Ledakan Walkie-Talkie dan Pager di Lebanon Picu Rasa Takut akan Serangan Balasan
Setelah ledakan ratusan perangkat elektronik, mulai dari pager disusul walkie-talkie di Lebanon, masih belum dapat dipastikan bagaimana…
"Mengingat konflik yang terus berlanjut bahkan kemungkinan akan semakin meningkat, tindakan itu memberikan indikasi kepada Hizbullah bahwa Israel telah melihat situasi saat ini sebagai perang terbuka,” katanya.
Murciano melihat adanya keinginan untuk meningkatkan tensi sebagai bagian dari perang. "Ini bukan hanya masalah memanfaatkan peluang operasional. Israel lebih menunjukkan bahwa mereka akan melakukan semua cara untuk membatasi kekuatan Hizbullah,” ujarnya.
Seorang jurnalis yang berbasis di Beirut, sekaligus editor situs web The Beirut Banyan, Ronnie Chatah, pada Rabu (18/09) mengatakan, masih harus dillihat bagaimana Hizbullah akan bereaksi. Ia berasumsi kalau milisi tersebut masih akan menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan dalam skala besar.
"Perang kemungkinan akan terus berlanjut terbatas pada target-target militer,” kata Chatah. Menurutnya, Hizbullah tidak akan melakukan sesuatu yang dapat memperluas perang lebih dari itu.
Peran Amerika Serikat (AS)
Serangan itu terjadi ketika Amos Hochstein, penasihat politik Presiden AS Joe Biden, sedang melakukan perjalanan ke wilayah tersebut.
Awal pekan ini, Hochstein telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Israel Isaac Herzog, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Pembicaraan tersebut bertujuan untuk meyakinkan para pemimpin Israel supaya tidak melancarkan operasi militer berskala besar terhadap Hizbullah di Lebanon, sehingga dapat mencegah ancaman perang antara Israel dan Hizbullah.
Menurut jadwal, Hochstein seharusnya melakukan perjalanan ke Lebanon, dan diagendakan bertemu dengan perwakilan pemerintah Lebanon. Menurut rencana itu, pejabat pemerintah Lebanon selanjutnya akan berkoordinasi dengan Hizbullah.
Hochstein kemungkinan tidak mengetahui tentang operasi yang akan dilancarkan tersebut.
Namun, Menteri Pertahanan Israel Gallant telah menginformasikan kepada pihak AS melalui rekan sejabatnya Lloyd Austin, bahwa waktu untuk mencapai kesepakatan dengan Hizbullah hampir habis, dengan mengatakan: "Lintasannya sudah jelas.”
Menurut Gil Murciano, serangan ini tidak akan membuat hubungan antara Israel dan AS menjadi tegang. "Amerika mengatakan, mereka memang tidak diberitahu tentang serangan tersebut. Yang penting bagi mereka adalah menjadi penengah di wilayah itu,” katanya kepada DW.
Namun, menjadi penengah juga bukan persoalan mudah. Chatah mengatakan, pemerintah AS tidak memiliki perwakilan diLebanon. "Tidak ada perwakilan, tidak ada politisi yang mampu mengakhiri konflik dengan cara yang benar-benar menguntungkan negara,” katanya, sambil menambahkan bahwa ”tidak ada satu pun politisi yang berada dalam posisi untuk membujuk Hizbullah untuk menyerah.”
"Di sisi lain, menurut saya, Israel juga tidak selalu mempertimbangkan kekhawatiran Amerika,” tambahnya.
Surat kabar Haaretz dari Israel tampaknya tidak terlalu optimis tentang bagaimana situasi tersebut akan berkembang. "Serangan yang dikaitkan dengan Israel itu justru mengekspos kelemahan Hizbullah dan mempermalukan para pemimpinnya,” tulis para editornya. ”Ini bukanlah jenis insiden yang berakhir dengan tenang di Timur Tengah.”
Rola Farhat di Beirut, berkontribusi dalam artikel ini yang diadaptasi dari bahasa Jerman.