Israel Ajukan Proposal Baru Gencatan Senjata di Gaza: Mau Perang Berakhir, Biarkan Sinwar Hidup
'kemenangan mutlak' yang digaungkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berupa pemberangusan Hamas, sama sekali tidak tercapai.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Israel Ajukan Proposal Baru untuk Gencatan Senjata di Gaza, Mau Perang Berakhir, Biarkan Yahya Sinwar Hidup
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah media berbahasa Ibrani, Kamis (19/9/2024) melaporkan kalau pemerintah Israel mengajukan proposal baru untuk gencatan senjata di Gaza.
Otoritas Penyiaran Ibrani, KAN, mengutip sumber informasi, menyatakan kalau proposal baru dari Israel tersebut mencakup pembebasan semua sandera sekaligus dan memastikan keluarnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dan semua orang yang ingin meninggalkan Jalur Gaza ke luar secara aman.
"Usulan terbaru tersebut juga juga mencakup pembebasan tahanan Palestina, perlucutan senjata di Jalur Gaza, penerapan mekanisme pemerintahan lain di dalamnya, dan diakhirinya perang," bunyi laporan Khaberni.
Proposal baru ini menandakan Israel memang dilanda kerugian perang yang signifikan selama 12 bulan di Gaza, sedangkan 'kemenangan mutlak' yang digaungkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu berupa pemberangusan Hamas, sama sekali tidak tercapai.
Baca juga: Mayor Jenderal IDF Mantan Komandan Divisi Gaza Israel: Kami Kalah dan Hamas Menang
Hamas Siap Gencatan Senjata Tanpa Syarat Baru
Kelompok militan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, Palestina mengklaim siap melakukan gencatan senjata tanpa meminta syarat baru.
Dikutip dari Reuters, Hamas menyatakan pihaknya setuju untuk menjalankan proposal gencatan senjata yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden pada Juni lalu.
Sebelumnya, Delegasi Hamas bertemu mediator Qatar dan Mesir di Doha pada Rabu (11/9/2024).
Pertemuan itu untuk membahas gencatan senjata di Gaza dan kemungkinan pertukaran sandera dan tahanan, ujar kelompok militan itu dalam pernyataannya.
Hamas mengatakan kepala negosiatornya Khalil al-Hayya bertemu Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dan Kepala Intelijen Mesir, Abbas Kamel.
Ini merupakan negosiasi terbaru setelah negosiasi sebelum-sebelumnya berujung buntu.
Tak ada syarat baru apa pun yang diminta, CNN melaporkan.
Kondisi itu pun diharapkan berlaku pula bagi Israel.
Kelompok militan tersebut juga mengeklaim pihaknya tidak mengajukan tuntutan lebih lanjut kepada para negosiator.