Perusahaan Pertahanan Terbesar Israel Diserang Hizbullah, Target Militan Tempat 10 Ribu Pekerja
Selain menarget kompleks industri militer Israel, Hizbullah juga menyerang perusahaan terbesar sebagai balasan
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Perlawanan Hizbullah di Lebanon mengumumkan dalam sebuah pernyataan telah menyerang kompleks industri militer Israel dan perusahaan pertahanan Rafael di utara Haifa.
Hizbullah menyatakan membalas dendam atas pembunuhan brutal pasukan Israel di berbagai wilayah Lebanon pada hari Selasa dan Rabu.
Yakni dengan menargetkan kompleks industri militer termasuk perusahaan Rafael.
Mengutip Kantor Berita Mehr, Rafael adalah salah satu dari tiga perusahaan pertahanan terbesar di rezim Israel.
Perusahaan itu memiliki 10.000 karyawan dan sejumlah subkontraktor dan penyedia layanan.
Sementara Hizbullah telah melancarkan serangan rutin sejak awal Oktober tahun lalu terhadap posisi militer rezim Israel sebagai balasan atas serangan rezim pendudukan terhadap Gaza dan Lebanon selatan.
Israel melancarkan perang brutal terhadap Gaza yang terkepung pada tanggal 7 Oktober setelah Hamas melakukan operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap entitas pendudukan sebagai balasan atas meningkatnya kekejaman terhadap rakyat Palestina.
Israel telah memberlakukan pengepungan total terhadap wilayah berpenduduk padat itu, memutus bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.
Bunuh Pimpinan
Hizbullah menerima pukulan keras atas kematian 16 anggota Pasukan Radwan, unit elit Hizbullah dalam serangan udara Israel di distrik Dahiya, pinggiran kota Beirut, Lebanon, pada Jumat (20/9/2024) malam.
Ibrahim Aqeel dan Ahmed Mahmoud Wehbe adalah dua pemimpin senior Hizbullah yang tewas dalam serangan tersebut.
Baca juga: Israel Buang Kesempatan Bunuh Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah saat Perang Lebanon 2
Serangan itu menewaskan 38 orang termasuk tiga anak-anak dan tujuh wanita, menurut laporan otoritas Lebanon.
Sumber yang dekat dengan Hizbullah melaporkan penargetan tersebut terjadi selama pertemuan Ibrahim Aqeel dengan pemimpin lapangan Pasukan Radwan Hizbullah.
Serangan itu dilakukan oleh pesawat F-35 Israel dengan empat rudal di kompleks Al-Qaim, distrik Dahiya, di pinggiran selatan Beirut dan menargetkan pertemuan rahasia di terowongan.
Tentara Israel memperoleh informasi tentang pertemuan rahasia yang jarang terjadi dalam kepemimpinan Pasukan Radwan yang digelar di terowongan bawah tanah.
"Semua pemimpin yang terbunuh dalam serangan Dahiya berasal dari pasukan Al-Radwan, dan misi mereka adalah untuk melatih, mempersenjatai, dan mempersiapkan diri," kata sumber tersebut, seperti diberitakan Al Arabiya.
16 Anggota Pasukan Radwan Hizbullah yang Tewas:
- Ibrahim Aqeel
- Ahmed Mahmoud Wehbe
- Mahmoud Yassin
- Samer Halawi
- Hassan Madi
- Mohammed Reda
- Mohamed Al-Attar
- Ahmed Deeb
- Abdullah Hegazy
- Arif Al-Raz
- Hassan Hussein
- Abbas Maslamani
- Hussein Hadraj
- Hassan Abdel Sater
- Mahdi Jammoul
- Jihad Khanafer.
Hizbullah bergabung dalam perlawanan sejak 8 Oktober 2023 dengan menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah tidak akan menghentikan serangannya sampai Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza, mencabut pengepungan di Jalur Gaza, hingga menjamin masuknya bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
Baca juga: Israel Klaim Bunuh 6 dari 9 Pemimpin Hizbullah, Sekjen Nasrallah Masih Jadi Incaran
Sementara itu, sekutu Israel, Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya berupaya mencegah perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, dengan upaya diplomatik.
"Kami masih percaya bahwa masih ada waktu dan ruang untuk solusi diplomatik," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, pada hari Jumat.
"Kami pikir itu adalah cara terbaik untuk maju. Perang bukanlah hal yang tak terelakkan di garis biru, dan kami akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk mencoba mencegahnya," tambahnya.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.272 jiwa dan 95.551 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (19/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Palestinian News Networks.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel