Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menentang Invasi ke Lebanon, Yoav Gallant Terancam Dipecat Netanyahu dari Jabatan Menhan Israel

Menurut media Israel, Menhan Yoav Gallant menentang invasi besar ke Lebanon saat ini.

Penulis: Nuryanti
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Menentang Invasi ke Lebanon, Yoav Gallant Terancam Dipecat Netanyahu dari Jabatan Menhan Israel
X/Twitter
PM Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant (kanan). Menurut media Israel, Yoav Gallant menentang invasi besar ke Lebanon saat ini. 

TRIBUNNEWS.COM - Media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang bersiap untuk memberhentikan Yoav Gallant sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).

Yoav Gallant disebut akan diganti dengan Ketua Partai Persatuan Nasional, Gideon Sa'ar.

Laporan oleh lembaga penyiaran publik, Kan, yang mengutip sumber tanpa nama di kantor perdana menteri, dirilis saat Netanyahu dan Gallant diyakini berselisih pendapat, antara lain terkait serangan ke Lebanon.

Menurut media Israel, Yoav Gallant menentang invasi besar ke Lebanon saat ini.

Lantas, apa kata kantor PM Israel?

Dilansir Al Jazeera, kantor Netanyahu mengatakan laporan tentang pengganti Yoav Gallant itu tidak benar.

Namun, mereka tidak menyebutkan Gallant secara spesifik.

Berita Rekomendasi

Di sisi lain, Sa'ar sebelumnya menolak spekulasi bahwa ia menerima kesepakatan untuk membawanya kembali ke koalisi yang dipimpin Netanyahu.

Ancaman Netanyahu

Laporan menunjukkan bahwa Menteri Pertahanan Yoav Gallant menentang operasi militer besar terhadap Lebanon saat ini, karena seorang komandan senior IDF secara aktif mendorong serangan darat.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampaknya, setidaknya secara lahiriah, mendukung permintaan operasi dan bahkan mengancam sekali lagi untuk memecat menteri pertahanannya.

Baca juga: Yahya Sinwar Pakai Sistem Komunikasi Primitif agar Sulit Dilacak Intelijen Israel

Diberitakan The Times of Israel, Gallant yakin saat ini bukanlah waktu yang tepat dan ingin memberikan kesempatan pada upaya mencapai solusi diplomatik di utara dan kesepakatan gencatan senjata-penyanderaan di Gaza.

Namun, kedua laporan berbeda pendapat mengenai sikap Netanyahu terhadap masalah ini.

Kan melaporkan bahwa perdana menteri mendorong operasi di Lebanon, meskipun terbatas.

Lebih jauh, media tersebut mengutip seorang rekan Netanyahu yang tidak disebutkan namanya yang mengancam bahwa "jika Gallant mencoba menggagalkan operasi di utara, dia akan diganti."

Sementara, Kan mengatakan, seorang “pejabat diplomatik” yang tidak disebutkan namanya membantah laporan tersebut.

Namun, Channel 13 melaporkan bahwa Netanyahu "menyimpan rahasia-rahasianya" dan bahwa meskipun ia tampaknya mendukung seruan Gordin untuk segera melancarkan serangan, beberapa sumber meragukan ketulusan pernyataan tersebut.

Sebagai informasi, Hizbullah telah menembakkan roket ke Israel sebagai bentuk solidaritas dengan sekutu Palestina-nya, Hamas, sejak perang Gaza meletus pada Oktober 2023.

Serangan itu memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka di Israel, di mana tekanan politik semakin meningkat untuk tindakan yang lebih keras.

Puluhan ribu warga Lebanon juga telah meninggalkan rumah mereka, menyusul serangan Israel di Lebanon selatan.

Hizbullah telah mengindikasikan pihaknya tidak menginginkan konflik yang lebih luas, meskipun mereka telah terus menggunakan persenjataan yang lebih kuat.

Hizbullah memiliki ribuan pejuang, banyak di antaranya berpengalaman dalam perang saudara Suriah, dan persenjataan puluhan ribu rudal yang mampu menghantam kota-kota di seluruh Israel.

Baca juga: Kemenkes Gaza Rilis Dokumen Rincian 34.000 Korban Tewas akibat Serangan Israel, Download di Sini

Asap membumbung di Kota Safed, Israel Utara setelah dibombardir gerakan perlawanan Lebanon. Pada Sabtu (15/9/2024), Hizbullah secara bergelombang melancarkan 55 roket ke wilayah utara Israel tersebut.
Asap membumbung di Kota Safed, Israel Utara setelah dibombardir gerakan perlawanan Lebanon. Pada Sabtu (15/9/2024), Hizbullah secara bergelombang melancarkan 55 roket ke wilayah utara Israel tersebut. (khaberni/HO)

Update Perang Israel-Hamas

Pasukan Israel terus melancarkan serangan mematikan di seluruh Gaza, menewaskan 10 orang di kamp Nuseirat serta menargetkan lingkungan Zeitoun dan Sheikh Radwan di Kota Gaza di mana 10 orang lainnya, termasuk anak-anak, tewas.

Militer Israel, setelah berbulan-bulan menyangkal, mengakui ada “kemungkinan besar” bahwa tiga tawanan Israel yang tewas di Gaza November lalu tewas dalam serangan udaranya sendiri.

Kelompok Houthi di Yaman menembakkan rudal yang mencapai wilayah Israel.

PM Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan meminta "harga yang mahal" dari kelompok tersebut.

Pasukan Israel terus melancarkan serangan di Gaza, menewaskan dua orang di Beit Lahiya utara dan melukai beberapa orang di kamp pengungsi Nuseirat.

Serangan itu terjadi setelah 10 warga Palestina tewas dalam dua pengeboman terpisah di Kota Gaza.

Baca juga: Hizbullah Puji Serangan Rudal Houthi ke Israel, Singgung soal Kelemahan dan Kerapuhan Militer Zionis

Seorang wanita Palestina di kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki mengalami keguguran setelah tentara Israel menyerbu rumahnya dan memeriksa anggota keluarganya, menurut kantor berita Wafa.

Ynet News Israel melaporkan bahwa dua roket yang diluncurkan dari Lebanon melintasi wilayah Israel dan meledak di area terbuka, tetapi tidak menimbulkan korban atau kerusakan.

Ibu dari seorang tawanan Israel yang tewas dalam serangan Israel di Gaza pada bulan November telah mempertanyakan klaim militer bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan putranya di jaringan terowongan bawah tanah yang menjadi targetnya.

Militer Israel mengatakan pihaknya tidak mengeluarkan perintah evakuasi untuk Lebanon selatan dan bahwa selebaran yang dijatuhkan oleh pesawat tak berawak Israel di desa perbatasan pada hari Minggu didistribusikan tanpa izin.

Setidaknya 41.206 orang tewas dan 95.337 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.

Di Israel, jumlah korban tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober sedikitnya 1.139 orang, sementara lebih dari 200 orang ditawan.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas