Megawati: Perlunya Regulasi Global untuk Cegah Kolonialisme Baru di Era Kecerdasan Buatan
Megawati mengajak insan perguruan tinggi di seluruh dunia memastikan kemajuan teknologi untuk mendukung kebebasan serta kemerdekaan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Febri Prasetyo
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri, mengajak insan perguruan tinggi di seluruh dunia bersatu padu memastikan kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), untuk mendukung kebebasan serta kemerdekaan, bukan malah melanggengkan penjajahan.
Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato berjudul "Artificial Intelligence, Kemanusiaan dan Konflik Peradaban" di hadapan forum rektor universitas se-Rusia, di Kampus St. Petersburg University (SPBU), Rusia, Rabu (18/9/2024). Para rektor hadir dalam acara Forum Kemitraan yang digelar SPBU dalam memperingati 300 tahun usia salah satu kampus terbaik di Rusia itu.
“Kami merasakan derita kemanusiaan melalui penjajahan. Penjajahan dalam aspek apa pun, termasuk kolonialisme baru melalui penyalahgunaan data dan teknologi, harus diatasi melalui regulasi global,” kata Megawati.
Menurut Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) serta Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN) itu, perguruan tinggi bisa menjadi benteng kemanusiaan yang kokoh.
Sebab, di perguruan tinggilah seluruh pencarian kebenaran berdasar kaidah akademis dilakukan. Kebenaran dalam makna hakikinya tidak bisa dilepaskan dengan akal budi dan kesadaran kemanusiaan.
“Kami percaya bahwa setiap insan manusia selalu mendambakan kehidupan yang bebas, lebih adil, makmur, dan diakui seluruh harkat kemanusiaannya. Dengan berpegang pada nilai-nilai inilah kemajuan teknologi termasuk AI diterapkan,” kata Mega.
Suara Megawati bergetar sambil menahan haru ketika ia menceritakan bagaimana perjuangan banyak negara di dunia, khususnya negara dunia di Asia, Afrika, dan Latin, untuk memperoleh kemerdekaan sudah dilakukan sejak dulu.
Dia ceritakan bagaimana proklamator RI, Sukarno, pernah berpidato dengan judul “To Build The World Anew”, yang substansinya masih penting hingga saat ini. Bahwa tatanan dunia baru yang berkeadilan harus terus diperjuangkan. Kemajuan peradaban justru harus dijaga untuk tidak digunakan memundurkan kemanusiaan.
Pidato itu berbasis falsafah hidup Indonesia, yani Pancasila, yang digali oleh Bung Karno. Megawati mengatakan, Pancasila yang terdiri lima sila, yakni Ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial; sebenarnya bisa digunakan dunia.
“Pancasila ini secara empiris berangkat dari realitas keterjajahan kami akibat imperialisme dan kolonialisme selama hampir 350 tahun,” kata Megawati.
Baca juga: Momen Khusyuk Megawati Ziarah ke Makam Korban Pengepungan Leningrad di St Petersburg
Dalam rombongannya ke Rusia, Megawati didampingi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga serta Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional Universitas St.Petersburg, Connie Rahakundini Bakrie.
Terlihat juga yang turut mendampingi Megawati, Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah, Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri Ismail, Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Kesowo, dan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian dan Wakil Kepala BPIP Rima Agristina. Megawati juga tampak ikut ditemani Herman Herry, anggota DPR RI serta Samuel Wattimena, anggota DPR RI terpilih.