Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

200.000 Pemukim Israel Terpaksa Hidup 'Berdampingan' dengan Drone & Rudal Hizbullah, Pejabat Muak

Tiap hari ratusan ribu warga Israel utara menghadapi ancaman rudal dan drone Hizbullah.

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in 200.000 Pemukim Israel Terpaksa Hidup 'Berdampingan' dengan Drone & Rudal Hizbullah, Pejabat Muak
Al Mayadeen
Api dan asap hitam tampak muncul di bangunan pemukiman Metulla di Israel utara setelah ada serangan Hizbullah, Sabtu, (22/6/2024). 

TRIBUNNEWS.COM – Situasi Israel utara yang makin buruk akibat gempuran Hizbullah membuat pejabat di sana mengeluarkan kritik pedas kepada pemerintah pusat.

Kepala Dewan Regional Galilea Tas, Gior Zaltz, mengklaim pemerintah menunda mengatasi situasi keamanan pelik di utara.

Adapun saat ini diperkirakan ada sekitar 100.000 pemukim Israel utara yang terpaksa mengungsi semenjak perang di Jalur Gaza meletus.

Kelompok Hizbullah di Lebanon menyerang Israel utara hampir tiap hari. Menurut Hizbullah, serangan ini adalah bentuk dukungan kepada warga Palestina di Gaza yang diinvasi Israel.

Hizbullah mengklaim baru akan menghentikan serangan apabila perang di tanah Palestina itu disudahi.

“Kita punya dua pilihan, yakni tindakan militer atau perjanjian,” kata Zaltz kepada radio 103FM, dikutip dari Maariv.

Zaltz meminta situasi keamanan di Israel utara yang memburuk selama hampir setahun ini segera dipulihkan.

BERITA TERKAIT

“Kalian harus memilih dan memutuskan untuk bertindak karena tiap hari berlalu kita kehilangan daerah lain di utara dan waktu tidak berada di sisi kita,” ucapnya.

“Saya sudah lama berkata bahwa negara Israel sebenarnya memundurkan perbatasan sepanjang 40 km ke selatan, perbatasan yang sebelumnya kita ketahui. Saya tidak mempedulikan kunjungan satu atau yang lainnya, saya pikir pengumuman ini tak ada gunanya.”

Kebakaran dipicu oleh rudal Hizbullah di Israel utara.
Kebakaran dipicu oleh rudal Hizbullah di Israel utara. (khaberni)

Zaltz juga mengungkapkan kenyataan pahit yang dihadapi pemukim Israel utara. Dia menyinggung susahnya mengevakuasi 100.000 pemukim dari rumah mereka.

“Dan yang tak kurang susahnya ialah 200.000 pemukim yang hidup berdampingan dengan alarm, drone, dan rudal ketika anak-anak mereka berbaring di lantai beberapa kali dalam sehari, tangan mereka berada di atas kepala.”

Baca juga: Hizbullah Serang Safad Pakai Rentetan Roket Katyusha, Hancurkan Pangkalan Rudal Barak Berea

Dia juga menyinggung rencana pemerintah mengenai daerah utara yang menelan biasa 3,5 shekel tahun ini dan 3,5 shekel tahun depan.

“Tak ada dari kementerian yang mulai menyiapkan rencana ini.”

Zaltz meminta pemerintah segera menjalankan rencananya.

“Yang bisa saya katakan adalah gambaran akhir perang ini akan berdampak pada mereka yang kembali, seberapa banyak yang akan kembali, dan seperti apa daerah utara dalam beberapa tahun mendatang.”

“Pada akhirnya akan ada perjanjian. Jika perjanjian yang dicapai tanpa tindakan militer itu sangat mirip dengan perjanjian yang dicapai setelah tindakan militer, saya tidak yakin harga sipil-militer akan menjadi harga yang tepat untuk dibayar.”

Pejabat itu mengatakan persoalan yang dihadapi Israel utara tidak hanya masalah keamanan, tetapi juga masalah ekonomi dan infrastruktur.

“Negara Israel akan memahami bahwa mereka perlu mengurusnya, yang sudah tidak dilakukan selama 20 tahun. Sama seperti masyarakat yang tinggal lama sekali di Yudea dan Samaria, dan bahkan di Tel Aviv.”

Dia meminta pemerintah segera membuat keputusan dan menjalankannya.

Di samping itu, dia menyinggung kemungkinan musuh-musuh Israel mengambil tindakan secara bersama-sama.

“Hentikan pernyataan bahwa tak mungkin bertempur di dua front dalam satu waktu. Mulailah bertindak di daerah utara. Jangan berbicara saja, bertindaklah.”

Asap mengepul di wilayah Israel Utara setelah diserang oleh milisi Hizbullah
Asap mengepul di wilayah Israel Utara setelah diserang oleh milisi Hizbullah (Anadolu Agency)

Warga Israel utara mengaku ditelantarkan

Baca juga: Direcoki Hizbullah dan Ditelantarkan, Warga Israel Utara Mengamuk: Netanyahu Lempar Kami ke Anjing

Beberapa waktu lalu warga Israel utara mengamuk dan mengungkapkan kemarahannya kepada pemerintah.

Mereka merasa serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke Lebanon akhir pekan lalu “tidak mencukupi”. Di samping itu, mereka mengaku “ditelantarkan”.

Adapun serangan itu adalah balasan Israel atas serangan besar kelompok Hizbullah di Lebanon.

Hizbullah menyerang Israel pada hari Minggu, (25/8/2024), pukul 05.00 waktu setempat. Ribuan roket dan pesawat nirawak dikerahkan dalam serangan itu.

Beberapa kepala daerah di Israel utara sudah bertemu dengan Menteri Pendidikan Yoav Kisch dan Kepala Komando Front Dalam Negeri pada hari Senin, (26/8/2024).

Ketua Dewan Regional Mateh Asher, Moshe Davidovitch, mengungkapkan kemarahannya kepada Menteri Pendidikan Kisch.

Davidovitch mengklaim tidak akan membuka sekolah hingga militer Israel bisa memastikan keamanan warga Israel utara.

“Saya sudah muak dengan pertunjukan itu. Kita tidak akan memulai tahun ajaran sekolah di tempat yang tidak terlindungi. Penduduk akan menderita [karena keputusan ini], tetapi kemudian mereka akan berterima kasih karena tidak ada yang terluka. Kemarin kalian [pemerintahan Benjamin Netanyahu] menunjukkan kepada kami betapa kalian menganggap rendah kami,” ujar Davidovitch dikutip dari The Cradle.

Dia mengatakan pemerintah Israel tak akan pernah dimaafkan atas hal itu.

“Fakta bahwa kalian meninggalkan kami dan membakar kami hidup-hidup akan tercatat. Kalian menelantarkan kami dan melemparkan kami kepada anjing.”

(Tribunnews/Febri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas