Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penggerebekan Besar-besaran 20 Panti Asuhan Malaysia, 402 Anak Diduga Jadi Korban Pelecehan Seksual

Polisi menyelamatkan 402 anak setelah tuduhan pelecehan seksual di panti asuhan Islam di Malaysia.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
zoom-in Penggerebekan Besar-besaran 20 Panti Asuhan Malaysia, 402 Anak Diduga Jadi Korban Pelecehan Seksual
AFP
Departemen Kesejahteraan Sosial Malaysia menutup gerbang di pintu masuk panti sosial setelah tindakan keras oleh pihak berwenang di Subang Jaya di luar Kuala Lumpur pada 12 September. 

Namun, mereka tidak menyebutkan tuduhan pelecehan seksual terhadap mereka.

“Perusahaan tidak akan berkompromi dengan aktivitas apa pun yang melanggar hukum, khususnya terkait eksploitasi anak-anak sebagai pekerja,” kata GISB dalam pernyataannya.

Situs web Global Ikhwan menyebutkan, perusahaan tersebut bergerak dalam berbagai macam bisnis termasuk makanan dan minuman, media, medis, perjalanan, dan properti.

Perusahaan tersebut mempekerjakan lebih dari 5.000 orang dan memiliki cabang di 20 negara termasuk jaringan restoran di London, Paris, Australia, dan Dubai.

Polisi Akan Panggil GISB

Dalam perkembangan terbaru, Polisi Malaysia mengatakan pada hari Jumat (13/9/2024) bahwa mereka akan memanggil petinggi manajemen GISB.

Menurut Reuters, seorang juru bicara GISB mengatakan di hari yang sama bahwa pihaknya belum dipanggil oleh polisi.

Sementara itu, Perdana Menteri Anwar Ibrahim menginstruksikan pihak berwenang untuk menyelidiki tanpa penundaan dan mengambil tindakan cepat terhadap GISB jika ditemukan pelanggaran, kantor berita negara Bernama melaporkan.

Baca juga: Ratusan anak di Malaysia diduga jadi korban kekerasan seksual dan fisik di panti asuhan

Respons Kelompok HAM

BERITA TERKAIT

Komisi Hak Asasi Manusia Malaysia, atau Suhakam menyerukan peraturan yang lebih ketat di panti sosial.

"Masalahnya adalah tempat-tempat ini tidak diatur atau diawasi dengan baik," kata komisioner anak-anak Suhakam, Farah Nini Dusuki, kepada situs berita daring Free Malaysia Today.

"Kami memiliki masalah serius dengan pemantauan dan pengawasan, itulah sebabnya kami membutuhkan masyarakat untuk lebih waspada," katanya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas