Bersumpah Akan Jadikan Israel Neraka, Hizbullah: Ledakan di Lebanon Harus Dibalas Hukuman Setimpal
Hizbullah bersumpah akan membalas Israel atas dua ledakan yang terjadi di Lebanon, pada Selasa (17/9/2024) dan Rabu (18/9/2024).
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengumumkan fase baru perang dengan Hizbullah memiliki risiko yang signifikan.
Surat kabar Yedioth Ahronoth mengatakan Gallant menyampaikan situasi tersebut selama pertemuan dengan pejabat senior militer dan keamanan, termasuk Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevi, Kamis malam.
"Dalam fase baru perang ini, ada peluang bagus, tapi juga risiko yang signifikan," kata dia.
"Kami telah melakukan serangkaian diskusi penting dalam beberapa hari terakhir. Sebagai hasilnya, operasi militer di sepanjang perbatasan utara (dengan Lebanon) akan terus berlanjut," sambung Gallant.
Lebih lanjut, Gallant menyebut Hizbullah "merasa sedang dianiaya dan serangkaian tindakan militer akan terus berlanjut."
Ia menjelaskan tujuan Israel adalah untuk memulangkan penduduk di wilayah utara ke rumah mereka dengan aman, dan seiring berjalannya waktu, Hizbullah akan membayar "harga yang semakin mahal."
Baca juga: Konflik Panjang Hizbullah vs Israel: Bermula dari Pendudukan di Lebanon Selatan hingga Operasi Pager
"Kita berada di awal babak baru perang, perang ini membutuhkan keberanian, tekad, dan kegigihan," pungkasnya.
Sebelumnya, militer Israel pada Selasa, memperingatkan warganya untuk berhati-hati.
"Kepala Staf Umum, Herzi Halevi, mengadakan penilaian situasi malam ini (Selasa), dengan partisipasi Forum Staf Umum, dengan fokus pada kesiapan dalam penyerangan dan pertahanan di semua arena," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
"Saat ini tidak ada perubahan pada pedoman pertahanan Komando Front Dalam Negeri."
"Masyarakat diminta untuk tetap waspada dan siaga, dan setiap perubahan kebijakan akan segera diperbarui," lanjut pernyataan itu.
Setidaknya 37 orang tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka pada Selasa dan Rabu dalam ledakan yang menargetkan ribuan perangkat komunikasi nirkabel di seluruh negeri.
Hizbullah menyebut Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas ledakan tersebut dan bersumpah akan melakukan "balasan yang adil dari pihak yang tak terduga" terhadap Tel Aviv.
Meski Israel belum memberikan komentar secara langsung, Penasihat dekat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Topas Luk, mengisyaratkan Tel Aviv berada di balik insiden itu.
Hal tersebut ia sampaikan di sebuah postingan di X pada Selasa pagi, namun segera dihapus.
Menurut situs berita Israel, Walla, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyetujui ledakan pager di Lebanon selama konsultasi keamanan dengan menteri senior dan kepala intelijen awal minggu ini.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)