu itu menimbulkan kemarahan besar di dalam lembaga keamanan Israel.
“Diasumsikan bahwa dokumen itu akan memperbesar ketegangan antara mereka dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan bawahannya.”
(Tribunnews/Febri)